TEMPO.CO, Jakarta - Di usia yang baru 15 tahun, Dyah Ayu Ardhana Reswari berhasil menyandang status mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dia lolos ujian masuk UI tahun ini melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).
Sebelumnya, dia sempat gagal seleksi lewat jalur masuk Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk meneruskan pendidikan ke FKUI.
“Saya sering mengerjakan latihan soal, mengikuti tryout, dan me-review hasil ujian. Review inilah yang paling penting karena dengan melihat letak kesalahan saat latihan atau tryout, saya bisa mempelajari lagi materi yang kurang dimengerti,” ujar Dyah dilansir dari situs UI pada Senin, 10 Juli 2023.
Lulusan SMAN 1 Cileungsi, Bogor ini bercita-cita menjadi dokter sejak kecil. Ketertarikannya pada FKUI berawal dari materi sejarah tentang fakultas tersebut yang pernah dia pelajari di Sekolah Dasar (SD).
Saat itu, sang guru bercerita tentang STOVIA yang merupakan cikal bakal FKUI dan sekolah kedokteran pertama dan tertua di Indonesia. Dia pun mencari informasi terkait FKUI melalui keluarga, lingkungan sekitar, dan siaran di televisi.
Saat SMA, dia mulai riset mengenai perkuliahan di UI melalui testimoni orang-orang di media sosial. Dia juga mendapat informasi lebih lanjut dari mahasiswa UI yang mengadakan kegiatan expo kampus di sekolahnya.
Setelah melihat reputasi FKUI juga fasilitas pendukung pembelajaran dan riset yang dinilai cukup lengkap, Dyah semakin yakin untuk memilih fakultas tersebut sebagai tempatnya menempuh pendidikan.
Dyah sempat dicibir sejumlah orang tentang mpiannya masuk FKUI yang dinilai terlalu idealis dan tidak realistis. Namun, berkat dukungan orang tua dan teman-teman, dia memberanikan diri untuk memilih FKUI di SNBT.
“Walaupun nilai tryout masih kurang, saya tetap berusaha, dan saya pun berhasil. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin kalau kita berusaha dan yakin!” kata dia.
Ikut Kelas Akselerasi dan Aktif Berorganisasi
Sebagai mahasiswa termuda, Dyah terbiasa untuk disiplin sejak kecil. Dia masuk SD di umur yang bisa dibilang cukup muda, yaitu 4 tahun 10 bulan. Dia juga mengikuti program kelas akselerasi sehingga dapat menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya dalam waktu dua tahun.
Meski begitu, dia tidak hanya berkonsentrasi pada akademik, Dyah juga menyeimbangkannya dengan kegiatan non-akademik.
Di sekolah, dia menjabat sebagai Sekretaris 1 MPK SMAN 1 Cileungsi, Ketua Umum Komunitas MPK Kabupaten Bogor, dan Sekretaris Komisi Kaderisasi Forum MPK Jawa Barat. Dia juga mengikuti ekstrakurikuler seperti band musik, Rohis Japanese Club, dan English Club.
Selain berorganisasi, dia pun pernah menjuarai lomba spelling bee dan lolos sebagai Duta Hukum-HAM Jawa Barat. Melalui organisasi dan perlombaan, dia mengembangkan skill dalam kerja sama tim, berinteraksi dengan orang banyak, serta membuat keputusan dan mengembangkan relasi.
Dyah berharap kesempatan yang didapat saat sekolah dapat dilanjutkan saat berkuliah di FKUI. Dia ingin berkontribusi dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat mengharumkan nama UI, seperti memenangkan perlombaan.
Seperti saat sekolah, dia berambisi untuk menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan non-akademik, serta mengembangkan minat dan relasi dengan bergabung di organisasi/UKM di UI.
“Selain itu, saya berharap FKUI dapat menjadi wadah untuk menimba ilmu dan membantu saya mewujudkan cita-cita sebagai dokter yang mampu mengimplementasikan ilmu demi kemajuan sektor kesehatan di Indonesia,” imbuhnya.
Pilihan Editor: Kisah Anak Kolong Nyaris Berhenti Kuliah dan Raih Beasiswa S2-S3 di UCL