TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyudi Hasbi menuturkan misi qaqa LAPAN-A2 yang turut berkontribusi dalam pemantauan wilayah Indonesia dan membantu proses komunikasi untuk daerah-daerah yang dilanda bencana. Menurut Wahyudi, hingga saat ini LAPAN-A2 mampu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR PA). Satelit ini diluncurkan pada 28 September 2015 dari Sriharikota, India. Satelit LAPAN-A2 dioperasikan melalui Mission Control Center (MCC) Stasiun Bumi Rancabungur Bogor.
Teknologi yang dibawa oleh satelit tersebut yaitu Voice Repeater (VR) dan Automatic Packet Reporting System (APRS). Wahyudi menjelaskan VR dan APRS merupakan muatan atau payload yang digunakan dalam menjalankan misi komunikasi satelit. Kedua muatan ini dapat membantu proses komunikasi darurat di daerah bencana ketika komunikasi terestrial terputus.
"Melalui muatan VR, satelit LAPAN-A2 dapat digunakan para amatir radio dalam mengirimkan pesan suara. Sementara melalui muatan APRS, operator satelit dapat mengirimkan pesan singkat dalam bentuk teks (seperti SMS) kepada para amatir radio. Selain itu, data lain yang dapat dikirimkan dapat berupa foto/gambar," ujar Wahyudi melalui keterangan tertulis, Kamis, 28 Maret 2024.
Perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan komunikasi satelit cukup sederhana, yaitu menggunakan Radio Genggam atau Handheld Transceiver (HT) dan antena pengarah. HT yang digunakan HT Dual Band UHF dan VHF, sedangkan antena bisa menggunakan Moxon Dual Band, Cross Yagi dan QFH (Quadri Fillar Helix). Salah satu antena yang dapat dibuat sendiri adalah Moxon Yagi Emergency. Antena ini dapat dibuat dari kawat yang bisa kita jumpai di berbagai material, seperti kawat hanger, kawat jemuran, dan kawat las. Antena ini memungkinkan untuk dipakai pada situasi darurat.
Wahyudi menyampaikan, satelit LAPAN-A2 memiliki nama seri IO-86 bermakna Indonesian OSCAR (Orbiting Satellite Carying Amateur Radio) ke-86 di dunia. Keunggulan dari Voice Repeater IO-86 adalah dapat diakses menggunakan HT kecil standar sehingga memudahkan saat digunakan pada situasi darurat. Pemancar balik LAPAN-A2 memiliki daya pancar 5 watt yang cukup besar. Sementara sinyal balik dari satelit bisa diterima oleh antenna rubber duck bawaan HT standar.
"Jangkauan komunikasi satelit ini lebih dari 4.500 km. Hal tersebut memungkinkan pengguna amatir radio di Indonesia untuk berkomunikasi dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Srilanka, hingga Jepang dan China," kata Wahyudi.
"Satelit IO-86 dapat diakses melalui frekuensi 145.825mhz untuk APRS. Sedangkan untuk VR di frekuensi 145.880mhz (Uplink) dan 435.880mhz (Downlink)," ucap dia.
Salah satu peran satelit ini adalah pada saat gempa bumi di Lombok dan Tsunami di Palu beberapa tahun silam. Satelit LAPAN-A2 (IO-86) diaktifkan untuk membantu komunikasi antar relawan penanganan bencana. Semua pengguna radio amatir bisa menggunakannya. Hal ini dikarenakan jangkauan komunikasi satelit yang luas sehingga para relawan dapat berkoordinasi dengan daerah-daerah lainnya.
"Satelit hasil kolaborasi dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) ini memungkinkan menjangkau seluruh pengguna radio amatir di Indonesia. Melalui cara ini ORARI dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Tim SAR guna mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan," tuturnya.
Menurut Wahyudi, anggapan bahwa teknologi satelit sebagai teknologi tinggi yang sulit diakses oleh masyarakat perlu dipikirkan kembali, karena saat ini masyarakat dari berbagai kalangan dapat mengakses satelit LAPAN-A2. BRIN dan ORARI kerap melakukan Bimbingan Teknis Komunikasi Satelit kepada para siswa, komunitas, organisasi maupun masyarakat umum. Bimtek dilakukan di berbagai daerah dan beberapa event seperti JOTA JOTI (Jamboree On The Air – Jamboree On The Internet) untuk anggota Pramuka.
"Hingga saat ini IO-86 masih digunakan saat terjadi bencana di Indonesia dan digunakan untuk berlatih komunikasi kebencanaan sebagai langkah antisipasi jika terjadi bencana. Latihan ini dilakukan bersama dengan ORARI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana," katanya.
Pilihan Editor: Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal