TEMPO.CO, Jakarta - Fortinet, perusahaan global keamanan siber, mengungkap temuan survei SASE Asia-Pasifik baru kerja sama perusahaan dengan IDC. Laporan ini didasarkan pada survei terbaru yang dilakukan IDC di sembilan negara Asia/Pasifik yang menjajaki perspektif para pemimpin keamanan siber tentang kerja hybrid, khususnya bagaimana hal tersebut berdampak terhadap perusahaan mereka selama setahun terakhir serta strategi mereka untuk memitigasi tantangan keamanan yang timbul dari pelaksanaan kerja hybrid.
Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia, mengatakan Indonesia harus terus merangkul masa depan digital dan menjadi pemimpin dalam ekonomi digital. “Kita harus semakin menyadari bertambahnya frekuensi dan kecanggihan serangan siber dan pelanggaran data,” kata Edwin di Jakarta, 30 Mei 2023.
Kurangnya tenaga ahli dalam industri keamanan siber, menurutnya, semakin mempersulit situasi ini. “Di Fortinet, kami berkomitmen menjembatani kesenjangan keahlian serta memberikan pengetahuan dan kesadaran yang diperlukan tentang keamanan siber kepada seluruh karyawan perusahaan,” jelasnya.
Ia menyebutkan bahwa solusi SASE Vendor Tunggal bertujuan menyederhanakan pengelolaan kebijakan keamanan dan meningkatkan pengalaman pengguna bagi karyawan jarak jauh. Hal ini berguna membantu perusahaan Indonesia mengatasi tantangan keamanan akibat perubahan tenaga kerja.
Survei ini dilakukan pada 450 pemimpin keamanan siber dari sembilan lokasi di Asia, yaitu Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Responden survei berasal dari sembilan industri, yaitu manufaktur (14%), ritel (13%), logistik (14%), pelayanan kesehatan (13%), layanan keuangan (10%), dan sektor publik (11%).
Baca juga:
Temuan penting dari survei tersebut antara lain:
1. Munculnya 'Branch-Office-of-One'
Menurut survei, 96 persen responden di Indonesia menggunakan model kerja hybrid atau jarak jauh. Sementara lebih dari setengahnya atau 54 persen memiliki sekurang-kurangnya 50 persen karyawan yang bekerja secara hybrid.
Perpindahan ke model kerja jarak jauh ini mengakibatkan para karyawan menjadi sejumlah 'branch office of one’ atau ‘kantor cabang berpegawai satu orang’, yang bekerja dari rumah atau lokasi lain di luar kantor tradisional. Sebagai akibatnya, 86 persen responden di Indonesia mengantisipasi lonjakan jumlah perangkat terkelola hingga lebih dari 100 persen dalam dua tahun mendatang. Bahkan beberapa responden bahkan memperkirakan peningkatan sebesar 400 persen.
2. Perangkat Tidak Terkelola Merupakan Risiko
Kini, semakin lazim menggunakan sistem cloud dan kerja jarak jauh yang mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengguna, perangkat, dan data yang berlokasi di luar jaringan perusahaan. Disebutkan, lebih dari 30 persen perangkat yang terhubung ke jaringan di Indonesia tidak terkelola, sehingga memperbesar peluang terjadinya pelanggaran keamanan. Responden survei di Indonesia memperkirakan angka ini akan terus bertambah, dengan 80 persen responden memperkirakan peningkatan sebesar 50 persen hingga 2025.
3. Perlunya Mengamankan Cloud
Seiring meningkatnya kerja hybrid, karyawan memerlukan beberapa koneksi ke sistem eksternal dan aplikasi cloud agar tetap produktif. Responden survei mengindikasikan bahwa karyawan mereka di Indonesia memerlukan hampir 30 koneksi ke aplikasi cloud pihak ketiga, dan ini memperbesar peluang terjadinya pelanggaran keamanan.
4. Meningkatnya Insiden Keamanan
Kerja hybrid dan pertumbuhan koneksi terkelola dan tidak terkelola menyebabkan lonjakan besar dalam jumlah insiden keamanan. Ia menyebutkan bahwa 74 persen perusahaan yang disurvei di Indonesia melaporkan peningkatan pelanggaran keamanan lebih dari tiga kali lipat.
Berdasarkan survei juga ditemukan bahwa 82 persen responden di Indonesia pernah mengalami sekurang-kurangnya dua kali peningkatan insiden keamanan. Insiden keamanan yang paling banyak terjadi antara lain phishing, denial of service (DoS), pencurian data/identitas, ransomware, dan kehilangan data.
SASE: Dobrakan untuk Kerja Hybrid
Untuk mengatasi tantangan kerja hybrid, banyak perusahaan di Indonesia berencana berinvestasi pada solusi SASE Vendor Tunggal untuk meningkatkan postur keamanan sekaligus memberikan pengalaman pengguna yang konsisten bagi karyawan jarak jauh.
Kebutuhan akan solusi komprehensif yang memberikan postur keamanan yang konsisten bagi pengguna, baik di dalam maupun di luar jaringan, dengan tetap menyederhanakan pengelolaan kebijakan keamanan dan meningkatkan pengalaman pengguna bagi karyawan jarak jauh telah mendorong banyak perusahaan menjajaki SASE.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.