TEMPO.CO, Jakarta - Elin Kartika, Mahasiswi program studi Pendidikan Guru PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), berhasil sabet predikat cumlaude atau cum laude dengan capaian Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95. Anak dari seorang buruh pabrik ini menjadi salah satu peserta Wisuda Periode I Tahun Akademik 2024/2025 yang diselenggarakan di GOR UNY dan berlangsung 31 Agustus - 1 September 2024.
Tentu saja catatan gemilang tersebut diperoleh Elin bukan tanpa kendala. Mengutip obrolan Elin dengan pihak UNY pada laman uny.ac.id yang terbit pada 31 Agustus 2024, mahasiswi angakatan 2020 tersebut mengungkap kembali dilema yang ia rasakan, lantaran tidak diberi izin untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
Apalagi alasannya kalau bukan ekonomi. “Ayah menyarankan untuk bekerja dulu karena tidak yakin dapat membiayai kuliah. Hal ini menjadikan dilema bagi saya apakah mau kuliah atau kerja,” kata Elin.
Tahun pandemi pada 2020 menjadi pelik bagi sebagian besar orang, termasuk keluarga Elin. Sang ayah, Muhasim, bekerja sebagai buruh pabrik di Bandung. Muhasim menyarankannya untuk bekerja ketimbang kuliah dan dianggap Elin sebagai opsi yang paling masuk akal.
Saran berbeda datang dari guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolahnya, SMA Negeri 1 Kutowinangun di Kebumen, Jawa Tengah. Elin diarahkan kepada informasi peluang beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) untuk bisa tetap mendaftar kuliah.
Usai mendaftar dan diterima, tantangan lain menjelang di hadapannya: bertahan dan melanjutkan pendidikan dari satu semester ke semester yang lebih tinggi. Namun, Elin mengaku bertekad kuat untuk meraih gelar sarjana. Dia antara lain menyambi sebagai tenaga tutor untuk anak-anak SD untuk menambah uang saku.
“Selain itu juga menjadi tentor les privat dari rumah ke rumah,” katanya. Elin mengaku menerapkan manajemen waktu yang memungkinkannya tetap berprestasi di bangku kuliah meski sebagian waktunya digunakan untuk mengajar. Perjuangan yang tidak sia-sia karena Elin berhasil menyabet gelar sarjana dengan nilai IPK tertinggi di jenjangnya, yakni 3,95.
Dia pun mengenang peran orang sekitarnya, terutama dukungan orang tua Muhasim-Susilowati. “Saya merasa bahwa semua usaha yang dilakukan sekeras apapun tanpa diiringi dengan doa juga akan sia-sia,” ujarnya.
Elin mengungkap kunci dari usahanya itu adalah mengubah setiap kesulitan yang datang menjadi tantangan yang mesti ditaklukkan. Tak lupa dia memberi saran mencari teman dan lingkungan yang bisa membawa kebaikan untuk pengembangan diri.
“Nikmati setiap proses yang dilalui dengan pikiran yang positif. Segera bangkit dari kemalasan dan keputusasaan karena pasti akan ada jalan keluar di setiap masalah jika kita mencoba melakukannya," kata Elin.
BAYU MENTARI
Pilihan Editor: Misa Paus Fransiskus di GBK, Lebih dari 1.000 Orang yang Terlibat Jaga Kebersihan