TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan Ujian Tulis Berbasis Komputer atau UTBK menjalankan beberapa protokol untuk mencegah kecurangan saat ujian UTBK 2023.
Wakil Ketua Pusat UTBK UNJ Agung Premono mengatakan terdapat dua metode kecurangan yang terjadi pada pelaksanaan UTBK tahun lalu.
“Kecurangan ada dua yang tahun lalu terjadi. Kecurangan dari sisi alat bantu komunikasi dan sisi information and technology (IT). Dari sisi alat bantu, semua kelas ada metal detector. Peserta begitu duduk di ruangan, semua barang dikumpulkan, baru diperiksa metal detector,” katanya kepada Tempo di kampus UNJ, Senin, 8 Mei 2023.
Selain alat bantu komunikasi, pihak pengawas UTBK di UNJ juga mengantisipasi kecurangan melalui kerja sama antar peserta dalam ruangan. Untuk mencegahnya, setiap ruangan menggunakan sekat antar meja.
Metode kecurangan kedua, kata Agung, berasal dari sisi IT. “Dari sisi IT, tahun lalu ada kecurangan menggunakan aplikasi yang menggunakan jaringan. Sehingga kita tidak ada komputer idle yang ada di ruangan,” jelasnya.
Komputer idle yang dimaksud adalah komputer yang kosong atau menganggur, tidak digunakan oleh peserta maupun pengawas.
“Tidak ada komputer yang sifatnya pura-pura jadi cadangan, karena bisa jadi modus dipakai untuk membocorkan jaringan di internal untuk dikoneksikan ke internet di luar,” lanjutnya.
Dia menjelaskan bahwa untuk mencegah kecurangan dari sisi IT, semua komputer idle ditempatkan di ruangan khusus, tidak ada yang berada di ruangan yang sedang digunakan untuk melaksanakan ujian.
Adapun UNJ menyediakan total lima lokasi untuk pelaksanaan ujian. “UNJ menggunakan 5 lokasi, yaitu gedung UPT TIK, Gedung Dewi Sartika, dan tiga lokasi mitra di SMK Negeri 1, SMK Negeri 40, dan SMK Negeri 50,” ujarnya.
“Dari 5 lokasi ini, total satu sesi pagi ini saja 960 orang. Jadi, total dalam 28 sesi itu kami menerima peserta sebanyak 25.121 orang,” katanya.
Pilihan Editor: 4 Kampus Ini Gunakan Nilai UTBK SNBT untuk Syarat Jalur Mandiri