TEMPO.CO, Lumajang - Penumpukan material vulkanik di jalur utama guguran berpotensi meningkatkan kebencanaan Gunung Semeru. Untuk itu diperlukan kesiapan mitigasi dan kewaspadaan tinggi setiap pemangku kepentingan terkait dampak-dampak aktivitas vulkanik yang ditimbulkan gunung api tertinggi di Pulau Jawa ini.
Komandan Pos Pantau Curah Kobokan, Sugiyono, mengatakan ada penumpukan material vulkanik di jalur utama guguran mulai dari bukaan kawah hingga sekitar Bukit Mentuk.
"Sangat full, karena setiap hari terus bertambah adanya guguran dan longsoran material di kanan kiri jalur itu," kata pensiunan tentara dengan pangkat terakhir Peltu ini kepada Tempo, Jumat pagi, 3 November 2023.
Ia mengatakan bahwa kubah lava juga semakin tinggi. "Kalau dipantau secara visual itu hampir sejajar dengan kanan kiri bukaan kawah, termasuk sejajar dengan tepi jauhnya, di arah Malang. Ini yang kami khawatirkan saat musim hujan. Ini sudah masuk fase musim hujan," kata Sugiyono yang terakhir berdinas di Kodim 0821 Lumajang ini.
Menurut dia, kondisi ini perlu segera diantisipasi. "Kalau tidak ada antisipasi di wilayah dataran atau kaki gunung, sangat berisiko. Kalau air bisa melalui jalur, tetapi kalau awan panas guguran (APG) tidak bisa diprediksi bakal lari ke mana," ujarnya.
Baca Juga:
Dia juga menyebutkan soal potensi luberan. "Ada kemungkinan meluber, karena karakter APG itu bergerak turun dan berhenti, disusul di belakang berhenti. Kalau kemudian tersumbat, maka akan belok kiri atau belok kanan. Yang diikuti jalur baru, itu yang perlu diantisipasi," ujarnya.
Sugiyono juga mengatakan, ketika hujan datang, hujan akan banyak turun di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. "Di atas jarang hujan. Itu yang akan mempercepat, karena material bukan cair saja, ada yang padat, yang jika bagian bawah turun terbawa air, maka yang di atas bersamaan akan longsor. Seperti kejadian yang dikatakan erupsi kemarin," kata dia.
Ia juga menyebutkan ihwal longsoran itu. "Kondisi sangat labil kanan kiri tebingnya, bahkan kubah lavanya itu kalau sudah ada gerakan di bawahnya, turun bersamaan dengan guguran," imbuhnya.
Data yang dia terima, kubah lava pada 4 April 2020 mencapai volume 6 juta meter kubik. "Sekarang lebih tinggi, antara 10 sampai 15 juta kubik, belum yang berada di cerukan-cerukan di aliran guguran. Jadi sangat banyak materialnya. Seandainya turun bersama berpotensi menyumbat," ujar Sugiyono.
Ia mengatakan pemahaman masyarakat perlu ditingkatkan dalam merespons bencana. "Pengetahuan, kemampuan perlu terus ditingkatkan, dan terus menerus diberikan pemahaman. Itu PR pemerintah, dari pusat hingga desa. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang risiko bencana, ancaman dari mana, bentuk ancaman bagaimana, bagi masyarakat yang kemungkinan berisiko terdampak," kata Sugiyono
Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan motivasi. "Ihwal pelatihan perlu ada tahapan, bertingkat dan berlanjut. Kemudian diuji, bukan hanya tangguh bencana, tetapi tangguh dalam ekonominya juga. Itu tinggal kemauan pemerintah untuk menyiapkan, masyarakat hanya penerima," ujarnya
Masyarakat juga perlu diajak berinovasi, bagaimana mendeteksi dini bentuk ancaman. "Inovasi dan tidak hanya bergantung alat," ujarnya.
Sementara itu, status aktivitas Gunung Semeru saat ini masih tetap di level III atau Siaga. Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, menyebutkan sejumlah laporan hasil pengamatan kegempaan pada Jumat, 3 November 2023.
Hasil pengamatan kegempaan itu menyebutkan 36 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm, dan lama gempa 76-150 detik. Tercatat juga 3 kali gempa Hembusan dengan amplitudo 2-6 mm, dan lama gempa 40-52 detik. Selain itu tercatat 7 kali Harmonik dengan amplitudo 3-17 mm, dan lama gempa 214-956 detik.
Petugas Pos PGA Gunung Semeru, Mukdas Sofyan menyebutkan beberapa poin rekomendasi, antara lain imbauan untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Ada imbauan juga untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.