TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan mahasiswa baru sedang mengalami perpindahan masa dari remaja ke dewasa. Masalah pada masa transisi itu, menurut Lismainar, psikolog dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, disebut sebagai Quarter Life Crisis.
“Periode seperempat abad, yaitu periode mengekplorasi diri dan di lingkungannya saat individu mulai menyadari perubahan diri ke dewasa sehingga dihadapkan berbagai pilihan peran tuntutan yang akan menentukan masa depan,” kata Lismainar, Selasa, 16 Agustus 2023.
Liamainar mengenalkan krisis itu ke kalangan mahasiswa baru ITB di acara Psychological First Aid, Selasa. Menurut dia, masalah yang banyak muncul pada masa krisis itu di kalangan mahasiswa baru adalah soal relasi yang bisa sampai menjatuhkan prestasi akademik.
“Masalah relasi itu yang harus diwaspadai,” kata Lismainar.
Periode krisis itu, menurut Lismainar, merupakan sesuatu yang wajar. Awal mula munculnya krisis itu ditandai oleh kecemasan, frustrasi dan kehilangan arah.
Meski begitu, Quarter Life Crisis bisa mengarah ke stres, depresi atau gangguan psikologis lainnya. Ia mencontohkan gangguan itu seperti perilaku impulsif, yaitu seseorang tiba-tiba merasa tidak nyaman atau membenci kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan lalu menghilang untuk melakukan aktivitas lain.
Ada juga yang merasa serba salah atau tidak bisa bergerak dan membutuhkan perubahan. Selain itu, merasa bingung akan masa depan, sulit mengambil keputusan akibat tekanan krisis, merasa terisolasi dan kesepian, kehilangan arah dan hampa.
“Muncul cemas dan depresi, insecure merasa tidak sanggup seperti yang lain dan merasa kehabisan waktu sehingga membuat tidak nyaman,” kata Lismainar.
Menurut Lismainar, penyebab krisis itu terjadi ketika seseorang masih belum mengenal kekuatan dan kelemahan diri sehingga bingung soal identitas. Masalah itu terkait dengan dunia pekerjaan atau karir, frustrasi dengan hubungan romantia dan kecemasan terhadap masa depan.
“Kekecewaan terhadap sesuatu juga tekanan berupa ekspektasi dari orang lain,” kata Lismainar.
Mengenai cara menghadapi fase Quarter Life Crisis, Lismainar menyebut dengan mengenali diri sendiri dan menyadari fase krisis itu sebagai sesuatu yang normal. Kemudian mencari dukungan dari lingkungan yang tepat serta berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
Kiat lainnya dengan mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki, mencoba hal baru, bersabar, dan memanfaatkan konseling di kampus.
Pilihan Editor: Cerita Mahasiswa ITB Dinobatkan Sebagai Designer of The Year di Asia