TEMPO.CO, Jakarta -Arie Pangesti Aji, mahasiswa program gelar ganda Universitas Indonesia (UI) dan Shizuoka University, Jepang, dinyatakan sebagai doktor ke-500 Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dalam sidang promosi doktor ke-154 Departemen Teknik Elektro UI pada Senin, 5 Juni lalu.
Pada sidang promosi doktornya, Arie menyampaikan hasil penelitiannya soal rancangan baru bolometer antena THz. Bolometer adalah alat untuk mengukur tenaga radiasi elektromagnetik dengan memanfaatkan perubahan hambatan dari penghantar tipis yang terkena pengaruh pemanasan radiasi.
Berkat penelitian ini, dia berhasil meraih IPK 4.0 dan predikat cum laude. Arie melakukan penelitian di bawah bimbingan dua profesor, Eko Tjipto Rahardjo dari Departemen Teknik Elektro FTUI dan Hiroshi Inokawa dari Shizuoka University.
Adanya kebutuhan peningkatan kinerja perangkat pendeteksi gelombang THz mendorong Arie untuk meneliti dan merancang desain baru bolometer ini. Penelitian ini dituliskan dalam disertasinya yang berjudul Peningkatan Kinerja Bolometer Terkopel Antena di Frekuensi Terahertz Melalui Kombinasi Antena dan Heater dengan Resistansi Tinggi.
Bolometer, kata dia, memiliki keunggulan pada segi harga yang ekonomis dan kemampuan untuk beroperasi pada suhu ruangan. Penelitiannya menghasilkan rancangan desain baru bolometer terkopel antena THz yang terdiri dari antena berbahan emas dan komponen pemanas atau heater serta sensor suhu atau thermistor berbahan titanium dengan struktur menggantung di atas rongga udara pada substratsilikon dioksida.
”Dari hasil simulasi, fabrikasi, dan analisis berbasis thermal yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara struktur bolometer dengan resistansi heater yang tinggi dan antena dipol terlipat dengan impedansi tinggi dapat meningkatkan kinerja bolometer terkopel antena secara elektrik maupun optik,” terangnya dalam rilis yang diterima Tempo pada Ahad, 11 Juni lalu.
Dekan FTUI Heri Hermansyah berharap melalui penelitian Arie dapat dilakukan pengintegrasian bolometer terkopel antena THz dengan teknologi lain, seperti sistem pemrosesan sinyal, optika terahertz, atau platform komunikasi nirkabel.
”Integrasi yang lebih baik akan memungkinkan aplikasi yang lebih luas dan penggunaan yang lebih efektif dari bolometer terkopel antena THz dalam berbagai bidang,” ujar Heri.
Pilihan Editor: Cara Daftar Beasiswa Indonesia Bangkit Kemenag 2023