Ikatan jenis baru itu, seperti dipublikasikan dalam jurnal Nature, terjadi karena satu dari dua atom pembentuk molekul memiliki sebuah elektron yang mengorbit sangat jauh dari nukleus atau intinya. Keberhasilan riset yang dilakukan dalam suhu ultradingin—nyaris nol derajat Celsius dan butuh energi lewat bantuan laser ini--memperkuat teori kuantum fundamental yang dikembangkan fisikawan peraih Nobel, Enrico Fermi, tentang bagaimana elektron-elektron bertingkah dan berinteraksi.
Pada 1934 lalu, Fermi sudah memprediksi kalau atom lain yang bisa menemukan elektron kesepian itu mungkin berinteraksi dengannya. “Tapi Fermi tidak pernah membayangkan kalau molekul bisa terbentuk,” kata Chris Greene, fisikawan teoritis dari University of Colorado, Amerika Serikat.
Profesor Greene adalah yang pertama kali memprediksi kalau molekul Rydberg bisa tercipta. “Kami menyadari, dalam penelitian pada 1970-an dan 80-an, potensi untuk sejenis medangaya antara sebuah atom Rydberg dan sebuah atom normal,” katanya.
Riset molekul Rydberg ini dipimpin Vera Bendkowsky dari University of Stuttgart, Jerman, berbekal dua atom rubidium. Satu adalah adalah atom Rydberg dan satu atom 'normal'.
Bendkowsky menerangkan, jarak antara nukleus atom yang satu dengan yang lain harus tepat agar medan elektron bisa menemukan satu sama lain dan berinteraksi. “Kami menggunakan awan rubidium ultradingin sehingga atom-atom dalam gas beringsut lebih dekat satu sama lain,” katanya.
(BBC)