Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

image-gnews
Orbit sampah antariksa (debris). (Wikipedia Commons)
Orbit sampah antariksa (debris). (Wikipedia Commons)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sampah antariksa atau dikenal dengan istilah space debris menjadi ancaman untuk keselamatan peluncuran satelit ke orbit dan keselamatan satelit yang masih beroperasi di antariksa. Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Neflia mengatakan dalam satu dekade jumlah sampah antariksa telah meningkat pesat. Sampai saat ini, sekitar 24.000 sampah antariksa yang telah dicatat, dengan sekitar 19.000 diantaranya telah dikatalogkan oleh Space-Track.

Namun Neflia menambahkan, selain jumlah yang diketahui tersebut, masih terdapat sampah antariksa yang belum tercatat dengan ukuran lebih kecil, yang diperkirakan mencapai ratusan juta objek. 

"Sampah antariksa memberikan potensi bahaya jika masuk kembali (re-entry) dan kemudian jatuh ke bumi. Terlebih, Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan memiliki bentang seperdelapan lingkar bumi atau lebih kurang 5.000 kilometer, sangat rentan mengalami atmosfer re-entry yang berpotensi jatuhnya benda-benda antariksa tersebut ke bumi," kata Neflia dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 10 Mei 2024. 

Neflia menegaskan, sampah antariksa yang berpotensi mengalami re-entry atau masuk kembali dan kemudian jatuh ke bumi biasanya berasal dari benda antariksa yang berukuran lebih dari sepuluh sentimeter.

Berdasarkan rekaman Space-Track dari 1957 hingga 2019, terdapat  16.085 objek antariksa yang terdiri dari debris, payload dan badan roket, dengan 6.560 objek memiliki penampang radar atau Radar Cross Section (RCS) antara 0,1 hingga satu meter persegi, dan 9.526 objek memiliki RCS lebih dari satu meter persegi. “Dari total objek antariksa tersebut, terdapat 5.670 debris dengan 4.435 debris memiliki RCS antara 0,1 hingga 1 meter persegi, dan 1.236 debris dengan ukuran lebih besar dari 1 meter persegi,” tutur dia. 

Melalui penelitian berjudul Potential Hazards Analysis of the Space Debris Over 10 cm in Size Based on Their Orbital Parameters, Neflia dan tim mengungkapkan dari seluruh debris, hanya yang memiliki ketinggian di bawah 200 kilometer yang berpotensi jatuh ke bumi.

Berdasarkan inklinasinya, ada 15 debris dengan ketinggian di bawah 200 kilometer yang memiliki inklinasi di bawah 30 derajat. Adapun untuk inklinasi antara 30 sampai 60 derajat dan lebih dari 60 derajat, terdapat 470 dan 1032 debris dengan ketinggian di bawah 200 kilometer.

Menurut Neflia, potensi jatuhnya debris cenderung kecil. Hal ini didasarkan pada berapa kali debris tersebut melewati wilayah Indonesia selama mereka berevolusi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Low Earth Orbit (LEO), sebagian besar debris memiliki periode mengelilingi bumi berkisar antara 90 hingga 120 menit. "Jadi dalam sehari, debris akan mengelilingi bumi sebanyak 12 hingga 16 kali,” ucap Neflia.

Debris yang inklinasinya lebih kecil dari sepuluh derajat, akan melewati area wilayah Indonesia setiap kali debris ini mengelilingi bumi. “Space debris dengan inklinasi berkisar antara sepuluh hingga 30 derajat akan melewati wilayah Indonesia enam sampai delapan kali sehari. Sedangkan space debris dengan inklinasi lebih besar dari 30 derajat akan melewati wilayah Indonesia tiga sampai lima kali sehari,” katanya.

Untuk mengetahui potensi bahaya dari benda antariksa berukuran lebih dari 10 sentimeter berdasarkan orbit parameternya, Neflia dan tim melakukan pemilahan pada benda antariksa yang mengorbit yang dikategorikan sebagai debris.

“Berdasarkan inklinasi dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari 30 derajat, di antara 30 dan 60 derajat, dan lebih dari 60 derajat. Sedang berdasar ketinggian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kurang dari 200 kilometer dan lebih dari 200 kilometer,” ujar Neflia.

Pengelompokan pada ketinggian 200 kilometer dilakukan mengingat pada ketinggian tersebut benda antariksa menurun dengan sangat cepat, yang dikarenakan objek antariksa memasuki daerah atmosfer yang lebih rapat.

