Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

image-gnews
Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)  Wahyudi Hasbi menuturkan misi qaqa LAPAN-A2 yang turut berkontribusi dalam pemantauan wilayah Indonesia dan membantu proses komunikasi untuk daerah-daerah yang dilanda bencana. Menurut Wahyudi, hingga saat ini LAPAN-A2 mampu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR PA). Satelit ini diluncurkan pada 28 September 2015 dari Sriharikota, India. Satelit LAPAN-A2 dioperasikan melalui Mission Control Center (MCC) Stasiun Bumi Rancabungur Bogor.

Teknologi yang dibawa oleh satelit tersebut yaitu Voice Repeater (VR) dan Automatic Packet Reporting System (APRS). Wahyudi menjelaskan VR dan APRS merupakan muatan atau payload yang digunakan dalam menjalankan misi komunikasi satelit. Kedua muatan ini dapat membantu proses komunikasi darurat di daerah bencana ketika komunikasi terestrial terputus.

"Melalui muatan VR, satelit LAPAN-A2 dapat digunakan para amatir radio dalam mengirimkan pesan suara. Sementara melalui muatan APRS, operator satelit dapat mengirimkan pesan singkat dalam bentuk teks (seperti SMS) kepada para amatir radio. Selain itu, data lain yang dapat dikirimkan dapat berupa foto/gambar," ujar Wahyudi melalui keterangan tertulis, Kamis, 28 Maret 2024.

Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan komunikasi satelit cukup sederhana, yaitu menggunakan Radio Genggam atau Handheld Transceiver (HT) dan antena pengarah. HT yang digunakan HT Dual Band UHF dan VHF, sedangkan antena bisa menggunakan Moxon Dual Band, Cross Yagi dan QFH (Quadri Fillar Helix). Salah satu antena yang dapat dibuat sendiri adalah Moxon Yagi Emergency. Antena ini dapat dibuat dari kawat yang bisa kita jumpai di berbagai material, seperti kawat hanger, kawat jemuran, dan kawat las. Antena ini memungkinkan untuk dipakai pada situasi darurat.

Wahyudi menyampaikan, satelit LAPAN-A2 memiliki nama seri IO-86 bermakna Indonesian OSCAR (Orbiting Satellite Carying Amateur Radio) ke-86 di dunia. Keunggulan dari Voice Repeater IO-86 adalah dapat diakses menggunakan HT kecil standar sehingga memudahkan saat digunakan pada situasi darurat. Pemancar balik LAPAN-A2 memiliki daya pancar 5 watt yang cukup besar. Sementara sinyal balik dari satelit bisa diterima oleh antenna rubber duck bawaan HT standar.

"Jangkauan komunikasi satelit ini lebih dari 4.500 km. Hal tersebut memungkinkan pengguna amatir radio di Indonesia untuk berkomunikasi dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Srilanka, hingga Jepang dan China," kata Wahyudi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Satelit IO-86 dapat diakses melalui frekuensi 145.825mhz untuk APRS. Sedangkan untuk VR di frekuensi 145.880mhz (Uplink) dan 435.880mhz (Downlink)," ucap dia.

Salah satu peran satelit ini adalah pada saat gempa bumi di Lombok dan Tsunami di Palu beberapa tahun silam. Satelit LAPAN-A2 (IO-86) diaktifkan untuk membantu komunikasi antar relawan penanganan bencana. Semua pengguna radio amatir bisa menggunakannya. Hal ini dikarenakan jangkauan komunikasi satelit yang luas sehingga para relawan dapat berkoordinasi dengan daerah-daerah lainnya.

"Satelit hasil kolaborasi dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) ini memungkinkan menjangkau seluruh pengguna radio amatir di Indonesia. Melalui cara ini ORARI dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Tim SAR guna mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan," tuturnya.

Menurut Wahyudi, anggapan bahwa teknologi satelit sebagai teknologi tinggi yang sulit diakses oleh masyarakat perlu dipikirkan kembali, karena saat ini masyarakat dari berbagai kalangan dapat mengakses satelit LAPAN-A2. BRIN dan ORARI kerap melakukan Bimbingan Teknis Komunikasi Satelit kepada para siswa, komunitas, organisasi maupun masyarakat umum. Bimtek dilakukan di berbagai daerah dan beberapa event seperti JOTA JOTI (Jamboree On The Air – Jamboree On The Internet) untuk anggota Pramuka.

"Hingga saat ini IO-86 masih digunakan saat terjadi bencana di Indonesia dan digunakan untuk berlatih komunikasi kebencanaan sebagai langkah antisipasi jika terjadi bencana. Latihan ini dilakukan bersama dengan ORARI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana," katanya.

