Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakai Data Satelit, BRIN Teliti Dampak Erupsi Gunung Merapi terhadap Kekeruhan Atmosfer

image-gnews
Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.
Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah meneliti erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah yang berdampak signifikan terhadap kekeruhan atmosfer atau turbiditas. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Lilik Slamet Supriatin, mengatakan turbiditas atmosfer dapat disebabkan oleh faktor alami dan aktivitas antropogenik, seperti kebakaran hutan, polusi udara, serta badai debu dan pasir. Fenomena ini mempengaruhi kehidupan manusia.

“Berdampak pada berkurangnya visibilitas, gangguan kesehatan, gangguan pemandangan kota, serta koefisien pemadaman,” kata Lilik melalui keterangan tertulis, Jumat, 16 Agustus 2024.

Di area Gunung Merapi, kata dia, turbiditas atmosfer berasal dari awan panas atau wedus gembel, serta debu vulkanik yang dihasilkan saat erupsi. Catatan BRIN soal koefisien pemadaman menunjukkan berkurangnya cahaya matahari yang diterima di suatu permukaan.

Pada hari yang bersih, koefisien ini berada di angka 30 persen, sedangkan pada hari yang berpolusi mencapai 65 persen. Perubahan koefisien pemadaman hingga 10-20 persen bisa membuat daya pandang atau visibilitas merosot 50 persen.

Lilik dan para anggota Kelompok Riset Lingkungan Atmosfer mencoba mengukur turbiditas dengan rasio antara radiasi global yang diukur di permukaan dengan radiasi global di puncak atmosfer. “Namun, karena kesulitan mendapatkan instrumen pengukuran radiasi di permukaan, kami menghitung indeks turbiditas menggunakan teknik penginderaan jauh, yaitu mengambil data produktivitas primer kotor (GPP) dari satelit,” kata dia .

Teknik pengukuran produktivitas primer kotor meliputi teknik hasil panen, oksigen, dekomposisi sampah, radioaktif, serta penginderaan jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GPP sebelum, selama, dan setelah erupsi Gunung Merapi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti BRIN ini juga mencari tahu efek koefisien pemadaman akibat erupsi dengan pendekatan nilai GPP. “Merumuskan perubahan komponen neraca radiasi gelombang pendek akibat erupsi,” ucap Lilik.

Dari pemantauan satelit Aqua dan Terra MODIS, Lilik memperoleh data yang menunjukkan penurunan produktivitas primer kotor yang signifikan, imbas erupsi pada 2006, 2010, dan 2023. Pada erupsi 2006, produktivitas primer kotor turun 3 persen dari pra meuju pasca-erupsi. Pada 2010 penurunannya mencapai mencapai 36 persen, sedangkan pada 2023 sampai 11 persen.

“Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh energi kalor, jangkauan luncuran lahar panas, dan awan panas yang lebih besar pada erupsi 2010,” ucap Lilik.

Faktor lain yang mempengaruhi penurunan produktivitas primer kotor adalah waktu erupsi yang bertepatan dengan posisi matahari terhadap bumi. Ada juga dampak jenis tanaman yang terlibat dalam proses fotosintesis. “Penelitian ini mengambil data di Taman Nasional Gunung Merapi,” katanya.

Pilihan Editor: Studi IBM Ungkap Hambatan Adopsi AI, Bagaimana Kondisinya di Indonesia?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

3 jam lalu

Presiden ke-5, Megawati Soekarnoputri, saat memberi kuliah umum di Hari Ulang Tahun ke-300 Universitas Saint Petersburg, Rusia, pada Senin, 16 September 2024. Megawati menyampaikan kuliah bertema Tantangan Geopolitik dan Pancasila sebagai Jalan Tata Dunia Baru kepada mahasiswa di universitas tersebut. Foto: Humas PDIP
Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.


Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

11 jam lalu

Penampakan supermoon yang dikenal sebagai bulan biru dan
Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.


Gunung Ibu di Halmahera Barat Erupsi dan Muntahkan Abu Setinggi 700 Meter

13 jam lalu

Gunung Ibu mengeluarkan abu vulkanik terlihat dari Desa Gam Ici Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, Senin 13 Mei 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam aktivitas erupsi yang menghasilkan kolom abu setinggi lima kilometer dari puncak Gunung Ibu pada Rabu (13/5) pukul 09:12 WIT dengan intensitas tebal condong ke arah barat dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 5 menit 6 detik.  ANTARA FOTO/Andri Saputra
Gunung Ibu di Halmahera Barat Erupsi dan Muntahkan Abu Setinggi 700 Meter

Gunung Ibu, Senin, 16 September 2024, pukul 10.35 WIT kembali erupsi dan memuntahkan abu hingga ketinggian 700 meter.


Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

2 hari lalu

Candi Borobudur. Foto: Canva
Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024


Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

2 hari lalu

Awan panas guguran Gunung Merapi, Minggu 17 Agustus 2024, pukul 12.27 WIB. Dok. BPPTKG Yogyakarta
Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

Meski masih aktif meluncurkan awan panas dan lava pijar, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari.


BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

3 hari lalu

Peternakan hewan di sekitar Sungai Citarum. Dok. Humas BRIN
BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.


Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

4 hari lalu

Ilustrasi hujan. Pexels/Bclarkphoto
Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.


BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

4 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.


BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

4 hari lalu

Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024.  Indonesia menempati urutan kelima dunia sebagai negara pembuang sampah plastik ke laut dengan volume 56,333 ton. TEMPO/Subekti.
BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.


Gunung Lewotobi Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu 900 Meter

4 hari lalu

Gunung Lewotobi Laki-Laki saat erupsi. (ANTARA/HO-PVMBG)
Gunung Lewotobi Kembali Erupsi, Tinggi Kolom Abu 900 Meter

Aktivitas Gunung Lewotobi masih berada pada level III atau siaga, karena tingkat erupsi masih sangat tinggi.