Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bagaimana Cara Kerja Rekayasa Teknologi Membuat Hujan Buatan?

image-gnews
Penaburan garam dari cerobong pesawat saat membuat hujan buatan di langit Dumai, Riau, (1/7). Penyemaian garam ke awan terus dilakukan untuk membuat hujan di Riau mengingat masih ditemukan beberapa titik api dalam kebakaran lahan gambut. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Penaburan garam dari cerobong pesawat saat membuat hujan buatan di langit Dumai, Riau, (1/7). Penyemaian garam ke awan terus dilakukan untuk membuat hujan di Riau mengingat masih ditemukan beberapa titik api dalam kebakaran lahan gambut. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Di tengah keprihatinan akan perubahan iklim yang semakin nyata, manusia terus berupaya mencari solusi inovatif untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan. Salah satu solusi yang mendapat perhatian adalah konsep hujan buatan.

Hujan buatan merujuk pada teknologi yang diciptakan untuk merangsang atau menciptakan presipitasi (hujan) dengan tujuan mengatasi krisis air dan mengurangi dampak kekeringan yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Seperti dilansir dari pu.go,id, teknologi hujan buatan melibatkan serangkaian metode ilmiah dan rekayasa yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi yang mendukung pembentukan awan dan akhirnya hujan.

Salah satu metode yang umum digunakan adalah "pencelupan awan" di mana partikel-partikel seperti garam atau produk kimia lainnya disemprotkan ke awan dengan pesawat terbang atau peralatan lainnya.

Partikel-partikel ini bertindak sebagai inti pembentukan tetesan air, yang akhirnya berkumpul dan membentuk tetesan-tetesan yang cukup berat untuk jatuh sebagai hujan.

Penerapan teknologi hujan buatan telah diterapkan dalam beberapa skenario di seluruh dunia. Salah satu contoh yang mencolok adalah di daerah yang menderita kekeringan parah.

Negara-negara seperti Uni Emirat Arab, Australia, dan Cina telah melakukan eksperimen hujan buatan dengan harapan meningkatkan pasokan air. Meskipun hasilnya masih diperdebatkan dan terkadang kontroversial, beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa teknologi ini mungkin memiliki potensi untuk membantu mengurangi dampak kekeringan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam pengembangan dan implementasi hujan buatan. Salah satu keprihatinan utama adalah dampak lingkungan dari produk kimia yang digunakan untuk memicu pembentukan hujan.

Efek jangka panjang terhadap ekosistem dan kesehatan manusia masih perlu diteliti lebih lanjut sebelum teknologi ini dapat diadopsi secara luas. Selain itu, ada juga isu hukum dan etika terkait dengan modifikasi cuaca oleh manusia, yang dapat memiliki dampak tak terduga pada lingkungan global.

Para ilmuwan dan ahli lingkungan juga memperingatkan tentang potensi ketergantungan yang berlebihan pada teknologi hujan buatan. Mengandalkan hujan buatan sepenuhnya dapat mengurangi insentif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi akar permasalahan perubahan iklim yang lebih besar.

Oleh karena itu, banyak ahli sepakat bahwa hujan buatan seharusnya hanya dianggap sebagai solusi sementara sambil usaha untuk mengurangi emisi dan melindungi ekosistem bumi tetap menjadi prioritas utama. Secara keseluruhan, teknologi hujan buatan menunjukkan potensi yang menarik dalam mengatasi krisis air yang semakin meningkat akibat perubahan iklim.

Namun, implementasi teknologi ini harus dilakukan dengan hati-hati, mempertimbangkan dampak lingkungan, etika, dan dampak jangka panjangnya. Selain itu, hujan buatan seharusnya hanya menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk menjaga keseimbangan ekosistem global dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pilihan Editor: Heru Budi Sebut Hujan Buatan Memungkinkan Dilakukan Hari Ini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

18 jam lalu

Sejumlah aktivis dari organisasi masyarakat sipil membentangkan poster dan spanduk saat menggelar aksi terkait KTT G20 India di depan Kedutaan Besar India, Gama Tower, Jakarta, Jumat, 8 September 2023. Aksi tersebut untuk merespon Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di India yang menurutnya 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini gagal memenuhi komitmen mereka; dan sebaliknya, terus membelanjakan uang negara mendukung kebijakan-kebijakan yang lemah dalam upaya-upaya untuk menutup kesenjangan dalam keringanan utang, perpajakan, dan mitigasi perubahan iklim serta transisi energi yang hanya memperburuk dampak dari berbagai krisis dan tidak melihat penderitaan kelompok yang terpinggirkan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ashoka Luncurkan Gaharu Bumi Innovation Challenge, Gerakan Mitigasi Krisis Iklim

Jejaring kewirausahaan sosial global Ashoka meluncurkan gerakan inovatif 'Gaharu BUMI innovation Challenge' di Jakarta, Jumat, 29 September 2023.


