Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gajah Sumatera Makin Rentan Penyakit Akibat Penyempitan Habitat

image-gnews
Seekor anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang baru berumur 28 hari bermain bersama induknya di Bali Zoo, Gianyar, Bali, Jumat, 22 Desember 2023. Kebun binatang tersebut untuk kedua kalinya berhasil mengembangbiakkan Gajah Sumatera dengan kelahiran anak gajah jantan yang diberi nama Kama pada 24 November 2023 sehingga saat ini jumlah satwa endemik Indonesia yang dilindungi itu bertambah menjadi 15 ekor yakni 4 jantan dan 11 betina. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Seekor anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang baru berumur 28 hari bermain bersama induknya di Bali Zoo, Gianyar, Bali, Jumat, 22 Desember 2023. Kebun binatang tersebut untuk kedua kalinya berhasil mengembangbiakkan Gajah Sumatera dengan kelahiran anak gajah jantan yang diberi nama Kama pada 24 November 2023 sehingga saat ini jumlah satwa endemik Indonesia yang dilindungi itu bertambah menjadi 15 ekor yakni 4 jantan dan 11 betina. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, JakartaJurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Desember 2023 lalu merilis studi soal peningkatan risiko konflik antara gajah dan manusia yang dipicu oleh perubahan iklim dan lingkungan antropogenik lainnya. Studi ini mengkaji bagaimana proyeksi dampak perubahan iklim yang dapat mempengaruhi distribusi dan intensitas konflik gajah Asia dan Afrika.

Deny Setyo Wibowo, yang melakukan penelitian doktoral perihal gajah Sumatera, mengatakan, perubahan iklim membuat beberapa tanaman sebagai sumber pakan gajah Sumatera jadi langka. Selain faktor iklim, penyebab kerentanan gajah Sumatera adakah makin mengecilnya habitat dan wilayah jelajah karena habitat alami gajah telah dibuka untuk keperluan perkebunan oleh masyarakat. 

"Gajah dengan berat bobot 1 ton lebih, maupun 2 ton. Mereka dalam sehari dalam kondisi normal akan berkeliling di daerah jelajahnya atau home range, dia bisa makan 10-15 persen dari bobot tubuhnya. Bisa dibayangkan jika sekelompok gajah beranggota 10-15 ekor kemudian kebutuhan makan tidak tercukupi, maka mereka bakal mencari area lainnya untuk pakan," kata Deny, pengajar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University itu melalui sambungan telepon dengan Tempo, Senin, 5 Februari 2024.

Kelangkaan pakan ini, kata Deni, memicu peningkatan kasus disorientasi gajah Sumatera. Gajah Sumatera ini kemudian mulai menelusuri habitat lama atau home range terdahulu untuk mencari sumber makanan. "Kemudian gajah-gajah Sumatera ini masuk sampai ke perkebunan warga untuk mencari pakan," ungkapnya.

Soal penyakit, Deny menyebut gajah Sumatera rentan terserang Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV). Penyakit ini banyak menyerang gajah yang masih kecil. "Kita tahu bahwa kehamilan gajah bisa sampai dua tahun. Ketika ada gajah kecil lahir dan mati karena penyakit, itu sangat membuat lelah bagi para pelaku konservasi gajah. Itu jadi tantangan tersendiri dan butuh kesabaran," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Deny menambahkan, kerentanan lain dari populasi gajah Sumatera adalah karena perkawinan sedarah. Makin menyempitnya habitat bisa mengurangi keanekaragaman genetika dari gajah Sumatera. "Biasanya keturunan bakal rentan penyakit tertentu. Bisa jadi ada kemandulan, bisa juga stunting, dan sebagainya, itu dipengaruhi kawin sedarah. Itu berisiko bagi satwa liar dengan populasi kecil dan terisolasi pada suatu area," ungkapnya.

Gajah Sumatera, kata Deny, juga terancam akan potensi zoonosis. Makin kecilnya habitat, maka interaksi dengan manusia makin intens. Hal itu membuat gajah rentan terkena penyakit yang berasal dari manusia. "Ada beberapa laporan kasus zoonosis ini. Ada gajah teridentifikasi mengidap tuberkulosis. Walaupun tidak diumumkan secara resmi, itu ada laporan seperti itu. Tetapi itu butuh penelitian lebih lanjut," kata dia.

Sebelumnya, Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) mengungkapkan temuan disorientasi gajah yang ditengarai akibat perubahan bentuk habitat atau alih fungsi lahan. Koordinator Wilayah Riau FKGI, Zulhusni Syukri mengatakan, fenomena yang terjadi pada Gajah Sumatera atau Elephas Maximus Sumatranus itu menjadi perhatian, selain soal konflik masyarakat dan gajah.

IRSYAN HASYIM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Satu Anak Gajah Sumatera Lahir di Pusat Konservasi Gajah Riau

22 hari lalu

Potret anak Gajah Sumatera yang baru lahir. ANTARA
Satu Anak Gajah Sumatera Lahir di Pusat Konservasi Gajah Riau

Satu anak Gajah Sumatera lahir di Pusat Konservasi Gajah Provinsi Riau, Sabtu 6 April 2024.


Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

30 hari lalu

Kawanan monyet ekor panjang yang memasuki kawasan permukiman di Kota Bandung. Cuplikan video netizen
Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

Setelah Kota Bandung, kini giliran Soreang, ibu kota Kabupaten Bandung, menjadi sasaran kawanan monyet ekor panjang untuk berkeliaran.


PLN Dukung Pelestarian Gajah Sumatra

47 hari lalu

PLN Dukung Pelestarian Gajah Sumatra

Komitmen PT PLN (Persero) terhadap pelestarian Gajah Sumatra semakin nyata dengan penyediaan motor dan speed boat patroli bagi Pusat Latihan Gajah (PLG) Sumatra Padang Sugihan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.


Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

49 hari lalu

Kawanan monyet ekor panjang yang memasuki kawasan permukiman di Kota Bandung. Cuplikan video netizen
Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

Pakar ITB menengarai kemunculan monyet ekor panjang di Bandung akibat kerusakan habitat asli. Populasi mamalia itu juga tergerus karena perburuan.


Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

56 hari lalu

Petugas BKSDA Aceh bersama tim dokter hewan membedah bangkai gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) saat proses nekropsi di kawasan Hutan Desa Lancong, Sungaimas, Aceh Barat, Aceh, Rabu, 20 Desember 2023. Sampel organ yang diambil di antaranya cairan usus, limpa, hati, darah, potongan usus, jantung, dan kotoran guna uji laboratorium untuk memudahkan proses penyelidikan penyebab kematian. ANTARA/Syifa Yulinnas
Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

BKSDA Aceh mengkhawatirkan dampak deforestasi terhadap satwa liar. Ancaman tertinggi dihadapi empat satwa kunci di hutan Aceh.


Gajah Liar Obrak-abrik Area Wisata TNBBS

59 hari lalu

Salah satu kelompok Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar mencari makan disekitar kantong habitat Sugihan-Simpang Heran di Desa Sungai Batang, Kecamatan Air Sugihan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Minggu, 14 Mei 2023. Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan per tahun 2022, jumlah Gajah Sumatera yang ada di kantong habitat Sugihan-Simpang Heran sebanyak 237 ekor.  ANTARA FOTO/Nova Wahyud
Gajah Liar Obrak-abrik Area Wisata TNBBS

Sedikitnya 18 ekor gajah liar disebut masuk kawasan wisata di Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Kabupaten Lampung Barat, Lampung.


Rentetan Kematian Gajah Sumatera, KLHK Manfaatkan Teknologi Deteksi Dini

29 Februari 2024

Taman Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, kembali kehilangan salah satu ekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) setelah diduga dibunuh oleh pemburu liar untuk diambil gadingnya. ANTARA/HO-TNTN
Rentetan Kematian Gajah Sumatera, KLHK Manfaatkan Teknologi Deteksi Dini

Sebelumnya, BKSDA Aceh menemukan seekor gajah sumatera yang mati di Kabupaten Pidie Jaya.


Taman Nasional Way Kambas Sambut Anak Gajah Sumatera Baru

27 Februari 2024

Seekor anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang baru berumur 28 hari bermain bersama induknya di Bali Zoo, Gianyar, Bali, Jumat, 22 Desember 2023. Kebun binatang tersebut untuk kedua kalinya berhasil mengembangbiakkan Gajah Sumatera dengan kelahiran anak gajah jantan yang diberi nama Kama pada 24 November 2023 sehingga saat ini jumlah satwa endemik Indonesia yang dilindungi itu bertambah menjadi 15 ekor yakni 4 jantan dan 11 betina. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Taman Nasional Way Kambas Sambut Anak Gajah Sumatera Baru

Taman Nasional Way Kambas di Lampung menyambut satu ekor gajah sumatera betina baru.


Sensus Burung Air Asia Kembali Digelar di Ancol, Ini 10 Jenis yang Diidentifikasi

26 Februari 2024

Burung Kuntul Besar (Egretta alba) saat mencari makan dari sisa-sisa sampah yang mencemari kawasan Muara Angke, Jakarta, 15 Desember 2015. Sampah yang mencemari kawasan Muara Angke membuat ekosistem bawah air tempat hidup ikan-ikan makanan burung air menjadi terganggu. TEMPO/M Iqbal Ichsan
Sensus Burung Air Asia Kembali Digelar di Ancol, Ini 10 Jenis yang Diidentifikasi

Ancol Taman Impian janji terus monitor dan evaluasi keberadaan burung air agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupannya.


Kematian Beruntun, Gajah Sumatera Kembali Ditemukan Mati

25 Februari 2024

Petugas BKSDA Aceh bersama tim dokter hewan membedah bangkai gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) saat proses nekropsi di kawasan Hutan Desa Lancong, Sungaimas, Aceh Barat, Aceh, Rabu, 20 Desember 2023. Pembedahan gajah betina yang diperkirakan berusia lima tahun tersebut dilakukan untuk mengambil sejumlah sampel organ dalam tubuhnya. ANTARA/Syifa Yulinnas
Kematian Beruntun, Gajah Sumatera Kembali Ditemukan Mati

Gajah Sumatera mengalami penurunan populasi 70 persen dalam dua dekade terakhir. Salah satu sebab tersengat pagar listrik.