Berdasarkan hasil risetnya, sampah antariksa yang memiliki potensi tertinggi untuk jatuh ke wilayah Indonesia tidak signifikan atau kurang dari satu persen terhadap total sampah antariksa yang berpotensi jatuh ke bumi. Namun demikian, Neflia tetap menegaskan bahwa mitigasi dampak dari sampah antariksa ini harus diantisipasi dengan melakukan pemantauan terhadap objek tersebut secara terus menerus.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Kembangkan Konstelasi 10 Satelit NEI untuk Prediksi Bencana, Mengorbit di Ekuatorial

2 jam lalu

Ilustrasi desain satelit NEI untuk kebencanaan. Sumber: Humas BRIN
BRIN Kembangkan Konstelasi 10 Satelit NEI untuk Prediksi Bencana, Mengorbit di Ekuatorial

Penggunaan satelit ini bakal meningkatkan efisiensi pembiayaan 9,5 kali lipat dibandingkan menyewa satelit asing.


Beda Sikap Soal Perpanjangan Usia Pensiun Polisi dalam Revisi UU Polri

4 jam lalu

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Beda Sikap Soal Perpanjangan Usia Pensiun Polisi dalam Revisi UU Polri

Efektivitas kerja personel di usia lanjut perlu dipertimbangkan jika DPR membahas revisi UU Polri.


Jaga Kelancaran World Water Forum, BNPB Modifikasi Cuaca di Bali

9 jam lalu

Petugas memasukkan garam ke dalam pesawat Cessna 208B Grand Caravan EX untuk persemaian garam dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Senin 18 Maret 2024. BNPB bekerja sama dengan BMKG melakukan operasi TMC selama tiga hari sebagai upaya meminimalisir berkumpulnya awan yang berpotensi menimbulkan intensitas hujan tinggi terjadi di sejumlah wilayah Jawa Tengah yang rawan bencana hidrometeorologi. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Jaga Kelancaran World Water Forum, BNPB Modifikasi Cuaca di Bali

TEMPO, Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Provinsi Bali yang menjadi lokasi acara _World Water Forum_ 2024 atau WWF ke-10.


BRIN Pelajari Model Bahasa AI, Mencakup Uji Deteksi Berita Hoax

11 jam lalu

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
BRIN Pelajari Model Bahasa AI, Mencakup Uji Deteksi Berita Hoax

BRIN mengembangkan model bahasa AI yang membantu komputer untuk memahami, menafsirkan, dan menghasilkan teks.


Puluhan Pensiunan BRIN Berkumpul, Tolak Eksekusi Rumah Dinas di Puspiptek Serpong

11 jam lalu

Puluhan mantan ilmuan berkumpul menolak eksekusi pengosongan rumah dinas Puspitek yang akan dilakukan oleh BRIN, Senin 20 Mei 2024 ini. TEMPO/Muhammad Iqbal)
Puluhan Pensiunan BRIN Berkumpul, Tolak Eksekusi Rumah Dinas di Puspiptek Serpong

BRIN meminta pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek Serpong yang selama ini ditempati


Revisi UU Polri, Peneliti BRIN Soroti Potensi Kecemburuan di Internal Polisi

3 hari lalu

Ilustrasi Polri. Istimewa
Revisi UU Polri, Peneliti BRIN Soroti Potensi Kecemburuan di Internal Polisi

Peneliti BRIN Sarah Nuraini Siregar menanggapi potensi kecemburuan di internal polisi akibat revisi UU Polri yang dapat memperpanjang masa jabatan aparat penegak hukum tersebut.


Revisi UU Polri Perpanjang Usia Pensiun Polisi, Ini Kata Peneliti BRIN

3 hari lalu

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Revisi UU Polri Perpanjang Usia Pensiun Polisi, Ini Kata Peneliti BRIN

Peneliti BRIN menanggapi mengenai revisi UU Polri yang bisa memperpanjang jabatan polisi.


Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

3 hari lalu

Pekerja menuang daun teh yang telah dipetik di Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat, Rabu 14 September 2023.  Pemerintah menargetkan produktivitas kebun teh kembali meningkat menjadi 1 juta ton/hektar pada tahun 2023 dimana jumlah tersebut dianggap ideal agar petani dapat mencapai nilai keekonomian yang tinggi. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN mengembangkan alat deteksi dini penyakit tanaman teh berbasis pembelajaran mesin.


BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

5 hari lalu

BRIN mengembangkan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres. Dok. Humas  BRIN
BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.


Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

6 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Kantor Presiden baru ini diharapkan menjadi ikon Ibu Kota Nusantara, terutama dengan adanya burung Garuda yang menjadi simbol infrastruktur di tengah Kota Nusantara. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.