TEMPO.CO, Yogyakarta - Kasus harian Covid-19 di Yogyakarta belakangan terus melonjak. Menjelang lebaran lalu kasus Covid-19 harian di Yogya masih bertambah di bawah 50 kasus. Namun, sepekan setelah Lebaran ini, kasus baru sudah beranjak di atas 50 kasus per hari.
Pada 29 April 2023, misalnya, penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di DI Yogyakarta sebanyak 56 kasus, dengan tambahan kasus meninggal sebanyak satu kasus. "Jumlah kasus aktif di DIY saat ini menjadi 674 kasus," kata Koordinator Kelompok Substansi Hubungan Masyarakat, Biro Umum, Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda DIY Ditya Nanaryo Aji.
Padahal, pada 18 April lalu, jumlah kasus aktif di DIY masih tercatat 392 kasus. Sehingga dalam 12 hari atau kurang dari dua pekan kasus berlipat 72 persen.
Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Riris Andono Ahmad menduga melonjaknya kembali kasus harian Covid-19 di Yogyakarta itu tak bisa dilepaskan dari momen libur lebaran yang memicu tingginya mobilitas masyarakat. "Mobilitas sebagai penyebab penularan yang meningkat itu adalah sebuah fakta," kata Riris, Senin, 1 Mei 2023.
Lantas apakah penularan Covid-19 yang meningkat di Yogya ini membawa varian baru? "Masalahnya, bukti yang kita miliki saat ini baru soal peningkatan mobilitas, belum ada bukti saat ini yang menunjukkan adanya varian baru," kata Riris.
"Jadi sampai ada bukti yang menunjukkan adanya varian baru bersirkulasi, ya kita tidak bisa bilang bahwa varian baru yang menyebabkan peningkatan kasusnya," imbuh Riris.
Terkait varian baru Covid-19 Arcturus yang muncul di Indonesia, Riris mengatakan setiap varian virus baru punya sifat agar bisa menjadi varian yang dominan, maka ia harus lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. "Kalau tidak lebih menular, mereka tidak bisa berkompetisi dengan varian yang ada sebelumnya. Jadi seberapa lebih menular varian Arcturus itu tergantung mutasi yang terjadi," imbuh Riris.
Ditanya upaya yang perlu digenjot pemerintah agar kasus Covid ini tidak menjadi tinggi lagi Riris mengatakan caranya hanya melalui percepatan pemerataan vaksinisasi. "Pemerintah juga perlu mempersiapkan sistem kesehatan untuk mengakomodasi peningkatan kasus," kata dia.
Riris membeberkan sebagian besar masyarakat sudah memiliki kekebalan dan memori kekebalan terhadap Covid 19. Namun, di sisi lain, evolusi virus secara alami akan mengalami penurunan keparahan. "Karena virus yang menyebabkan keparahan dan kematian tidak dapat berkembang biak, karena mereka akan mati ketika penderita diisolasi atau karena meninggal," kata dia.
"Jadi virus yang memberikan gejala ringan yang akan mampu bertahan, karena penderita bisa jadi tidak terdeteksi dan tetap dapat berinteraksi secara sosial, bukan lagi diberikan pada seluruh populasi," urai Riris.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.