TEMPO.CO, Jakarta - NASA telah menetapkan tanggal peluncuran sementara pada Juli 2028 untuk misi Dragonfly, yang dimaksudkan untuk menjelajahi bulan terbesar Saturnus, Titan, dengan ketidakpastian anggaran disebut-sebut sebagai alasan penundaan proyek tersebut selama satu tahun.
Tim Dragonfly kini dapat melanjutkan ke tahap pengembangan berikutnya — Fase C — untuk drone bertenaga nuklir seukuran mobil yang akan terbang dan mendarat di pasir Titan, sebuah planet yang menurut para ilmuwan kaya akan molekul organik.
“Tim Dragonfly telah berhasil mengatasi sejumlah tantangan teknis dan program dalam upaya berani mengumpulkan ilmu pengetahuan baru di Titan,” kata administrator asosiasi Direktorat Misi Sains NASA Nicola Fox dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Space, 1 Desember 2023. “Saya bangga dengan tim ini dan kemampuan mereka menjaga semua aspek misi tetap berjalan.”
Pada pertemuan Kelompok Penilaian Planet Luar (OPAG) NASA pada tanggal 28 November, Direktur Divisi Sains Planet di badan tersebut, Lori Glaze, mengungkapkan alasan penundaan peluncuran — yang awalnya dijadwalkan menuju Titan pada tahun 2027.
Dia mengatakan bahwa konfirmasi resmi dari Dragonfly dan biaya resmi serta penjadwalan misi oleh Dewan Manajemen Program Badan (APMC) NASA telah ditunda karena ketidakpastian mengenai berapa banyak uang yang akan tersedia untuk proyek tersebut.
“Karena ketidakpastian yang sangat besar dalam pendanaan dan anggaran Tahun Anggaran 2024 dan Tahun Anggaran 2025, keputusan diambil di APMC untuk menunda konfirmasi resmi,” kata Glaze dalam pertemuan tersebut.
Dia menambahkan bahwa Dragonfly akan dibawa kembali ke APMC pada musim semi 2024 setelah usulan anggaran Tahun Keuangan 2025 NASA.
Tim akan merencanakan ulang misi tersebut berdasarkan permintaan, dan ketika restrukturisasi yang diperlukan telah diselesaikan dan ditinjau, NASA akan secara resmi menilai tanggal kesiapan peluncuran misi tersebut pada pertengahan tahun 2024. Ini berarti beberapa elemen desain dan fabrikasi misi akhir Dragonfly akan ditunda, sementara elemen lainnya dilanjutkan.
Sejauh ini, Dragonfly adalah satu-satunya misi NASA yang dijadwalkan mengunjungi permukaan bulan itu. Sesampainya di Titan, drone akan mencari kondisi yang memungkinkan untuk dihuni. Dragonfly juga akan menyelidiki sejauh mana kemungkinan perkembangan kimia prebiotik di bulan Saturnus dan bahkan memburu tanda-tanda kehidupan berbasis air atau hidrokarbon yang sudah ada di sana.
Selain melakukan perjalanan lebih jauh melintasi dunia asing dibandingkan penjelajah planet lainnya, helikopter 4 bilah ganda itu juga akan mendarat di permukaan Saturnus di wilayah berbeda, mengumpulkan sampel untuk menentukan komposisi material permukaan dalam kondisi geologi yang berbeda-beda.
Penyelidikan Titan merupakan prioritas tinggi bagi para ilmuwan planet karena, selain merupakan planet lautan, Titan juga merupakan satu-satunya bulan di tata surya yang diketahui memiliki atmosfer tebal dan siklus hidrologi awan metana, hujan, dan cairan yang mengalir seperti Bumi di permukaannya dan mengisi danau dan lautan. Hal ini, dan potensi banyaknya bahan organik kompleks yang membeku di permukaan es bulan, meningkatkan potensi kelayakan huni di Titan.
Dragonfly, yang akan dibangun dan dioperasikan oleh Johns Hopkins Applied Physics Laboratory (APL) di Laurel, Maryland, dibangun untuk melakukan penyelidikan ini menggunakan kamera, sensor, dan sampler yang dilengkapi.
Beberapa komponen Dragonfly, termasuk sistem kendali dan navigasinya, telah diuji di gurun California — dipilih karena kemiripannya dengan bukit pasir Titan — serta di terowongan angin di Pusat Penelitian Langley milik NASA. Model skala penuh juga telah diuji di Titan Chamber — milik Johns Hopkins APL yang mensimulasikan suhu dingin dan tekanan atmosfer di lingkungan Titan yang kaya metana.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.