Pilihan Editor: Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Faktor Penyebab Hujan Lebat di Jabodetabek Hari Ini Menurut Peneliti BRIN

6 jam lalu

Ilustrasi hujan disertai angin kencang. Shutterstock
3 Faktor Penyebab Hujan Lebat di Jabodetabek Hari Ini Menurut Peneliti BRIN

Hujan yang terjadi hari ini tidak didukung oleh monsoon Asia yang kuat yang biasa identik dengan datangnya musim hujan di Indonesia.


Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI, Perkuat Ketangguhan Menghadapi Bencana

13 jam lalu

Dalam Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI 2024 melaksanakan kegiatan Bakti Sosial berupa penyaluran bantuan sembako bagi warga di wilayah Sukabumi, pada Ahad, 27 Oktober 2024. Dok. BRI
Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI, Perkuat Ketangguhan Menghadapi Bencana

Tim Elang Relawan BRI sendiri merupakan Satuan Tugas Bencana yang beranggotakan pekerja BRI yang masih aktif dan tersebar di seluruh unit kerja BRI.


Cuaca Panas Pekan Terakhir Oktober, Suhu Udara Kembali Tembus 38 Derajat

1 hari lalu

Cuaca panas dan terik di Indonesia pada pekan terakhir Oktober 2024. Suhu maksimum harian tertinggi dicatat BMKG lebih dari 38 derajat Celsius. Dok. BMKG
Cuaca Panas Pekan Terakhir Oktober, Suhu Udara Kembali Tembus 38 Derajat

Berdasarkan data BMKG, cuaca panas meningkat di antaranya di Surabaya pada akhir Oktober.


Cuaca Panas dan Kering Saat Ini Diperkirakan Sampai Pertengahan November

2 hari lalu

Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Cuaca Panas dan Kering Saat Ini Diperkirakan Sampai Pertengahan November

Peneliti BRIN jelaskan sebab cuaca panas dan terik di Indonesia saat ini karena maraknya siklon tropis di utara Indonesia. Awal musim hujan tertunda.


Ini Kata Peneliti BRIN soal Pentingnya Pelestarian Motif Megalitik Tutari Papua

2 hari lalu

Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari, Papua. Dok. Hari Suroto
Ini Kata Peneliti BRIN soal Pentingnya Pelestarian Motif Megalitik Tutari Papua

Peneliti BRIN menekankan pentingnya pelestarian motif Megalitik Tutari sebagai sumber inspirasi seni kontemporer Papua.


Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

3 hari lalu

Henra, mahasiswa program fast track di orogram studi Magister Bioteknologi di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Dok. UGM
Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

Lewat program fast-track, Henra berhasil lulus dari Program Studi Magister Bioteknologi UGM hanya dalam waktu setahun.


BRIN Ungkap Indeks Pelembagaan Partai Politik: PKS Terlembaga Dibanding Parpol Lain

3 hari lalu

Logo baru PKS. dok.Panitia Munas PKS
BRIN Ungkap Indeks Pelembagaan Partai Politik: PKS Terlembaga Dibanding Parpol Lain

Tim riset partai politik (parpol) BRIN melaporkan hasil riset mengenai "Indeks Pelembagaan Partai Politik di Indonesia".


BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

3 hari lalu

Inovasi limbah plastik jadi bahan bakar oleh BRIN dan Pemkot Semarang. Dok. Humas BRIN
BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

Petasol memanfaatkan limbah plastik yang mengotori sungai dan irigasi menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan.


Respons BRIN Soal Isu Tumpang Tindih Kewenangan dengan Kemendiktisaintek

4 hari lalu

Calon Wakil Menteri Wamen Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Stella Christie (tengah) berdampingan dengan calon Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh E. Hermawati (kanan) dan calon Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk (kiri) sebelum pelantikan wakil menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2024. Presiden Prabowo Subianto melantik 56 wakil menteri Kabinet Merah Putih periode 2024-2029. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Respons BRIN Soal Isu Tumpang Tindih Kewenangan dengan Kemendiktisaintek

Apa kata BRIN?


Studi Queer Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Bukan Gambar Bertapa Biasa

6 hari lalu

Panel 105 Karmawibhangga. Dok. eTropic diambil dari Koran Tempo
Studi Queer Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Bukan Gambar Bertapa Biasa

Tim peneliti dari BRIN dan lainnya menantang hasil penelitian sebelumnya di Candi Borobudur oleh arkeolog Belanda yang juga gunakan metodologi queer.