LinkedIn Rilis Top 10 Startups di Indonesia, Perusahaan Agrikultur Memimpin

22 jam lalu

Logo untuk LinkedIn Corporation di Mountain View, California, AS 6 Februari 2013. [REUTERS/Robert Galbraith]
LinkedIn Rilis Top 10 Startups di Indonesia, Perusahaan Agrikultur Memimpin

Platform LinkedIn merilis daftar Top 10 Startups 2023 di Indonesia.


Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Petir di Pontianak, 4 Kota Diselimuti Asap

1 hari lalu

Sejumlah kapal melintasi Sungai Musi yang tertutup kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat, 1 September 2023. Berdasarkan pantauan satelit Himawari SM 9 terdeteksi sebaran asap di wilayah Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di daerah tersebut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Petir di Pontianak, 4 Kota Diselimuti Asap

BMKG menyebutkan kemungkinan hujan disertai petir pada hari Jumat terjadi di Pontianak.


BMKG Prediksi Medan & Pontianak Hujan, Tapi Jakarta, Bandung, dan Yogya Cerah

2 hari lalu

Ilustrasi hujan lebat yang terjadi di Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A/ed/nz/pri.)
BMKG Prediksi Medan & Pontianak Hujan, Tapi Jakarta, Bandung, dan Yogya Cerah

BMKG memprakirakan cuaca cerah diprediksi menyelimuti langit sejumlah kota-kota besar di Indonesia pada Kamis, 28 September 2023.


Hari Libur, Sejumlah Wilayah Berpotensi Hujan dan Gelombang 4 Meter

2 hari lalu

Ilustrasi hujan lebat yang terjadi di Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A/ed/nz/pri.)
Hari Libur, Sejumlah Wilayah Berpotensi Hujan dan Gelombang 4 Meter

Hujan ringan terjadai di berbagai wilayah.


UIII Punya Program Studi Perubahan Iklim untuk Magister, Dosennya Tak Hanya dari Indonesia

2 hari lalu

Petugas dari Manggala Agni Daos Ogan Komering Ilir (OKI) dan Daops Lahat melakukan pemadaman kebakaran lahan gambut di Desa Deling, Pangkalan Lampan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Sabtu 26 Agustus 2023. Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera menerjunkan 45 orang personel Manggala Agni dari Daops OKI dan Lahat, untuk melakukan pemadaman kebakran lahan gambut di wilayah tersebut yang sudah terbakar sejak 17 hari yang lalu. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
UIII Punya Program Studi Perubahan Iklim untuk Magister, Dosennya Tak Hanya dari Indonesia

UIII membuka program studi Perubahan Iklim ini untuk dapat berkontribusi kepada negara dalam menjaga dan memelihara ekologi.


Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB di Mesir, Bahas Perubahan Iklim dan Investasi Transisi Energi

3 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jumat, 28 Juli 2023. TEMPO/Riri Rahayu
Sri Mulyani Hadiri Pertemuan AIIB di Mesir, Bahas Perubahan Iklim dan Investasi Transisi Energi

Sri Mulyani mengatakan AIIB memiliki peran penting sebagai katalisator dalam mendesain berbagai instrumen pembiayaan.


Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India

3 hari lalu

Lahan perkebunan Sawit  di Gane Timur, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa 23 Januari 2023. (FOTO/Budhy Nurgianto)
Indonesia jadi Tuan Rumah Bersama Konferensi Minyak Nabati Kedua di Mumbai India

Untuk meningkatkan ketahanan di masa depan dalam menyediakan minyak nabati secara berkelanjutan, diperlukan sejumlah langkah strategis bersama.


OJK Menilai Peran Sektor Keuangan Penting untuk Capai Target Net Zero Emission

4 hari lalu

Gedung OJK. Google Street View
OJK Menilai Peran Sektor Keuangan Penting untuk Capai Target Net Zero Emission

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai bahwa peran sektor keuangan sangat penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.


BMKG Prediksi Bandung dan Beberapa Kota Lain Hujan, Tapi Sebagian Besar Cerah

4 hari lalu

Ilustrasi Langit Cerah. Tempo/Fardi Bestari
BMKG Prediksi Bandung dan Beberapa Kota Lain Hujan, Tapi Sebagian Besar Cerah

BMKG memprakirakan cuaca cerah hingga berawan meliputi mayoritas kota besar di Indonesia pada Selasa, 26 September 2023.