TEMPO.CO, Jakarta - Dua siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Bali Mandara kembangkan tisu wajah dari limbah kulit jagung. Luh De Tria Erista Dewi dan Kadek Widiastini memamerkan inovasi mereka itu dalam ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) 2023 di Smesco, Jakarta. Ajang pameran bagi siswa SMA dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini akan berlangsung sampai 30 September 2023.
Inovasi dua siswi Bali ini berangkat dari keresahan melihat limbah kulit jagung di sekitar lingkungan mereka yang kurang dimanfaatkan. Luh De Tria mengatakan masyarakat sekitar tak mengetahui bahwa kulit jagung dapat diolah menjadi produk kreatif yang bermacam-macam.
"Di daerah kami hanya dijadikan pembungkus dodol. Jadi, kami berinovasi agar (kulit jagung) bisa digunakan masyarakat luas," kata Tria pada Rabu, 27 September 2023.
Mereka memulai pengembangan ide tisu berbahan dasar kulit jagung sejak Juli 2023. Proses pembuatan tisu dimulai dengan merebus kulit jagung selama kurang lebih 1,5 jam. Kulit jagung direbus dengan cairan Natrium Hidroksida (NaOH) untuk menghilangkan selulosa pada serat jagung.
Selanjutnya, kulit jagung dijemur selama 1,5 jam. Pada tahap inilah tim sempat mengalami kendala. "Kami masih bingung mau menggunakan alas seperti apa. Awalnya kami gunakan alas kain, kami gagal. Kami ulang lagi menggunakan kertas bening dan ternyata berhasil," kata Tria.
Usai proses penjemuran, lanjut ke tahap pemutihan kulit jagung. Pemutihan dilakukan dengan menambahkan cairan Hidrogen Peroksida (H2O2) konsentrasi rendah, yakni 3 persen. H2O2 konsentrasi rendah merupakan senyawa kuat yang biasanya digunakan pada pemutih, cairan anti infeksi, pasta gigi dan bahan lain. Sifat dari senyawa ini adalah dapat larut di dalam air.
Kulit jagung yang telah melewati proses pemutihan akan dihaluskan menggunakan blender. Tim menambahkan coconut oil dan sedikit tepung tapioka dalam proses ini. Coconut oil berfungsi untuk melembutkan lembaran tisu nantinya, sedangkan tepung tapioka untuk mengeratkan. Hasil pada tahap ini berupa bubur.
Kemudian, tisu pun mulai dicetak. Pencetakan dilakukan menggunakan alat sablon. "Kami menyiapkan kontainer berisi air, lalu dicetak jadi lembaran-lembaran tisu," ujar Kadek Widiastini.
Terakhir, lembaran-lembaran tisu didiamkan di dalam ruangan selama satu hari sampai kering. "Kalau di bawah matahari, nanti terlalu kering," kata Kadek.
Tisu wajah dari kulit jagung ini juga melewati uji di laboratorium sekolah. Seluruh kebutuhan tim dalam proses pengembangan ide ini difasilitasi oleh sekolah.
Nantinya, tim akan menjalin kemitraan bersama petani jagung dan produsen tisu. "Kami akan bekerja sama dengan para petani jagung dan produsen tisu yang sudah ada. Kulit jagung dari petani akan diolah menjadi tisu," kata Kadek.
Pilihan Editor: Dosen Unpad Ciptakan Plastik Kemasan Ramah Lingkungan dari Limbah Cangkang Udang