TEMPO.CO, Jakarta - Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengadakan kegiatan Refleksi Capaian Bidang Pelayanan Umum, Kerja Sama, Humas, dan Publikasi Tahun 2023. Salah satu rangkaian acara pada kegiatan tersebut adalah melihat kemitraan pendidikan vokasi dengan Belanda dan Prancis. Refleksi ini dilakukan dalam rangka optimalisasi peran Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dalam perkembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
Nanya Bukri dari Nuffic Neso, Belanda menyatakan bahwa negaranya telah berinvestasi banyak untuk pendidikan vokasi di Indonesia. “Kami berfokus kepada sekolah hijau di bidang pertanian. Bidang tersebut sangat menjanjikan di masa yang akan datang, khususnya dengan mengkolaborasikan bidang pertanian dengan teknologi,” kata dia Kamis, 16 November 2023 dalam rilis Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
Nuffic Neso adalah organisasi nonprofit nasional dari Belanda yang bergerak di bidang pendidikan. Organisasi ini menyediakan informasi dan konsultasi terkait pendidikan tinggi di Belanda.
Menurut Nanya, banyaknya jumlah sumber daya manusia di Indonesia perlu diimbangi dengan kompetensi yang sesuai di bidang pertanian. Negara Kincir Angin telah berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan vokasi selama lima tahun terakhir dengan dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) binaan, yaitu SMKN 2 Subang dan SMKN 5 Jember.
Adapun bentuk kolaborasi yang dibangun meliputi pembinaan seperti penyelarasan kurikulum, pelatihan guru, bahkan pengadaan fasilitas pembelajaran. “Kami terbuka dengan bentuk kolaborasi lainnya dengan SMK maupun politeknik. Bahkan, di Maret 2024 kami sudah berencana untuk (mengadakan) pelatihan di Politeknik Pertanian Negeri Kupang terkait adaptasi iklim untuk dunia pertanian,” kata Nanya.
Sementara itu, kolaborasi dengan Prancis telah terjalin sejak 2016. Kolaborasi ini fokus pada pengembangan kompetensi insan vokasi. Realisasinya bisa melalui program pelatihan, berbagi pengalaman dan praktik baik pendidikan vokasi dari kedua negara, promosi model Center of Excellence atau CoE, serta program mobilitas bagi guru dan tenaga kependidikan.
“Dalam pelaksanaan CoE, terdapat industri yang bekerja sama dengan kami, yaitu Schneider Electric. Sejak 2018, dampak COE sudah terasa kepada 27.109 siswa,” ujar Kepala Institute Francais Indonesie, Francois Dabin dalam kesempatan yang sama.
Sepanjang 2023, Campus des Métiers et des Qualifications (CMQ) berkunjung ke sejumlah satuan pendidikan vokasi. CMQ merupakan pusat profesi dan kualifikasi yang memiliki program pendidikan serta pelatihan di Prancis. CMQ hadir dengan tujuan menghubungkan dunia pendidikan dengan dunia kerja dalam industri tertentu.
“Prancis pun menjalin kerja sama melalui program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) serta program IUT-Politeknik terkait penerimaan mahasiswa Indonesia ke Prancis,” kata Dabin.
Pribadi Mumpuni Adhi perwakilan dari Politeknik Negeri Jakarta mengutarakan keinginannya untuk bekerja sama dengan Schneider Electric. “Sebagai politeknik yang memiliki departemen Jurusan Teknik Elektronika, saya sangat tertarik dengan menjalin kerja sama tersebut dan menantikan regulasinya,” kata dia.
Nanya dan Dabin mewakili negara masing-masing sepakat untuk menjalin kemitraan yang lebih erat melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.
Pilihan Editor: Tingkatkan Kemampuan Siswa Vokasi, Tim Mahasiswa UPI Bikin Media Belajar Vofisil
