TEMPO.CO, Jakarta - Baterai merupakan salah satu sumber energi yang banyak dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Jenis baterai yang digunakan pada peralatan elektronik merupakan jenis baterai kering sekali pakai, sehingga apabila telah mencukupi masa pemakaian akan dibuang begitu saja oleh masyarakat.
Dilansir dari its.ac.id, limbah baterai mengandung berbagai macam logam berat seperti merkuri, timbal, nikel, kadmium, dan lithium yang dapat menyebabkan pencemaran air dan tanah, serta membahayakan kesehatan manusia, sehingga termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Dalam upaya terus meningkatkan keberlanjutan energi, bio baterai telah muncul sebagai solusi yang menjanjikan. Konsep ini melibatkan penggunaan bahan-bahan organik atau mikroba untuk menghasilkan energi, memungkinkan kita untuk mendapatkan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan. Dilansir dari berbagai sumber, inilah Berikut bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bio baterai:
1. Kulit pisang
Pisang merupakan tanaman yang tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Produksi pisang dengan kuantitas yang besar ini menimbulkan sebuah permasalahan yaitu kurang termanfaatkannya limbah kulit pisang tersebut. Dilansir dari jurnal berjudul “Bio-Baterai dari Kulit Pisang: Diseminasi olah Praktis pada Ibu PKK Dusun Kallimpo” karya Andi Nurannisa, kulit pisang mengandung karbohidrat dan mineral, seperti kalium, magnesium, fosfor, klorida, kalsium dan besi.
Jika kulit pisang dimasukkan ke dalam air dan didiamkan pada ruang kedap udara selama beberapa hari, maka akan terjadi fermentasi menghayang silkan etanol yang termasuk dalam zat elektrolit. Zat elektrolit pada kulit pisang dapat terionisasi dan menghantarkan listrik sehingga tepat dijadikan sebagai pasta elektrolit yang memiliki daya tahan optimum pada baterai.
2. Kulit jeruk
Dilansir dari jurnal berjudul “Analisis Jeruk dan Kulit Jeruk sebagai Larutan Elektrolit terhadap Kelistrikan Sel Volta” karya Suci Asmarani jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki tingkat keasaman tinggi karena banyak mengandung asam sitrat. Selain itu, jeruk juga mengandung kalsium, fosfor, dan besi. Keunggulan lain dari buah jeruk adalah ketersediaannya yang melimpah serta limbah kulit jeruk juga memiliki kandungan asam yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bio-baterai.
3. Ampas kopi
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia adalah kopi. Konsumsi kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat di Indonesia yang ada sejak tahun 1696 hingga saat ini. Dilansir dari Jurnal berjudul “Identifikasi Sifat Kelistrikan Bio-baterai Berbahan Dasar Ampas Kopi” karya Ishak Pawarangan, dalam 100 kilogram bubuk kopi setidaknya mengandung 90 kilogram atau sekitar 90 persen dari kopi yang dihasilkan berakhir dengan apa yang disebut ampas kopi atau Spent Coffee Grounds (SCG).
Secara teoritis ampas biji kopi mengandung karbohidrat (38-42 persen), melanoidin (23 persen), lipid 11-17 persen), dan komponen lainnya. Kandungan karbohidrat dari ampas biji kopi memiliki persentase yang tinggi, sehingga ampas biji kopi dapat kita manfaatkan menjadi salah satu bahan dasar untuk pembuatan elektroda superkapasitor sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bio baterai.
4. Kentang
Kentang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bio listrik yang ekonomis dan lebih familiar di segala lapisan masyarakat. Cara pembuatan bio baterai dengan kentang juga cukup mudah, dengan menancapkan seng logam pada kentang yang sudah dipotong, menghubungkan seng logam tersebut dengan kabel atau kawat menggunakan penjepit buaya, dan menghubungkan kabel atau kawat tersebut ke bola lampu atau alat elektronik lainnya.
Dilansir dari Jurnal berjudul “Kandungan Muatan Listrik pada Buah dan Sayur”, kentang dapat dimanfaatkan sebagai bio baterai karena memiliki komponen penghasil listrik seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin B, vitamin C, dan kalium, air, pati, riboflavin, dan zat besi.
5. Cangkang kepiting
Cangkang kepiting merupakan limbah yang masih belum termanfaatkan di Indonesia. Limbah cangkang kepiting memiliki kandungan kitin dan kitosan yang tinggi, sehingga berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk dijadikan polimer alam.
Dilansir dari jurnal berjudul "Analisis Konduktivitas Listrik pada Kitosan dari Limbah Ranjungan di Pacitan Sebagai Bahan Elektrolit pada Bio-Baterai” karya Trisna Jaya Saputra, elektrolit polimer kitosan dari cangkang kepiting dengan penambahan KCl menghasilkan konduktivitas yang tinggi, sebesar 326,3195626 s/cm pada kitosan 45 persen dan 180,4409364 s/cm pada kitosan 35 persen pada frekuensi 1000 Hz, sehingga kitosan dapat dijadikan sebagai bahan elektrolit.
Pilihan Editor: Baterai LFB Bisa Didaur Ulang, Pengamat: Tapi Tidak Ekonomis