TEMPO.CO, Jakarta - Joko Sasmita (40 tahun), warga Kampung Tua Tembesi Tower, Kecamatan Sungai Beduk, Kota Batam, menghitung banjir pada Rabu lalu merupakan yang ke-25 kali melanda kampungnya sejak awal tahun. Banjir kali ini bahkan terasa lebih parah. Air merendam bagian dalam rumah hingga setinggi pinggang orang dewasa.
"Saya sudah 15 tahun saya tinggal di sini, baru sekarang banjir berkepanjangan," kata Joko ketika ditemui Tempo pada Rabu, 4 September 2024.
Joko, yang membangun usaha roti rumahan, merugi. Alat pemanggang roti yang dibeli seharga Rp 30 juta rusak terendam banjir. Dia berharap pemerintah mencarikan solusi atas permasalahan banjir yang semakin sering terjadi di Kampung Tua Tembesi Tower.
Kerugian serupa dialami Muhammad Ravi, tetangga Joko. Bisnis fotocopy yang dirintisnya akhirnya tutup karena banjir yang berulang kali datang. Pada banjir sebelumnya, anak Ravi sempat terserang sakit typus karena beberapa hari tinggal di rumah yang tergenang air. "Kami tidur di atas air," ujar Ravi yang belakangan memutuskan ganti profesi menjadi pengemudi ojek online.
Menurut Andi Jamaludin, Ketua RT 03 Tembesi Tower, banjir pada Rabu lalu merendam sedikitnya 26 unit rumah. Sebanyak 22 keluarga memutuskan mengungsi. "Sewa kontrakan di tempat lain," kata Andi. Sisanya bertahan di rumah dengan meninggikan tempat tidur di rumah mereka. Sebagian warga Kampung Tua Tembesi Tower juga menyiapkan perahu rakitan seadaanya untuk membawa barang ketika banjir menerjang kampung mereka.
Hujan memang mengguyur Kota Batam pada Rabu dinihari lalu. Sejumlah wilayah dilaporkan kebanjiran. Kampung Tua Tembesi Tower, tepatnya di Gang Melati, termasuk yang terendam cukup parah dan tak segera surut.
Namun persoalan banjir di Kampung Tua Tembesi Tower itu lebih dari sekadar tingginya curah hujan. Sejak awal tahun ini, banjir berulang kali menerjang kampung itu bahkan pada musim kemarau, ketika tak ada hujan. "Air dari parit tetap masuk ke sini karena ada aktivitas perusahaan di sebelah perkampungan warga," kata Joko.
Perusahaan yang dimaksud Joko adalah PT Tanjung Piayu Makmur. Sejak empat tahun lalu, perusahaan hendak mengembangkan kawasan industri, termasuk di sekitar wilayah Kampung Tua Tembesi Tower. Rencana pengembangan kawasan industri ini telah memicu konflik agraria antara perseroan dan warga kampung beberapa tahun terakhir.
Banjir, seperti yang menerjang Kampung Tua Tembesi Tower pada Rabu lalu, menjadi petaka baru di tengah persoalan lahan yang tak berkesudahan. Warga kampung menuding aktivitas pematangan lahan kawasan industri yang dilakukan PT Tanjung Piayu Makmur menjadi penyebabnya.
Pembangunan kawasan industri itu menutup parit tempat mengalirnya air dari perumahan masyarakat sekitar. Air beberapa kali menggenangi Kampung Tua Tembesi Tower ketika kemarau karena parit yang ditutup. Perseroan memang membangun parit baru. Tapi parit baru itu lebih tinggi dari kawasan permukiman.
"Jadi kalau debit airnya penuh di parit, apalagi ketika hujan, air bukannya ke parit malahan masuk ke kampung," kata seorang warga yang menunjukan lokasi parit tersebut kepada Tempo. "Sebelum perusahaan ini ada, kejadian seperti ini tidak pernah terjadi."
Rabu lalu, ketika Tempo mendatangi Kampung Tua Tembesi Tower, Lurah Tembesi Dayatul Tarmizi juga meninjau lokasi tersebut. Dayat, panggilan Dayatul, memastikan akan melaporkan kejadian banjir ini kepada para pemangku kepentingan. "Nanti saya koordinasi ke dinas terkait, juga ke perusahaan. Solusi yang diberikan selama ini sepertinya tidak berhasil," ujarnya.
Ketika dikonfirmasi, Staf Bagian Legal PT Tanjung Piayu Makmur, Berton mengatakan perusahaan akan memberikan keterangan resmi ihwal masalah banjir di Kampung Tua Tembesi Tower dalam waktu dekat. "Manajemen akan segera memberikan rilis buat teman-teman media terkait banjir ini," kata Berton lewat pesan singkat kepada Tempo, Kamis, 5 September 2024.
Adapun Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Alam (BMSDA) Pemerintah Kota Batam, Suhar, menyatakan sedang cuti. Dia meminta agar pertanyaan ihwal permasalahan ini disampaikan kepada stafnya.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas BMSDA Kota Batam, Wan Taufik, mengatakan akan memanggil semua pihak termasuk warga dan perusahaan, pekan depan. "Kalau kami melihat banjir ini memang dampak pembangunan dari perusahaan PT TPM," kata Wan ketika dihubungi Tempo pada Kamis, 5 September 2024.
Menurut Wan, permasalahan banjir di Tembesi Tower cukup kompleks, terutama yang berkaitan dengan masalah lahan. Perusahaan mengklaim lokasi kampung tersebut milik mereka. "Kalau masalah kepemilikan lahan ini sebenarnya bukan di ranah kami. Tetapi ini kan soal warga yang terdampak banjir, jadi kami akan carikan solusi untuk mengatasinya," kata Wan.
Wan berharap ada solusi atas permasalahan berkepanjangan ini. Satu di antaranya, dia mencontohkan, perusahaan menyediakan pompa air untuk mengeluarkan air yang mengenangi perkampungan. "Mungkin itu solusi jangka pendek," kata Wan.