TEMPO.CO, Bandung - Kebakaran yang terjadi tempat pembuangan akhir atau TPA Sarimukti, Bandung pada 19 Agustus 2023 masih belum selesai. Bukan hanya urusan api, tapi masalah warga di sekitarnya.
Warga yang tinggal tidak hanya asli penduduk Sarimukti, namun juga terdapat kampung Ciherang yang berisi pendatang. "Tolong, kami tetap warga Indonesia bukan orang Cina, bukan orang luar yang wajib dibantu," kata Nandang alias Beceng, 54 tahun, sebagai pengurus kampung.
Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengundang untuk melihat keadaan terkini TPA Sarimukti serta warga yang terdampak pada Jumat, 15 September 2023.
Terlihat rumah-rumah warga semi permanen berada di pinggir jalan dikelilingi banyak sampah. Namun, keadaan di dalam kampung Ciherang relatif bersih dan tidak terlalu tercium aroma sampah. Pohon-pohon yang tinggi mengelilingi membuat udara terasa adem membuat orang mungkin tidak menyangka bahwa lokasi tersebut merupakan kampung pemulung pendatang.
Warga tampak tidak melakukan aktivitas tertentu yang berhubungan dengan sampah. Mereka duduk-duduk di balai warga berbentuk panggung terbuka yang dilindungi atap.
Nandang menyebut terdapat 75 KK dengan total 373 jiwa yang tinggal di kampung Ciherang kini kehilangan mata pencaharian sebagai pemulung imbas kebakaran TPA Sarimukti. "Mau kerja di landasan, dikejar sama aparat," kata dia.
Landasan yang dimaksud adalah TPA. Menurut Nandang, ada Satpol PP yang memberitahu mengenai potensi ledakan.
"Bapak juga menyadari itu. Namanya juga sampah mengandung gas, pastilah. Yang di atas padam, yang di bawah masih ada," kata Nandang.
Namun, tidak bekerja artinya tidak memiliki pendapatan. Urusan perut inilah yang membuat warga masih berusaha memulung dengan cara sembunyi-sembunyi.
Atas nama warga yang terdampak, Nandang memohon kesejahteraan warga Ciherang diperhatikan. Ia menceritakan usahanya mencari bantuan untuk warga.
Awalnya, menurut Nandang, masih datang bantuan dua atau tiga kali sehari. "Sudah 2 minggu lebih tidak ada bantuan sama sekali," ujarnya.
Jika ada bantuan hanya sampai desa dan tidak menyentuh kampungnya. Hal ini membuatnya mencari bantuan ke kecamatan lain.
Nandang menyebutkan hal yang menyakitkan adalah adanya foto warga Kampung Ciherang yang dipajang dan disimpan di posko. "Tapi, tidak ada bantuan ke sini," kata dia.
Warga yang tinggal di Kampung Ciherang disebut berasal dari Bogor, Garut, Sukabumi dan Banten. Walau pendatang, namun mereka sudah memulung bertahun-tahun di sana.
Nandang mengakui adanya saran untuk kembali ke daerah asal. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah pekerjaan yang dilakukan nanti di kampung halaman. Warga merantau justru karena tidak memiliki pekerjaan.
Hingga saat ini, kebakaran masih dalam proses pemadaman. Kendala sulitnya pemadaman kebakaran di TPA Sarimukti salah satunya akibat tingginya timbunan sampah. Ditaksir timbunan sampah di TPA Sarimukti berkisar 50-70 meter dengan luar area yang terbakar menembus 16,5 hektare.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat memutuskan perpanjangan status tanggap darurat TPA Sarimukti sekaligus mengambil alih penetapan status tanggap darurat tersebut oleh pemerintah provinsi. Status tanggap darurat TPA Sarimukti oleh pemerintah provinsi diperpanjang hingga 24 September 2023.
Pilihan Editor: Jawa Barat Ambil Alih Kebakaran TPA Sarimukti, Darurat Sampah Diperpanjang