TEMPO.CO, Jakarta - Satu dari sekian banyak tanda kiamat yang dipercayai Muslim adalah munculnya Yakjuj dan Makjuj. Dalam istilah Barat, Yakjuj dan Makjuj dikenal juga sebagai Gog and Magog. Tanda-tanda hari kiamat tertulis pada Al-Qur’an maupun sejumlah hadits.
Allah berfirman pada Al-Anbiya’ ayat 92, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit)."
Siapa Yakjuj dan Makjuj
Melansir repository.uinsu.ac.id, Yakjuj dan Makjuj adalah dua nama asing (bukan Arab). Pendapat lain megatakan bahwa keduanya adalah bahasa Arab, baik memakai hamzah maupun tidak. Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa kata Yakjuj dan Makjuj berasal dari kata ajjatin naru ajijjan, yang berarti luapan dari dan hawa panas api. Dinamakan seperti ini karena banyaknya ulah dan keganasan mereka.
Yakjuj dan Makjuj merupakan dua suku keturunan Nabi Adam yang akan menghancurkan muka Bumi dan berperang melawan Isa Almasih. Allah menceritakan kisah Raja Zulkarnain membangun tembok atau dinding penghalang antara Yakjuj dan Makjuj dengan umat manusia.
Hal ini tercantum pada Al-Kahfi ayat 92–99, “Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain). Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapati di belakang kedua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan."
Mereka berkata, ‘Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang berbuat kerusakan di Bumi), maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?’ Zulkarnain berkata, ‘Apa yang telah dianugerahkan Rabb-ku kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’”
“Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, ‘Tiuplah (api itu).’ Ketika besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).’ Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. Dia (Zulkarnain) berkata, ‘(Dinding) ini adalah rahmat dari Rabb-ku, maka apabila janji Rabb-ku sudah datang, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabb-ku itu adalah benar.’ Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) di hari itu berbaur antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka semuanya.”
Kisah tersebut jelas menggambarkan bagaimana Yakjuj dan Makjuj pada hari akhir akan keluar dengan cepat dalam jumlah yang sangat banyak hingga manusia tidak akan mampu menghadapi mereka.
Banyak sejarawan mengatakan bahwa putra Nuh ada tiga, yaitu Sam, ham, dan Yafits. Sam adalah bapak orang Arab, Persia, dan Romawi. Ham adalah bapak kaum Habsyi, Negro, dan Naubah, sedangkan Yafits adalah bapak kaum Turki, Slavia, dan Yakjuj Makjuj. Ibnu Abdul Barr menyebutkan ijma’ ulama bahwa mereka (Yakjuj dan Makjuj) adalah putra Yafits bin Nuh.
Lokasi Tembok Yakjuj dan Makjuj
Adapun lokasi Yakjuj dan Makjuj dalam Surat Al-Kahfi disebutkan berada dibalik dinding besar dan tebal dari besi dan timah panas yang dibangun oleh Zulkarnain di antara dua gunung besar untuk mencegah keganasan dan aksi kerusakan mereka di muka Bumi ini.
Dinding ini menghalangi mereka keluar agar tidak merusak bumi dalam skala besar hingga waktu yang ditetapkan oleh Allah SWT. Jika telah tiba waktunya, mereka akan keluar dan menandakan bahwa tanda kiamat kubra telah tiba.
Lokasi dinding Yajuj dan Majuj tidak diketahui karena Al-Qur'an tidak menyebutkannya. Tetapi sebagian ulama berusaha melacak lokasi tersebut. Jamaluddin Al-qasimi menuturkan bahwa sebagian para penulis berkata, “Dinding tersebut terdapat di balik sebuah gunung di Pegunungan Qauqaz, di kalangan Arab dikenal dengan sebutan Gunung Qaf di kawasan Dagistan, yaitu di dua kabilah (Aquq dan Maquq). Kemudian diganti dalam bahasa Arab dengan sebutan Yakjuj dan Makjuj karena kedua istilah inilah yang dikenal oleh manusia."
Melansir laman almanhaj Kitab Tafsir Ibnu Katsir mengisahkan, “Sebagian raja dan para ahli sejarah berusaha untuk mengetahui tempatnya (tembok Yakjuj dan Makjuj), termasuk Khalifah Al-Watsiq (khalifah zaman ‘Abbasiyyah, wafat 232 Hijriah). Beliau pernah mengutus beberapa gubernurnya bersama pasukan infantri untuk pergi guna melihat dinding tersebut, menelitinya dan menjelaskan kepadanya ketika kembali.”
“Mereka kemudian menelusuri dari suatu negeri ke negeri lain, satu kerajaan ke kerajaan lain, hingga sampai kepadanya, dan melihat dinding tersebut yang terbuat dari besi juga timah. Mereka menyebutkan bahwa mereka melihat sebuah pintu yang sangat besar dengan kuncinya yang sangat besar, demikian pula mereka melihat susu-susu dan madu pada sebuah benteng di sana, dan dijaga oleh para penjaga dari kerajaan-kerajaan yang berbatasan dengannya, dan dinding tersebut sangat tinggi sekali, tidak dapat didaki, juga gunung-gunung yang ada di sekitarnya tidak dapat didaki. Setelah itu, mereka kembali ke negeri mereka usai mengembara lebih dari dua tahun dan menyaksikan banyak keajaiban.”
Dalam Kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Qutb turut menyebut, “Ditemukan sebuah dinding penghalang di dekat Kota Tirmiz (terletak di sisi Sungai Jaihun dari sebelah timur) yang terkenal dengan pintu besi, di awal abad ke-15 Masehi. Seorang ilmuwan Jerman bernama Sild Berger pernah melewatinya dan mengabadikannya dalam bukunya, demikian pula seorang ahli sejarah dari Spanyol Kla Pejo di dalam perjalannya pada 1403 Masehi, dan beliau berkata, ‘Penutup kota pintu besi ada di jalan antara Samarkan dan India…’ Bisa saja dinding penghalang tersebut adalah dinding penghalang yang dibangun oleh Zulkarnain.’”
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.