TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, mendeteksi penipuan daring jenis baru yang berisiko mencuri aset finansial dan data pribadi korbannya. Pengguna yang rawan menjadi target dari penipuan jenis ini adalah pengguna sistem operasi Windows dan macOS di seluruh dunia.
"Upaya serangan ditujukan untuk mencuri aset kripto dan informasi pribadi. Memikat korban dengan situs web palsu dan meniru tampilannya menjadi layanan yang sah digunakan," kata Kepala Unit Respons Insiden di Kaspersky, Ayman Shaaban, melalui keterangan resminya, dikutip Rabu, 21 Agustus 2024.
Dalam kasus-kasus terkini, menurut Kaspersky, situs yang dirancang para penipu akan mudah dikenali jika pengguna teknologi paham serta teliti dalam melihat URLnya. Meskipun demikian, serangan ini masih cukup efektif menyasar pelbagai pengguna di skala global.
Sama halnya dengan tipuan daring lainnya, korban dijerat dengan metode phishing. Korban diarahkan untuk masuk ke dalam web palsu dan di sana akan diminta menyerahkan informasi sensitif, seperti kunci pribadi dompet kripto, atau mengunduh malware.
"Para penyerang dapat terhubung ke dompet kripto korban melalui situs palsu dan menguras dana mereka, atau mencuri berbagai kredensial, detail dompet, dan informasi lainnya menggunakan malware infostealers," ujar Ayman yang juga bagian dari tim respons darurat global di Kaspersky.
Ayman menyebut, penipuan ini tampak seperti operasi yang terorganisasi dengan baik. Besar kemungkinan kalau insiden ini dilakukan oleh satu aktor atau kelompok dengan motif mendapatkan keuntungan dari serangan yang dilakukannya.
Kaspersky menemukan dugaan awal bahwa dalang di balik penipuan daring yang menyerang aset kripto pengguna Windows itu, bermarkas di Rusia. Dugaan ini berawal dari penelusuran Kaspersky terhadap alamat URL yang digunakan pelaku untuk melancarkan serangan, dan menemukan seredet diksi berbahasa Rusia. "Kaspersky menemukan untaian dalam kode berbahaya yang dikirim ke server penyerang dalam bahasa Rusia," ujarnya.
Pilihan Editor: Begini Upaya Kemenkes dan WHO Cegah Potensi Kematian 10 Juta Orang Akibat AMR