TEMPO.CO, Karawang- Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak pohon mutiara di Pegunungan Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat. Katak langka ini merupakan satwa endemik Jawa yang populasinya menurun.
Katak bernama latin Nyxtixalus margaritifer itu ditemukan tim SCF di aliran sungai Cikoleangkak ketika sedang melakukan eksplorasi dan pendampingan kegiatan pengenalan biodiversity dengan Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Islam As-Syafi’iyah Pondok Gede, Jumat, 8 September 2023 lalu.
Koko, Kepala Divisi Litbang SCF menuturkan, katak berwarna oranye cerah berbintik putih ini berukuran mini. Panjangnya sekira 7 sentimeter dengan lebar sekira 3 sentimeter. Lokasi penemuan katak langka ini berada di dekat sungai Cikoleangkak di ketinggian 600 mdpl. "Ditemukan malam hari, katak itu bertengger di batang pohon,"ujar Koko saat dihubungi, Senin, 11 September 2023.
Ditemukannya katak langka itu, ujar Koko merupakan petanda jika lingkungan Sanggabuana dalam kondisi baik. Sebab, ujar Koko, katak merupakan bio indikator. "Jika masih banyak ditemukan katak, apalagi katak jenis langka seperti katak pohon mutiara, ini menandakan lingkungannya masih baik. Bisa dikatakan kawasan hutan dan perairan di sekitar aliran sungai Cikoleangkak ini masih bagus," ujar Koko.
Koko mengatakan, penemuan katak yang populasinya menurun itu menambah menambah daftar temuan keanekaragaman hayati di Sanggabuana. Terutama dari jenis amfibi, juga menjadi indikator lingkungan yang baik.
Habitat katak pohon mutiara adalah di hutan hujan tropis, dan bisa ditemui sejak di ketinggian 500-1200 mdpl. Sesuai namanya, katak ini sering dijumpai di pohon di dekat aliran sungai. Tak jarang mereka bersembunyi di lubang-lubang batu atau lubang pohon, terutama ketika sedang berkembang biak. Katak pohon ini cenderung sensitif terhadap perubahan lingkungan atau perubahan habitat. Sehingga bisa dijadikan indikator perubahan lingkungan.
"Ancaman terbesar katak pohon mutiara adalah perubahan fungsi hutan, juga penangkapan oleh manusia. Ketika populasinya di alam terus menurun, kadangkala amfibi cantik dan unik ini bisa ditemui di marketplace, dijual sebagai satwa liar untuk dipelihara," kata Koko.
Dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, Java Tree Frog atau Pearly Tree Frog ini masuk dalam ketegori Least Concern (LC) atau resiko rendah berdasarkan data assesment tahun 2017 yang dipublikasikan pada tahun 2018. Dari laman IUCNRedList, disebutkan populasi katak pohon mutiara yang masuk dalam family Rhacophoridae ini menurun (decreasing). Peta persebarannya banyak ditemukan di Jawa Barat, namun belum pernah ditemukan data di sekitaran Gunung Sanggabuana.
Alumni Biologi Universitas Islam As-Syafi’iyah Novi Hardianto, yang mendampingi para juniornya di lapangan ketika pengenalan biodiversity di Pegunungan Sanggabuana menyambut baik baik penemuan katak pohon mutiara itu. Penemuan satwa langka ini, kata Novi, sekaligus sebagai edukasi di lapangan tentang bagaimana peran sebuah takson sebagai indikator lingkungan, bagaimana habitanya, dan potensi ancaman penurunan populasi akibat perubahan fungsi kawasan hutan. Sekaligus mitigasi untuk mencegah penurunan populasinya.
Katak pohon mutiara, kata Novi, sering juga disebut dengan katak pohon Jawa, dan merupakan amfibi endemik Jawa. Walaupun lebih sering ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Jawa Barat. "Ciri khas dan keunikannya adalah warna oranye kecokelatan dan bintik-bintik putih di sebagian besar tubuhnya. Bintik putih atau merah kuning keputihan mirip mutiara inilah yang menyebabkan katak ini disebut katak pohon mutiara,” ujar Novi.
SWR merupakan tim jagawana yang dibentuk Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) yang bertugas meneliti dan mendata keanekaragaman hayati di Pegunungan Sanggabuana. Tahun 2022 lalu, tim SWR menemukan katak tanduk Jawa (Megophrys montana) dan ular naga Jawa (Xenodermus javanicus) di Pegunungan Sanggabuana. Untuk diketahui,Pegunungan Sanggabuana membentang dari wilayah Karawang, Purwakarta, hingga perbatasan Cianjur dan Bogor. Pegunungan ini sedang diajukan menjadi kawasan suaka margasatwa.
Pilihan Editor: Ilmuwan Ungkap Rahasia Katak Kaca Menjadi Transparan di Malam Hari