TEMPO.CO, Jakarta - Impian mendirikan sekolah untuk anak usia dini tumbuh dalam pikiran Yosina Deda. Ia meyakini, pendidikan yang benar sejak dini akan menjadi landasan dalam membangun keluarga yang kuat. Perempuan berusia 48 tahun inimendedikasikan dirinya mengajar baca tulis kepada anak usia dini di daerah tepian Danau Sentani, Papua.
Mama Yosi--sapaan akrabnya--tergerak untuk mengajar karena mayoritas orang tua di Kampung Ayapo tak mengajarkan anak-anaknya. Para orang tua sibuk pergi ke kebun. Akhirnya, anak-anak mereka hanya bermain dari pagi sampai petang.
Mama Yosi mengajak anak-anak tersebut berkumpul sambil belajar. Awalnya, ia hanya mengajarkan bernyanyi, hingga akhirnya mengenalkan angka dan huruf. Ia menggunakan nyanyian untuk menyampaikan pelajarannya.
Mulanya, Yosi meminta sang suami yang merupakan ketua rukun tetangga atau RT di Kampung Ayapo untuk membukakan jalan baginya menuju tetua adat. Namun sembari itu, ia terus mengedukasi dan sosialisasi kepada masyarakat betapa pentingnya pendidikan anak usia dini.
Perlahan-lahan, masyarakat lain mengajukan diri secara sukarela untuk bergabung menjadi pengajar. Mereka rajin mengajar berpindah dari rumah ke rumah. Mulai dari hal-hal yang terdekat dengan kehidupan dengan bahan-bahan ajar dari alam yang ada di sekitar. Misalnya bagaimana mencintai Tuhan. Buah konsistensinya, Mama Yosi mulai dikenal oleh para pemangku adat dan pejabat daerah.
Untuk menunaikan niatnya, Yosi duduk bersama pemangku adat di Kampung Ayapo, Distrik Sentani, Papua. Ia mengutarakan maksud hati untuk mendirikan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD bagi anak-anak usia dini di kampung itu.
Mendengar niat baik Yosi, pemangku adat pun mengabulkan permintaannya. Saat itu, pemangku adat Kampung Ayapo memberinya sebidang tanah secara gratis untuk mendirikan taman bermain dan PAUD. Pada 2009, berdirilah Nuri Ayapo yang menjadi PAUD pertama di wilayah tersebut.
Usai duduk bersama pemangku adat dan pejabat desa, proses berlanjut ke pemetaan lokasi sekolah dan pembahasan anggaran dana. Ketika itu, Yosi ikut terlibat menganggarkan dana pembangunan PAUD Nuri Ayapo. Pada awal merintis, masih nihil bantuan dari pemerintah. Mereka hanya mengandalkan swadaya dari masyarakat. Setelah itu, barulah ada bantuan pemerintah yang disebut Dana Desa.
Kini, tercatat ada 43 pendaftar baru pada 2023 dengan jumlah total siswa lebih dari 60 anak. Di Kampung Ayapo sendiri, ada lebih dari 200 kepala keluarga.
Perjuangan penuh tantangan
Usai sekolah PAUD berdiri, para orang tua beramai-ramai mendaftarkan anak-anaknya. Kala itu, Yosi tak menetapkan biaya pendaftaran, hanya sukarela. Bahkan, ia menggratiskan biaya bagi orang tua yang kurang mampu secara ekonomi.