TEMPO.CO, Jakarta - Raksasa manufaktur pesawat terbang Airbus akan meluncurkan pesawat bertenaga ramah lingkungan pada 2035 mendatang. Tenaga yang akan digunakan adalah hidrogen atau bahan bakar sintetis, yang termasuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF).
Hal ini disampaikan oleh Presiden Airbus Asia-Pasifik Anand Stanley, yang menyambangi Jakarta dalam kesempatan ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) pada Rabu, 6 September 2023.
“Kami sedang mengembangkan tiga konsep pesawat yang bisa bertenaga hidrogen dengan kapasitas 100 hingga 200 kursi, sehingga menghasilkan emisi hampir nol. Pesawat seperti ini dapat memenuhi keperluan rute domestik yang lebih pendek di Indonesia,” katanya, dikutip dari Antara.
Di situs Airbus tertulis bahwa, “Ambisi kami adalah mengembangkan pesawat komersial bertenaga hidrogen pertama di dunia pada tahun 2035.”
Stanley pun menggarisbawahi pentingnya penggunaan SAF demi menjaga keberlanjutan industri penerbangan. Menurutnya, langkah awal dalam meningkatkan keberlanjutan penerbangan adalah dengan memperbarui armada generasi lama dengan pesawat terbaru yang lebih hemat bahan bakar.
“Sehingga dapat langsung mengurangi emisi karbon sekitar 25 persen. Faktor pendorong lainnya dalam jangka pendek ini adalah peningkatan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan,” ujarnya.
Baca juga: Sudah Lihat Langit Biru Lagi di Jakarta, Fauzi Bowo Kasih Pesan Ini kepada Heru Budi
Airbus mampu terbang dengan campuran SAF
Dia mengungkap pesawat yang diproduksi Airbus saat ini sudah mampu terbang dengan campuran SAF hingga 50 persen, dan memiliki target untuk mencapai 100 persen pada 2030. Menurut situs Airbus, SAF dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) hingga 80 persen dibandingkan bahan bakar konvensional.
Lebih lanjut, Stanley menyampaikan permintaan pasar di ranah penerbangan telah melambung secara signifikan selama setahun terakhir. Hal ini menjadi faktor pendorong bagi maskapai penerbangan untuk mengoperasikan kembali pesawat yang telah lama diparkir dan meningkatkan kapasitas yang ada.
Seiring dengan ini, dia menilai industri penerbangan termasuk di Indonesia harus mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat dengan cara yang berkelanjutan. Tujuannya adalah menjaga pertumbuhan ekonomi sekaligus memastikan generasi selanjutnya dapat menikmati penerbangan sebagaimana yang telah dirasakan selama ini.
“Seperti halnya di banyak wilayah Asia, transportasi udara di Indonesia bukanlah sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan guna memastikan kelancaran perhubungan dan menyambungkan perdagangan seluruh pelosok nusantara dan juga dengan dunia internasional,” paparnya.
Pilihan Editor: Polusi Udara Jakarta Siang Ini Masuk Kategori Tidak Sehat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.