Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

image-gnews
Lalat buah. Kredit: Wikipedia
Lalat buah. Kredit: Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, JakartaPolusi udara kemungkinan telah membuat beberapa jenis serangga harus berjuang keras untuk bisa menemukan pasangannya. Ini bukan soal jumlah dan keberadaan lawan jenis, tapi karena mereka menjadi sulit membedakan mana yang berasal dari spesies yang sama. 

Perhatian tertuju kepada ozon yang diketahui mampu mengoksidasi rantai karbon ganda seperti yang banyak dimiliki pheromone atau feromon. Pheromone sendiri adalah zat kimia yang konsentrasinya meningkat dalam individu yang sedang jatuh cinta atau berperan krusial dalam identifikasi pasangan kawin dari jenis yang sama. 

Jadi, meningkatnya polusi ozon di udara permukaan berpotensi mengganggu pheromone yang lebih luas. Ozon di udara sekitar adalah sebuah gas rumah kaca yang terbentuk ketika emisi kendaraan bereaksi dengan gas lain di udara. Konsentrasi ozon meningkat saat musim panas karena sinar matahari dan udara hangat semakin memicu reaksi tersebut.

Adalah Markus Knaden dari Institut Max Planck untuk Ekologi Kimiawi di Jerman dan sejumlah koleganya yang pada tahun lalu menemukan kalau ozon berinteraksi dengan pheromone. Mereka mendapati lalat jantan menjadi berkurang ketertarikannya terhadap betina seiring meningkatnya konsentrasi ozon di udara. 

Dari temuan itu, tim peneliti yang sama menyelidiki apakah degradasi pheromone dapat mempengaruhi kemampuan lalat-lalat dalam membedakan sesamanya di antara spesies yang berbeda-beda. 

Seperti diungkap dalam publikasi artikel hasil penelitian itu pada 11 April 2024 lalu, penelitian terbaru memilih untuk fokus pada empat spesies lalat buah yang berkerabat dekat: Drosophila melanogaster, Drosophila simulans, Drosophila sechellia, dan Drosophila mauritiana

Knaden dkk membuat pejantan dan betina dari spesies-spesies itu terpapar ozon konsentrasi tinggi, yang sebanding kondisi hari panas di sebuah kota, selama dua jam. Para peneliti kemudian memberikan para betina di setiap spesies itu pilihan untuk mengawini satu pejantan dari spesies yang sama atau berbeda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hasilnya, setelah paparan ozon itu, produksi keturunan persilangan mencapai sekitar 70 persen. Sementara, angkanya hanya 20 persen dalam kelompok kontrol yang dipaparkan ke udara ambient.

Tingkat salah pasangan tertinggi pasca-paparan terhadap ozon terjadi dalam spesies lalat buah D. simulans, yang menunjukkan tak ada tanda-tanda kemampuan membedakan spesies secara visual ataupun pendengaran. Temuan lainnya adalah keturunan yang hibrida kerap kali steril.

"Jadi lalat-lalat berinvestasi banyak ke dalam anak atau keturunannya, tapi anak tidak dapat mentransfer gen mereka ke generasi berikutnya," kata Knaden, doktor bidang zoologi yang juga ketua kelompok peneliti perilaku serangga di Departemen Neuroethologi Evolusioner.

Temuan yang terbaru itu menuntun kepada dugaan bahwa meningkatnya polusi ozon atau zat pengoksidasi lainnya di atmosfer dapat memperburuk berkurangnya populasi serangga di dunia. "Saat ini ada lebih dari 1500 pheromone serangga yang  telah teridentifikasi secara kimiawi, dan 90 persen darinya mempunyai ikatan karbon ganda (yang bisa dirusak oleh ozon)," kata Knaden lagi.

NEWSCIENTIST, NATURE

Pilihan Editor: Viral Turis Indonesia Dikecam, Ini yang Harus Diketahui dari Pohon Sakura di Jepang

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

16 jam lalu

Mahasiswa UGM menggelar aksi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional di Balairung UGM Kamis, 2 Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).


Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.


Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

2 hari lalu

Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?


Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

3 hari lalu

Pakar Serangga IPB University, Prof. Tri Atmowidi. Dok. Humas IPB University
Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.


Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

6 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.


Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

34 hari lalu

Ilustrasi stroke. healthline.com
Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.


Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

49 hari lalu

Alat pemantau polusi udara Birulangit yang dipasang di Telkom University Bandung. Dok. Tel-U
Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)


Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

51 hari lalu

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.


Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

53 hari lalu

Pada Minggu 3 Maret 2024, Kementerian Perhubungan RI meresmikan pengoperasian BISKITA Trans Bekasi Patriot, yang diharapkan menjadi transportasi bus umum yang solutif di wilayah Bekasi. sumber: Suci Sekar/Tempo
Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan