TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan viral kabar peningkatan kasus gagal ginjal pada anak (bocil atau bocah cilik). Mereka menjalani pengobatan hemodialisis atau cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Kabar itu kemudian disertai pula dengan sejumlah spekulasi penyebab, antara lain, vaksin Covid-19 dalam penanggulangan pandemi yang baru lalu.
Terhadap spekulasi tersebut, epidemiolog Dicky Budiman memastikan bahwa gagal ginjal pada anak tidak dipengaruhi oleh vaksin Covid-19. Dia menyebut spekulasi itu sebagai hoax. "Tidak ada bukti yang cukup atau kuat untuk menyatakan vaksin menyebabkan gagal ginjal," kata Dicky kepada Tempo, Jumat 2 Agustus 2024.
Gagal ginjal pada anak, menurut Dicky, malahan bisa dipicu oleh infeksi Covid-19 sebagai bentuk efek jangka panjangnya. Sebab itu penting bagi seluruh anak untuk diberi vaksinasi.
"Kita harus tahu ya, bahwa infeksi Covid-19 berasal dari SARS-CoV-2, virus ini dapat menyebabkan kerusakan langsung pada ginjal," ujar lulusan Griffith University Australia itu. Dijelaskannya pula, "Virus Covid memiliki reseptor ACE2 yang ditemukan di ginjal, sehingga sangat dimungkinkan virus itu menginfeksi dan merusak sel-sel ginjal."
Belum lagi Covid-19 secara ilmiah disebut menyebabkan masalah koagulasi yang dapat mengganggu aliran darah ke ginjal. Jadi, kata Dicky, sangat salah kabar miring yang menyebutkan vaksinasi Covid-19 membuat gagal ginjal pada anak. "Justru vaksinasi ini bertugas meminimalisir risiko penyakit imbas infeksi Covid-19."
Dicky menduga peningkatan kasus gagal ginjal pada anak di Indonesia dipicu oleh beredarnya banyak minuman dengan pemanis buatan. Kadar gula pada pemanis buatan dinilainya sangat tinggi dan memicu diabetes serta obesitas. Kondisi ini bahkan menjurus pada kerusakan fungsi ginjal pada anak-anak.
"Pola hidup tidak sehat, jarang olahraga, dan makanan ringan berpengawet yang sering dikonsumsi dan beredar banyak di warung-warung di Indonesia, ini juga menjadi penyumbang akan gagal ginjal pada anak. Maka itu saya tegas menganjurkan untuk sering-sering minum air putih, supaya risiko kerusakan ginjal bisa dikurangi," ucap Dicky.
Sebelumnya diberitakan, sedikitnya ada 60 anak menjalani dialisis secara rutin di RSCM Jakarta, 30 di antaranya hemodialisis. Dokter Spesialis Anak RSCM, Eka Laksmi Hidayati, pada Kamis, 25 Juli 2024, menyebut banyaknya anak-anak yang menjalani pengobatan cuci darah di RSCM karena rumah sakit itu juga menjadi rujukan di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, dia menjelaskan bahwa gangguan ginjal pada anak-anak berbeda dari gangguan ginjal pada dewasa. Adapun kasus yang sering ditemukan, kata dia, adalah kelainan bawaan.
Pilihan Editor: Kopi Arabika Terpukul Krisis Iklim, Alternatif Pengganti Dicari Selain Robusta