TEMPO.CO, Padang - Beberapa wilayah di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, tidak memiliki posko pengungsian darurat bencana tsunami. Sehingga saat gempa magnitudo 6.9 pada 25 April 2023 lalu, masyarakat mengungsi seadanya.
Kepala Desa Sigapokna, Kecamatan Siberut Barat, Elias Piau, mengatakan masyarakat di daerahnya mengungsi menggunakan alat seadannya, seperti terpal, karena posko yang didirikan pemerintah tidak ada. "Kami pernah mengajukan perihal pembangunan posko, tetapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjut," katanya, Rabu, 26 April 2023.
Dia berharap pemerintah segera merealisasikan bantuan ke Desa Sigapokna, khususnya untuk tenda pengungsian. "Ya harapan kami tenda pengungsian yang paling dibutuhkan, jika terjadi bencana lagi, kami sudah aman," ucapnya.
Hal serupa juga dialami oleh masyarakat Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan. Salah satu warga Desa Madobag, Hendrikus Bentar, mengatakan pada saat gempa 25 April masyarakat banyak yang bingung untuk mengungsi, karena pemerintah tidak pernah membangun tenda pengungsian.
"Tidak pernah pemerintah membangun tenda pengungsian, dulu ada tenda dibikin Unicef, tetapi sudah hilang," katanya.
Selain itu, jalur evakuasi tsunami menuju lokasi pengungsian juga sudah rusak dan tidak jelas lagi. "Di tempat saya untuk pengungsian sudah tidak ada lagi, sebab tak dirawat oleh pemerintah dan jalur evakuasi banyak yang rusak," jelasnya.
Berbeda dengan Madobag, masyarakat di Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara, membangun pondok sendiri untuk tempat pengungsian berukuran 4 kali 5 meter di dataran tinggi. "Masyarakat di sini membangun pondok-pondok sendiri untuk mengungsi jika terjadi gempa," kata salah satu warga, Bambang Sagurung.
Dia mengatakan inisiatif pembangunan pondok ini berawal dari 2015 saat gempa di Kepulauan Nias. Rata-rata pondok masyarakat berukuran 4 kali 5 meter yang bisa menampung 7 sampai 10 orang.
Untuk kebutuhan pangan selama pengungsian, masyarakat juga sudah menanam umbi-umbian. "Masyarakat menanam di sekitar pondok tersebut umbi-umbian, jadi kalau mengungsi logistik aman," ujar Bambang.
Menurutnya, di Sikabaluan tidak ada posko pengungsian yang didirikan oleh pemerintah. "Tidak ada yang pakai terpal. Pakai pondok pengungsian dan rumah warga yang sudah membangun rumahnya di lokasi pengungsian dan disekitar pengungsian," katanya.
Harapan Bambang sama dengan Elias, agar pemerintah membangun lokasi evakuasi yang bagus, sehingga masyarakat merasa nyaman saat di pengungsian. “Kalau untuk mengungsi, saat gempa tanpa dikomando warga langsung naik. Tinggal meningkatkan infrastruktur jalan dan jalur evakuasi lagi,” pungkasnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.