TEMPO.CO, Jakarta - Nyamuk merupakan serangga kecil yang sering dianggap remeh, namun ternyata memiliki ancaman serius bagi kesehatan manusia. Iklim tropis Indonesia mendukung perkembangbiakan nyamuk, beberapa spesies di antaranya menjadi pembawa penyakit berbahaya.
Gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan rasa gatal, tetapi juga dapat menyebabkan berbagai penyakit mematikan. Dikutip dari buku Nyamuk-Nyamuk yang Berbahaya yang dipublikasikan Kemenkes RI, berikut adalah lima spesies nyamuk yang paling sering dikaitkan dengan persebaran penyakit di Indonesia.
1. Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama penyebar virus dengue, yang menyebabkan demam berdarah dengue (DBD), salah satu penyakit endemik di Indonesia. Menurut buku Waspadai Gigitan Nyamuk karya Agus Susanto, sekitar 95 persen penyebaran demam dengue disebabkan oleh nyamuk ini. Selain demam dengue, Aedes aegypti juga bertanggung jawab atas penyebaran chikungunya, demam kuning, dan virus Zika.
Ciri khas nyamuk ini adalah tubuhnya yang berbintik-bintik hitam dan putih pada bagian tungkai. Nyamuk Aedes aegypti lebih aktif menggigit pada pagi hari antara pukul 8.00 hingga 10.00 dan pada sore hari antara pukul 15.00 hingga 17.00. Jenis ini biasanya hidup di dalam rumah, dekat dengan manusia, dan jarang terbang jauh dari tempat menetasnya. Nyamuk ini jarang ditemukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Baca juga:
2. Aedes albopictus
Sering dikenal sebagai "nyamuk harimau Asia", Aedes albopictus juga merupakan vektor dari virus dengue, demam kuning, Zika, dan chikungunya. Nyamuk ini biasanya ditemukan di luar ruangan, terutama di kebun atau tempat-tempat rimbun yang dipenuhi semak belukar, itulah mengapa nyamuk ini sering disebut sebagai "nyamuk kebun."
Nyamuk Aedes albopictus berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air seperti lubang-lubang pohon, lekukan tanaman, dan potongan batang bambu. Nyamuk ini lebih banyak ditemukan di daerah pedesaan, pinggiran kota, dan taman-taman kota.
Selama musim hujan, jumlah nyamuk ini meningkat pesat karena banyaknya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya. Mereka aktif mencari makan pada siang hari dan memiliki kemampuan terbang sejauh 400 hingga 600 meter dari tempat berkembang biaknya.
3. Anopheles
Nyamuk Anopheles adalah vektor utama penyebar parasit Plasmodium, penyebab penyakit malaria. Dari sekitar 430 spesies Anopheles yang ada, hanya sekitar 30 hingga 40 spesies yang diketahui dapat menularkan malaria, seperti dikutip dari CDC.
Selain malaria, nyamuk Anopheles juga dapat menularkan penyakit filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah.
Nyamuk Anopheles lebih suka hidup di tempat-tempat dengan air yang bersih seperti sawah, air payau, atau air pegunungan. Biasanya, nyamuk betina aktif menggigit manusia pada malam hari dan tidak terbang lebih jauh dari 3 kilometer dari tempat asalnya.
4. Culex
Culex adalah nyamuk yang sering ditemukan di daerah-daerah dengan genangan air yang kotor, seperti comberan, got, dan parit. Nyamuk ini, terutama betina yang telah dewasa, sering menggigit manusia dan hewan di malam hari karena membutuhkan darah untuk memproduksi telur. Menurut artikel yang ditulis oleh Zumrotus Sholichah dalam jurnal BALABA, Culex adalah vektor dari berbagai penyakit, termasuk filariasis, Japanese encephalitis, dan demam Nil Barat.
Culex memiliki preferensi terhadap lingkungan yang penuh dengan polutan. Nyamuk ini berkembang biak di air keruh dan lebih menyukai genangan air yang sudah lama daripada yang baru. Tempat yang gelap, sejuk, dan lembab merupakan tempat favorit mereka untuk beristirahat.
5. Mansonia
Nyamuk Mansonia dikenal sebagai salah satu genus yang berperan dalam penularan filariasis di Indonesia. Nyamuk ini memiliki perilaku yang agresif dalam menggigit manusia, terutama pada malam hari di luar rumah. Biasanya, nyamuk jenis ini meletakkan telurnya secara berkelompok membentuk rakit di bawah permukaan daun tanaman air.
Nyamuk Mansonia sangat sulit dikendalikan karena umumnya berada di habitat yang sulit dijangkau dan berkembang biak dengan cepat di perairan yang tenang dan tertutup oleh vegetasi air.
Pilihan Editor: Peneliti Virginia Tech Kaji Pengendalian Nyamuk Melalui Pembiakan Genetik