TEMPO.CO, Jakarta - Boarding school atau sekolah asrama semakin diminati orang tua yang ingin memberikan pendidikan terbaik sekaligus mengajarkan kemandirian kepada anak. Dengan menempuh pendidikan di sekolah berasrama, para siswa akan mendapatkan pengajaran ilmu pengetahuan umum hingga agama.
Namun, masih ada beberapa orang tua yang merasa ragu untuk mempercayakan buah hati mereka belajar di sekolah berasrama. Lantas, apa saja kelebihan dan kekurangan boarding school?
Apa itu Boarding School?
Boarding school dalam bahasa Inggris terdiri dari dua kata, yaitu boarding yang berarti asrama dan school artinya sekolah. Menurut Abdul Manaf dalam Jurnal Dakwah dan Komunikasi (2022), boarding school adalah lembaga pendidikan berasrama, di mana peserta didik, tenaga pendidik, dan pengelola tinggal di tempat yang telah disediakan dalam kurun waktu tertentu.
Lantaran belajar secara total di lingkungan sekolah, pengelola harus menyediakan segala jenis kebutuhan hidup dan kegiatan belajar-mengajar. Istilah boarding school juga merujuk pada pondok pesantren (ponpes) yang lebih menekankan pada pengajaran ilmu agama Islam dibandingkan pengetahuan umum.
Keunggulan Boarding School
Mengikuti kegiatan belajar di boarding school diklaim melatih kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Salah satu cara mengajarkan dunia afektif adalah memberi teladan dari para pemimpin dan orang-orang berpengaruh di sekitar. Para peserta didik dapat melihat langsung bagaimana guru-guru mereka melaksanakan ibadah secara khusuk sehingga mempengaruhi kedekatan dengan Tuhan.
Mulai dari bangun tidur hingga istirahat di malam hari, kegiatan siswa atau santri akan diatur oleh pengelola boarding school. Sehingga, peserta didik dilatih untuk disiplin dengan jadwal yang padat. Selain itu, ucapan dan perilaku para murid dapat dipantau secara langsung guna membentuk kekuatan mental dan kemandirian.
Sekolah berasrama biasanya dilengkapi dengan fasilitas pendukung sebagai penunjang pencapaian target program pendidikan. Adanya sarana dan prasarana memadai dapat memaksimalkan potensi dan bakat masing-masing siswa. Sehingga, tidak hanya mendorong pemenuhan ilmu keagamaan dan akademik, tetapi minat peserta didik dapat tersalurkan.
Belajar di boarding school juga melatih siswa untuk menerima perbedaan atau keberagaman. Sekolah berasrama menampung peserta didik dari berbagai daerah, latar belakang sosial, budaya, dan tingkat kecerdasan. Alhasil, mereka akan dibiasakan untuk menghadapi kekurangan orang lain tanpa menghakimi.
Kekurangan Boarding School
Menurut Abdul Manaf, tidak ada kebijakan baku mengenai penyelenggaraan sekolah berasrama. Ada beberapa satuan pendidikan yang lebih mengedepankan aspek religius, nasionalis, militer, ada pula yang berorientasi pada kombinasi ketiganya. Hal itu membuat kurikulum pengasuhan siswa menjadi tidak jelas.
Selain itu, sebagaimana Jurnal Edukasi Sosiologi (2021) karya Reskiawan dan Agustang, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi tenaga pendidik di boarding school. Pada umumnya, jumlah murid lebih banyak dibandingkan jumlah guru. Akibatnya, guru menjadi kewalahan untuk menjalankan kegiatan, mengatur, serta mengawasi anak didiknya.
Di sisi siswa, tidak sedikit yang merasakan betapa ketatnya aturan di sekolah berasrama. Imbasnya, sebagian peserta didik merasa tertekan dan jenuh sebab kurangnya hiburan di sekolah. Tak hanya itu, kebebasan mereka menjadi terbelenggu di saat anak seusianya sedang aktif untuk mengeksplorasi hal baru.
Meski begitu, boarding school mampu menjadi alternatif pilihan bagi orang tua yang menginginkan tempat belajar terbaik bagi putra-putrinya. Pasalnya, segala sesuatu terkait kebutuhan hidup anak, mulai dari asupan gizi, pelayanan kesehatan, sosial, keamanan, dan tentunya aspek pendidikan akan dijamin.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: SK Inpassing Terbit, Guru Madrasah Non-ASN Kini Bisa Miliki Tunjangan Layaknya ASN