Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kopi Arabika Terpukul Krisis Iklim, Peneliti Sebut Robusta Kopi Masa Depan

Reporter

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Petani memanen kopi buah ujung  di perkebunan di Air Hitam Lampung Barat, Ahad, 15 Oktober 2023. Tingginya curah hujan di tahun 2022 berdampak pada menurunnya produksi kopi robusta pada tahun 2023 di Kabupaten Lampung Barat mencapai 20 sampai 50 persen. TEMPO/Amston Probel
Petani memanen kopi buah ujung di perkebunan di Air Hitam Lampung Barat, Ahad, 15 Oktober 2023. Tingginya curah hujan di tahun 2022 berdampak pada menurunnya produksi kopi robusta pada tahun 2023 di Kabupaten Lampung Barat mencapai 20 sampai 50 persen. TEMPO/Amston Probel
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Di seluruh dunia, konsumen menikmati lebih dari 2,2 miliar cangkir kopi setiap hari, baik kopi Arabika maupun Robusta. Jumlah petani kopi ditaksir lebih dari 100 juta petani di seluruh dunia. Arabika menduduki posisi lebih favorit karena rasa dan aromanya yang khas.

Seperti halnya tanaman lain, kopi juga terancam krisis iklim. Menurut Earth.com, pada 2050, diperkirakan sekitar 80% produksi Arabika akan terdampak oleh perubahan iklim. 

Felipe Ferrao, asisten ilmuwan peneliti dari Universitas Florida, dan rekan-rekannya dari RD2 Vision (Prancis) dan Incaper Institution (Brasil), tengah berupaya menemukan kultivar kopi yang berpotensi menggantikan Arabika dalam jangka panjang.

Ada dua cara yang bisa mencari pengganti Arabika: mengadaptasi praktik budidaya kopi ke lingkungan baru atau berfokus pada spesies yang lebih tangguh. Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Universitas Florida mengisyaratkan bahwa Robusta mungkin menjadi alternatifnya.

"Jika Anda mempertimbangkan bahwa saat ini sekitar 60% biji kopi yang dikomersialkan di seluruh dunia berasal dari kopi arabika, industri kopi tengah mencari alternatif," kata Ferrao. "Beginilah cara dan tempat kopi Robusta muncul sebagai kandidat yang baik."

Dalam beberapa dekade terakhir, produksi kopi Robusta telah mengalami peningkatan sebesar 30%, sekaligus menunjukkan ketahanannya terhadap ketidakpastian ekonomi dan lingkungan. Ferrao mengatakan, secara keseluruhan, spesies ini menghasilkan lebih banyak kopi daripada Arabika. Dengan menggunakan lebih sedikit input, seperti pupuk dan air. "Seperti namanya, tanaman ini lebih kuat." 

Namun Ferrao mengatakan, meskipun permintaan kopi Robusta kemungkinan tidak akan menurun, tantangan terbesar bagi peneliti adalah memenuhi permintaan akan kualitas dan produktivitas yang dibutuhkan oleh rantai kopi. "Dalam hal ini, studi genetika dan pemuliaan dapat memberikan elemen dasar untuk pemahaman yang lebih baik tentang keanekaragaman dan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas." 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tim peneliti mengevaluasi kopi Robusta dan Arabika untuk berbagai sifat di tiga lokasi dataran tinggi di Brasil selama lima tahun. Tujuannya adalah untuk menilai apakah kultivar Robusta berpotensi menghasilkan panen yang kuat di iklim alternatif dan, yang terpenting, apakah mereka juga memberikan rasa.

Hasilnya, Robusta menunjukkan daya adaptasi yang tinggi terhadap daerah dataran tinggi, sehingga selaras dengan profil produksi dan rasa yang baik. Hal ini menjadikannya kandidat yang tepat untuk "kopi masa depan" atau kopi yang cerdas terhadap iklim.

Penelitian ini mengusulkan bahwa Robusta dapat menawarkan tiga karakteristik utama untuk kultivar kopi masa depan, yaitu karena keberlanjutannya, kualitas serta plastisitasnya. 

Para ilmuwan sekarang sedang mengeksplorasi potensinya untuk tumbuh di Florida. "Di Florida, kami memiliki beberapa uji coba untuk menguji kopi Robusta dan Arabika di lokasi yang berbeda. Jika dibandingkan dengan Brasil, perbedaan dalam sifat tanah, distribusi curah hujan, suhu, dan kejadian cuaca tentu akan memengaruhi produksi kopi dan kualitasnya," kata Ferrao.

Tim yang bermarkas di Florida, termasuk para peneliti dari Tropical Research and Education Center (TREC) di Homestead dan Gainesville, kini tengah menguji kopi sebagai tanaman alternatif bagi para petani Florida. Uji coba ini menandai pertama kalinya serangkaian bahan kopi yang beragam diuji dalam kondisi alam Florida.

Pilihan Editor: Dukung Ketahanan Pangan, Unand dan Unhan Kembangkan Riset Gandum Bibit Slovakia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Konsumsi Energinya Tinggi, Pakar Memperingatkan Penggunaan AI Bisa Mempercepat Krisis Iklim

1 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Konsumsi Energinya Tinggi, Pakar Memperingatkan Penggunaan AI Bisa Mempercepat Krisis Iklim

Pakar memperingatkan bahwa AI bisa memerparah krisis iklim karena konsumsi energinya yang tinggi.


