TEMPO.CO, Jakarta - Penyedia teknologi pemantauan kualitas udara, GreenTeams, berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menambah jumlah Air Quality Monitoring System (AQMS) di seluruh Indonesia, terutama di area-area dengan kualitas udara yang perlu ditingkatkan.
Rencana penambahan AQMS ini mencakup wilayah Sumatera, yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Pelalawan, Sulawesi salah satunya yakni Kabupaten Morowali, hingga Kalimantan dan Papua termasuk Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Murung Raya, serta Kabupaten Nabire. GreenTeams akan memasang 25 dari 60 unit AQMS di beberapa titik tersebut yang rawan akan kebakaran dan memiliki aktivitas yang berkaitan dengan tingkat kualitas udara.
Chief Executive Officer GreenTeams, Wilson Sutarko, mengatakan bahwa kolaborasi ini menegaskan komitmen perusahaan dalam menghadirkan inovasi teknologi lingkungan yang penting bagi masyarakat. “AQMS dari GreenTeams akan menyediakan data yang komprehensif dan akurat yang akan digunakan oleh pemerintah, organisasi lingkungan, dan industri untuk memantau polusi udara, mendukung pengambilan keputusan, dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan,” ujar Wilson dalam keterangannya, Selasa, 3 September 2024.
Wilson juga menyatakan bahwa GreenTeams akan terus bekerja sama dengan KLHK dalam tahapannya, mulai dari pemasangan, monitoring, evaluasi, dan hingga perawatan alat pemantauan udara.
Penambahan AQMS dari GreenTeams ini semakin memperkuat komitmen KLHK yang saat ini sudah memiliki 56 stasiun AQMS di beberapa wilayah dalam menyediakan informasi kualitas udara kepada masyarakat melalui situs web https://ispu.menlhk.go.id/ dan aplikasi ISPUNet yang dapat diunduh bagi pengguna Android dan IOS.
Dengan adanya data kualitas udara yang lebih akurat dan terkini ini, pemerintah dan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang lebih cepat dan efektif dalam mengatasi polusi, khususnya dalam pencegahan polutan berbahaya.
Masyarakat perlu memahami kandungan udara yang mereka hirup. Meski terlihat bersih, udara bisa mengandung gas berbahaya seperti nitrogen dioksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2) serta partikel berukuran kecil (PM2.5) yang dapat membahayakan kesehatan. Jika masyarakat terus-menerus terpapar udara dengan kualitas yang tidak baik atau di level tidak aman, mereka berisiko mengalami masalah pernapasan serius.
Selain itu, dengan informasi kualitas udara ambien yang transparan juga dapat memperkuat dukungan publik terhadap inisiatif hijau bagi lingkungan. Dengan akses informasi yang lebih transparan, masyarakat menjadi lebih sadar dan proaktif dalam melindungi diri serta mendukung upaya pengurangan emisi.
Pilihan Editor: Dampak Gempa Maksimal di Segmen Megathrust dan Cuaca Ekstrem Bogor Awas Berulang di Top 3 Tekno