TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena Gerhana Matahari pada hari ini, Kamis 20 April 2023, hampir sewindu berselang dari Gerhana Matahari Total terakhir yang bisa diamati dari Indonesia. Lebih dari itu fenomena hari ini juga dikenal sebagai Gerhana Matahari Hibrida.
Selama ini dikenal tiga macam gerhana matahari, yakni parsial, cincin, dan total. Gerhana hibrida adalah kombinasi antara cincin dan total. Faktor utamanya adalah jarak Bulan dan Matahari terhadap Bumi.
Ketika jarak Bulan dan Bumi sedang relatif dekat, terciptalah Gerhana Matahari Total. Sedangkan ketika jarak antara keduanya sedang relatif jauh, yang tercipta adalah Gerhana Matahari Cincin.
Nah, nyatanya, jarak Bulan dan Matahari terhadap Bumi dapat beberapa kali berubah dalam satu waktu. Saat seperti inilah Gerhana Matahari Hibrida terjadi.
Rentang jarak yang diperlukan agar terjadi jenis Gerhana Matahari itu sangatlah sempit. Sebagian besar konfigurasi gerhana bahkan tidak cocok untuk gerhana Matahari hibrida. Pada hari ini spesial karena konfigurasinya cocok untuk cincin-total-cincin alias hibrida.
Berikut ini 9 data dan fakta seputar Gerhana Matahari yang terjadi hari ini,
1. Secara definisi, Gerhana Matahari Hibrida yang langka tidak akan terlihat di wilayah Indonesia hari ini. Gerhana Matahari hibrida hanya akan teramati dari North West Cape, semenanjung terpencil di Australia Barat. Ada pula yang menyebutnya di lautan lepas di wilayah Samudera Hindia.
2. Sebagian kalangan tetap menyebut sebagai Gerhana Matahari Hibrida di Indonesia karena ada dua jenis gerhana Matahari yang bakal terjadi di Indonesia: total dan sebagian.
Sebagai info, hanya sebagian kecil wilayah utaraProvinsi Aceh yang tidak bisa melihat Gerhana Matahari hari ini.
3. Secara keseluruhan, di Indonesia, Gerhana Matahari Total hanya melintasi selusin daerah di wilayah timur. Mereka tersebar di Pulau Kisar, Pulau Maopora, ujung barat Pulau Manaoka, wilayah Oeta di Kepulauan Watubela, Antalisa, wilayah di leher burung Papua, Roswar, Pulau Num, Pulau Roon, dan Biak.
4. Gerhana Matahari Total akan terjadi di Pulau Kisar, Maluku, puncaknya pada pukul 13.22 WIT. Selama 1 menit 14 detik. Terakhir di Biak, Papua, dengan puncak gerhana pada 13.57 WIT.
5. Sedangkan Indonesia Barat dan Tengah akan mengalami puncak Gerhana Matahari Sebagian sekitar pukul 10.00–11.30 WIB atau 11.00–12.30 WITA. Di Jakarta sendiri, puncak gerhana akan terjadi pada 10.45 WIB.
6. Di Indonesia, Gerhana Matahari Total baru tercatat tiga kali selama empat dasawarsa terakhir, dengan yang sebelumnya terjadi pada Maret 2016.
7. Setelah 20 April 2023, Indonesia baru dapat menyaksikan Gerhana Matahari berikutnya pada 22 Juli 2028, meski hanya sebagian.
8. Sedangkan Gerhana Matahari Hibrida lebih langka lagi. sebelumnya terjadi hampir 10 tahun lalu, tepatnya 3 November 2013. Gerhana hibrida berikutnya pada November 2031 dan akan terlihat di sebagian AS. Setelahnya, Gerhana Matahari Hibrida diperhitungkan terjadi baru akan terjadi lagi pada 23 Maret 2164.
9. Fenomena Gerhana Matahari tak selalu menjadi petunjuk datangnya bulan baru dalam penanggalan Komariah, termasuk penetapan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Gerhana sebatas menunjukkan terjadinya konjungsi, sehingga masih harus dicek kesesuaian syarat lain seperti ketinggian hilal dan besar sudut elongasi.
Pilihan Editor: Gerhana Bulan Total, Ini Asal Mitos Pukul Kentongan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.