TEMPO.CO, Jakarta - Telepon seluler atau handphone seringkali dikaitkan dengan sambaran petir sehingga diduga sampai menewaskan penggunanya. Menurut Syarif Hidayat, ahli dan peneliti petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB), handphone tidak menyebabkan penggunanya tersambar petir. “Lagi pakai handphone disambar petir, nggak ada cerita insiden itu di seluruh dunia,” kata Syarif Hidayat, dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB dari Kelompok Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, Jumat 9 Maret 2024.
Menurutnya sejauh ini belum pernah ada laporan sambaran petir langsung ke handphone yang digunakan di dalam maupun di luar rumah. “Tidak cukup gelombang elektromagnetik dari handphone sanggup memancing petir karena sangat kecil,” ujarnya. Hal senada disampaikan ahli petir lainnya Reynaldo Zoro. “Banyak yang selalu menghubungkan handphone dengan disambar petir, tidak ada korelasinya,” kata dia, Jumat 9 Maret 2024.
Lazimnya, petir akan menyambar bangunan atau benda yang tinggi seperti gedung bertingkat dan pohon. Manusia yang berada di permukaan tanah pada tempat terbuka seperti di lapangan juga bisa tersambar kilat. Pun saat orang berteduh di bawah pohon yang tersambar petir, bisa terkena side flash. Bagian yang kena petir itu bisa gosong, terbakar, atau meledak. Sementara di dalam bangunan seperti gedung atau rumah, orang bisa terhindar dari sambaran petir.
Pada kasus gedung atau rumah yang tersambar petir, kata Syarif, tegangan listrik dari bangunan itu seketika akan naik luar biasa sampai ke tanah dan menyebabkan arus loncat. Ketika ada saluran listrik, tegangan tinggi dari petir meloncat ke kabel listrik konduktor. Kecepatan sambaran petir itu dalam hitungan puluhan mikro sekon (mikrodetik). Sedangkan reaksi sekring atau sirkuit pemutus beban listrik (MCB) dalam hitungan milisekon. Artinya menurut Syarif, sekring atau MCB keburu rusak akibat sambaran petir sebelum bisa bekerja untuk melindungi bangunan. “Karena itu peralatan elektronik menjadi rusak,” ujarnya.
Ketika ada peralatan elektronik yang sedang digunakan seperti setrika atau handphone yang sedang diisi ulang misalnya, menurut Syarif, umumnya tidak sampai menyebabkan orang terluka apalagi sampai mematikan. “Apa saja yang terhubung secara listrik orang bisa tersengat tapi umumnya tidak fatal,” kata dia.
Beda kasusnya dengan orang tersengat listrik di dalam rumah akibat hubungan arus pendek alias korsleting saat memakai perangkat elektronik. Korban yang tersengat listrik 100 volt atau 1-2 kilo Ampere bisa meninggal. “Mungkin pas ada petir, tapi bisa karena kesetrum biasa bukan sambaran petir,” ujar Syarif. Untuk memastikannya, perlu otopsi atau pada instalasi listriknya bisa dilihat apakah ada jejak hangus karena petir.
Selain itu menurut Syarif, tanda orang kesetrum listrik yaitu ada lebam di tangan dan kaki. “Itu kena namanya tegangan sentuh, yang menyentuh tangan listriknya mengalir lewat tubuh, jantung, lalu ke kaki yang menginjak permukaan,” kata dia.Penyebab kematian menurutnya bukan dari lebam melainkan akibat jantung yang jadi berhenti.
Pilihan Editor: Sejuta Sambaran Petir di Jawa Barat pada Februari 2024, Salah Satunya Menewaskan Mahasiwa Unpad