TEMPO.CO, Jakarta - Rumah adat di Indonesia memiliki berbagai bentuk yang berbeda-beda di setiap daerah. Rumah adat juga memiliki fungsi yang beragam selain sebagai hunian. Misalnya, sebagai tempat untuk kegiatan kebudayaan setempat. Beberapa rumah adat di Indonesia dibangun dengan konstruksi yang unik, bahkan mampu menahan dampak kerusakan akibat gempa bumi. Dilansir dari berbagai sumber, inilah 7 rumah adat di Indonesia yang diklaim anti gempa:
1. Rumah Gadang, Sumatera Barat
Rumah Gadang menjadi salah satu rumah adat di Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat yang tahan gempa. Dilansir dari sumbar.go.id, rumah adat ini berbentuk segi empat tidak simetris, sebab dipengaruhi wilayah alam Minangkabau yang dominan dataran tinggi dan dataran rendah, sehingga diklaim tahan gempa hingga 8 SR.
Rumah Gadang disebut juga rumah gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Jika menurut ukurannya, tergantung pada jumlah lanjarnya, yakni ruas dari depan ke belakang. Dilansir dari laman Provinsi Sumatera Barat, rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam). Biasanya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih.
2. Rumoh Aceh
Letak denah rumoh Aceh biasanya dibangun menghadap ke utara dan ke selatan sehingga letaknya tepat membujur dari arah timur ke barat. Umumnya rumoh Aceh dibangun di atas tiang-tiang setinggi 2,5 sampai 5 meter dari tanah. Rumoh Aceh rata-rata memiliki tiga ruang induk, yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang. Rumoh Aceh rata-rata dibangun dalam ukuran besar, sebab selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumoh Aceh juga berfungsi sebagai tempat kegiatan-kegiatan sosial, seperti musyawarah, kenduri, peresmian khitanan dan lain sebagainya.
Dilansir dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Rumoh Aceh berbentuk panggung, tiang penyangganya terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan atapnya dari rumbia. Pembangunan rumah adat ini juga tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan. Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa anti gempa dan bertahan hingga 200 tahun.
3. Rumah Laheik Kerinci, Riau
Rumah Laheik merupakan rumah adat asal Kerinci, Riau yang dikenal dengan bangunannya yang kokoh. Rumah Laheik ini tersusun dari kayu yang saling disatukan. Kayu-kayu yang tersusun dan disatukan tersebut diikat dengan tambang yang berbahan ijuk. Konstruksi bangunan dengan bahan tersebut menjadikan rumah adat asal Kerinci ini menjadi bangunan yang tahan gempa.
4. Rumah Tua Bali Utara, Bali
Rumah Tua Bali Utara merupakan rumah adat asal Bali. Rumah adat ini dikenal dengan konstruksi bangunannya yang kokoh dan dianggap tahan akan gempa. Bangunan Rumah Tua Bali memiliki konstruksi yang memanfaatkan tiang kayu dan lambang serta sineb sebagai balok. Hal tersebut membuat bangunan kuat, sehingga jika terjadi guncangan, bangunan akan bergeser dan mengurangi dampak kerusakan jika terjadi gempa bumi.
5. Rumah Joglo, Jawa Tengah
Dilansir dari laman indonesia.go.id, rumah Joglo dikenal sebagai salah satu rumah adat di Indonesia dengan struktur bangunan yang kokoh. Rumah adat ini berasal dari Jawa Tengah. Bangunan rumah adat ini terstruktur dari rangkaian kayu dan memiliki kemampuan meredam getaran yang fleksibel, efektif dan stabil, sehingga mampu menahan kerusakan yang fatal akibat gempa.
Rumah Joglo memiliki kerangka bangunan utama yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru. Susunan ruangan pada Joglo umumnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendhapa, ruang tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah njero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar) yaitu senthong kiri, senthong tengah dan senthong kanan.
6. Rumah Kaki Seribu, Papua Barat
Rumah Kaki Seribu merupakan rumah adat asal Papua Barat, tepatnya Suku Arfak. Dilansir dari kemdikbud.go.id, rumah ini dirancang dengan pondasi yang kokoh, sehingga tahan terhadap gempa. Rumah kaki seribu atau Mod Aki Aksaatau Igkojei secara arsitektur tradisional hanya memiliki dua pintu dibagian depan dan belakang tanpa jendela sebagai ventilasi udara dengan konstruksi rumah panggung. Bahan yang digunakan sebagai konstruksi rumah kaki seribu seluruhnya terbuat dari kayu dan rumput ilalang serta daun pandan hutan sebagai atap.
Dilansir dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, disebut rumah kaki seribu karena konstruksi tiang sebagai penyanggah rumah cukup banyak bahkan jarak antar setiap tiang sebagai kaki penyanggah hanya sekitar 30 centimeter. Ukuran rumah kaki seribu 8 x 6 meter dengan tinggi panggung sekitar 1 hingga 1,5 meter dengan tinggi puncak atap 4,5 hingga 5 meter.
7. Omo Sebua dan Omo Hada, Kepulauan Nias
Omo Sebua dan Omo Hada merupakan rumah adat asal Kepulauan Nias, Sumatera Utara. Rumah adat ini menjadi salah satu rumah tahan gempa dengan bentuk rumah curam dengan ketinggian mencapai 16 meter yang dibangun di atas tumpukan kayu ulin dan berbentuk persegi.
Pilihan Editor: Rumah Tradisional Madura, Rumah Tak Berpaku