TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK memandang Pusat Perubahan Iklim ASEAN atau ASEAN Climate Change Centre (ACCC) sebagai bentuk komitmen tegas Asia Tenggara untuk mengambil tindakan dalam mengatasi perubahan iklim.
Direktur Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional KLHK Wahyu Marjaka mengatakan Pusat Perubahan Iklim ASEAN berperan penting dalam menyatukan seluruh kawasan.
"ACCC dapat fokus dan memprioritaskan implementasi nationally prepared contribution, adaptasi dengan nature based solution dan ecosystem based approach, serta tidak lanjut hasil Konferensi Perubahan Iklim di kawasan ASEAN," ujarnya di Jakarta, Rabu, 13 Desember 2023.
Pusat Perubahan Iklim ASEAN diusulkan dan diselenggarakan oleh Brunei Darussalam untuk memfasilitasi kerja sama regional dan koordinasi inisiatif perubahan iklim melalui koordinasi erat dengan Kelompok Kerja ASEAN untuk Perubahan Iklim (AWGCCC), serta memberikan rekomendasi kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim.
Head of Brunei Climate Change Secretariat Ahmad Zaiemaddien Halbi mengatakan pusat regional sangat penting untuk mendorong kolaborasi yang diperlukan untuk meningkatkan upaya memerangi perubahan iklim.
Ahmad mengklaim beberapa mitra dialog dan negara-negara menyatakan minat mereka untuk mendukung pusat regional perubahan iklim tersebut, seperti Jerman dan Uni Eropa.
ASEAN merupakan rumah bagi salah satu keanekaragaman hayati yang paling berharga di dunia, mengalami pertumbuhan ekonomi yang besar, dan salah satu eksportir produk pertanian terbesar di dunia.
Oleh karena itu, cara ASEAN dalam mengatasi dampak perubahan iklim sangat menentukan bagi Asia dan seluruh dunia. Pembentukan ACCC menandakan sebuah langkah besar menuju visi bersama mengenai ASEAN yang lebih hijau dan tangguh.
Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia Nik Nazmi menegaskan kekuatan pertemuan ASEAN dapat membantu negara-negara anggota untuk mengatasi perubahan iklim.
"Saya ingin menekankan perlunya semangat ASEAN untuk menjajaki peluang untuk menegosiasikan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama sebagai satu suara," ujarnya.
Head of Environment Division and Assistant Director of Sustainable Development Sekretariat ASEAN, Vong Sok, menekankan pentingnya inklusi dan partisipasi yang bermakna dengan berbagai pemangku kepentingan di kawasan.
Menurutnya, perubahan iklim selalu menjadi prioritas ASEAN dan setiap keketuaan mempunyai prioritas agenda perubahan iklim.
"Sekretaris berharap ACCC dapat berkontribusi terhadap kesenjangan pengetahuan mengenai proses global dan implementasinya di kawasan," kata Sok.
Pilihan Editor: Ini Sanksi Bagi Penerima Beasiswa LPDP yang Tidak Pulang ke Indonesia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.