Cara Dion Wiyoko Promosikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

24 hari lalu

DION WIYOKO
Cara Dion Wiyoko Promosikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Dion Wiyoko menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam aktivitas sehari-hari sebagai komitmen mempromosikan keberlanjutan.


Pentingnya Resiliensi Anak Hadapi Perubahan Iklim

38 hari lalu

Ilustrasi bermain di banjir. TEMPO/Artika Rachmi Farmita
Pentingnya Resiliensi Anak Hadapi Perubahan Iklim

KemenPPPA menegaskan pentingnya membentuk resiliensi dan kesiapsiagaan anak terhadap bencana untuk menghadapi kompleksitas akibat perubahan iklim.


Hadapi Krisis Iklim, FAO Revisi Pedoman Pengelolaan Risiko Kebakaran Hutan

42 hari lalu

Logo FAO
Hadapi Krisis Iklim, FAO Revisi Pedoman Pengelolaan Risiko Kebakaran Hutan

FAO menerbitkan pedoman baru yang bisa dipakai negara-negara untuk mengelola risiko kebakaran hutan yang kian tinggi akibat krisis iklim.


Dari IPB University dan DuckDuckGo sampai Risiko Aborsi Sekalipun Bersyarat di Top 3 Tekno

44 hari lalu

Ilustrasi Institut Pertanian Bogor (IPB). dok.TEMPO
Dari IPB University dan DuckDuckGo sampai Risiko Aborsi Sekalipun Bersyarat di Top 3 Tekno

Selain prestasi IPB University, kelebihan-kekurangan DuckDuckGo, dan risiko aborsi dari IDI, ada pula krisis Kopi Arabica dan cuaca Jawa Barat.


Top 3 Tekno: IPB Juara Satria Data, Plus Minus DuckDuckGo, dan Krisis Kopi Arabika

45 hari lalu

Logo DuckDuckGo.
Top 3 Tekno: IPB Juara Satria Data, Plus Minus DuckDuckGo, dan Krisis Kopi Arabika

Kemenangan IPB dalam ajang Satria Data 2024 dan ulasan soal peramban DuckDuckGo masuk Top 3 Tekno, Sabtu, Agustus 2024.


Sejarah Perkebunan Kopi di Indonesia Sejak Abad ke-17, Hingga Tembus Pasar Dunia

46 hari lalu

Pekerja memetik biji kopi arabika saat panen raya di areal perkebunan kopi arabika Afdeling Gebugan PT Perkebunan Nusantara IX, Bergas Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 25 Juli 2019. ANTARA/Aji Styawan
Sejarah Perkebunan Kopi di Indonesia Sejak Abad ke-17, Hingga Tembus Pasar Dunia

Kopi pertama diperkenalkan Belanda pada 1696. Beberapa jenis kopi lokal kemudian muncul seperti kopi Toraja, kopi Kintamani, Kopi Gayo dan lainnya.


Perbedaan Dua Jenis Kopi Populer: Kopi Robusta dan Kopi Arabika

46 hari lalu

Pekerja meroasting biji kopi di Dunia Kopi, Pasar Santa, Jakarta, Jumat 28 Juni 2024. Pemilik usaha Dunia Kopi, mengakui harga kopi robusta mengalami kenaikan dari Rp 35.000 per kilogram menjadi Rp 85.000 per kilogram sejak tiga bulan terakhir. Sementara itu, harga kopi arabika lebih dulu naik yang saat ini berada di harga Rp 120.000 per kilogram. Kenaikan harga kopi dipengaruhi penurunan produksi sebagai dampak dari krisis iklim. TEMPO/Tony Hartawan
Perbedaan Dua Jenis Kopi Populer: Kopi Robusta dan Kopi Arabika

Dua jenis kopi yang paling dikenal di Indonesia di antaranya ialah kopi arabika dan kopi robusta. Apa perbedaan yang cukup kentara keduanya?


Dampak Krisis Iklim, Curah Hujan Semakin Tidak Dapat Diprediksi

48 hari lalu

Tangkapan layar dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Jakarta, Kamis 3 November 2022, memperlihatkan bibit Siklon Tropis 93S di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera.  Pertumbuhan dan pergerakan bibit siklon ini mempengaruhi intensitas hujan dan gelombang tinggi di wilayah Sumatera dan sebagian Jawa(ANTARA/HO-BMKG)
Dampak Krisis Iklim, Curah Hujan Semakin Tidak Dapat Diprediksi

Dalam studi ini, sebagai dampak krisis iklim, variabilitas curah hujan telah meningkat sejak 1900-an.


Kekeringan Melanda Imbas Krisis Iklim, Peneliti BRIN Sarankan Metode Ini

54 hari lalu

Warga mencuci baju di pinggiran kali saluran irigasi terusan Kalimalang di Desa Karangasih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Rabu 12 Juni 2024. Krisis air bersih membuat warga Desa Karangasih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, hingga mencuci pakaian. TEMPO/Tony Hartawan
Kekeringan Melanda Imbas Krisis Iklim, Peneliti BRIN Sarankan Metode Ini

Perubahan iklim berpotensi menggerus persediaan air di banyak wilayah Indonesia setiap tahunnya.