TEMPO.CO, Jakarta - Tim Mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Brawijaya atau UB menemukan potensi limbah cangkang tiram digunakan sebagai bahan baterai kendaraan listrik. Temuan ini disebut Crossta Baterry.
Tim yang beranggotakan Ahmad Multazam Abdan, Ahmad Syarwani, Izza Lailatul Kasanah, Zainurrohman Prastomo, Uray Keisya Ranaputri. Mereka dibimbing oleh Akhmad Sabarudin. Mereka melakukan riset terhadap kandungan kalsium oksida yang ada pada cangkang tiram sebagai bahan baku baterai. Hal itu merupakan salah satu sumber energi masa depan yang bayak digunakan sebagai sumber energi kendaraan listrik. Penelitian ini didanai oleh Kemendikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta.
“Baterai-baterai yang beredar dan digunakan saat ini, misalnya baterai Lithium atau baterai Nickel-Metal Hydride (Ni-MH), tidak banyak ditemukan di bumi serta membutuhkan biaya yang tinggi dalam pemanfaatannya, ” tutur Ahmad Multazam selaku ketua tim dilansir dari situs UB pada Senin, 23 Oktober 2023.
Selain itu, Indonesia juga harus mengimpor unsur-unsur baterai tersebut dari Cina yang membuat biaya produksinya semakin membengkak. Kalsium adalah mineral paling banyak jumlahnya di tubuh hewan dan manusia. Kalsium memiliki banyak manfaat dan melimpah di lingkungan sekitar. Salah satu pemanfaatan kalsium adalah sebagai bahan baku elektroda baterai untuk memproduksi baterai kalsium.
Dijelaskannya, baterai kalsium mudah diisi ulang sehingga memiliki potensi besar untuk perkembangan teknologi di bidang energi di masa depan. Pasalnya, baterai kalsium mengandung bahan baku yang melimpah dan biaya produksinya lebih rendah dibandingkan baterai jenis lainnya.
“Baterai kalsium (Ca-Ion) adalah inovasi penyimpanan daya dimana menggunakan kalsium sebagai bahan utamanya. Yang mana kalsium lebih mudah ditemukan keberadaannya di alam, sehingga harga baterai kalsium tergolong lebih murah daripada jenis baterai lain, ” tutur Multazam.
Pada riset ini dilakukan proses pengujian terhadap sintesis kalsium oksida cangkang tiram yang telah dilakukan kalsinasi menggunakan beberapa instrumen seperti, FTIR, AAS, Powder XRD, dan SEM EDX, dilanjutkan dengan hasil uji kelistrikan menggunakan RLC Meter. "Melalui pengujian tersebut menunjukkan bahwa CaO hasil kalsinasi 800°C berpotensi untuk dilanjutkan ke pengujian efektivitas baterai” ujar ketua tim riset Crossta Baterry itu.
Multazam menambahkan bahwa walaupun riset ini masih dalam tahap pengembangan dan masih memerlukan banyak evaluasi untuk menghasilkan bahan baku aternatif baterai yang efektif dan efisien, akan tetapi diharapkan riset ini dapat terus dioptimalisasi dan dikembangkan lebih lanjut.
“Harapannya bisa masuk PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) yang mewakili UB (Universitas Brawijaya). Saat ini juga masih dilakukan pengembangan yang lebih baik lagi dan semoga bisa menjadi riset yang bisa berguna dan diterapkan secara meluas di dunia industri khususnya untuk baterai kendaraan listrik,” katanya.
Pilihan Editor: El Nino Akan Berlanjut hingga Pertengahan Tahun 2024, Mengancam Pertanian