TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok enam pelajar SMA di Jakarta berinisiatif memberikan pelatihan membuat dekorasi lumut hidup untuk adik-adik kelas mereka yang masih duduk di bangku SD. Dengan memasang dekorasi lumut di dalam ruang-ruang kelas diharapkan mampu menyaring polusi udara Jakarta yang dihirup anak-anak tersebut di lingkungan sekolahnya.
"Harapannya dapat membantu mereka dalam proses belajar dan yang pasti berdampak pada peningkatan kesehatan mereka,” kata salah satu pelajar SMA itu, Teges Nripendra Prawiradilaga, lewat keterangan tertulis yang diterima Tempo.
Teges adalah penggagas dari proyek sosial workshop untuk pelajar SD tersebut yang dinamai Bayuwana. Dia dan empat temannya yang lain dipersatukan sebagai sesama penerima Beasiswa Indonesia Maju dari Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
"Kami memiliki tugas membuat proyek sosial yang kembali ke masyarakat sekitar, dan gagasan saya kepada teman-teman adalah meningkatkan kepedulian terhadap polusi udara Jakarta dengan berfokus kepada anak-anak," kata siswa kelas 12 SMAN 47 ini saat dihubungi pada Kamis, 19 September 2024.
Dijelaskan Teges, proyek sosial yang diberi nama Bayuwana itu telah dijalankan di SDN 01 Cipete Selatan, Jakarta. Para pelajar di salah satu kelas yang ada di SDN itu diajari membuat dekorasi lumut hidup. Selain juga dijabarkan tentang penyebab polusi udara, dampaknya, serta langkah-langkah perlindungan diri yang dapat diambil.
Sebanyak lima dekorasi lumut hidup dihasilkan dari workshop perdana sekaligus pilot dari proyek sosial Bayuwana tersebut. Kelimanya lalu dipasang di ruang kelas sebagai dekorasi dengan fungsi tambahannya adalah menyaring polusi udara di lingkungan kelas.
"Kami sengaja fokus mengajari yang lebih muda karena mereka lebih rawan atau sensitif terhadap kualitas udara buruk Jakarta," kata Yafi Pratama Edrian, anggota tim lainnya di Proyek Sosial Bayuwana, juga dari SMAN 47.
Anggota lainnya adalah Claramonika Cantika Najla yang menerangkan hasil studi di Gyeongnam National University of Science and Technology bahwa lumut dapat mengurangi polutan udara di ruangan tertutup secara signifikan. Menurut siswi SMAN 28 ini, lumut hidup sebanyak enam plate berukuran A4 bisa mengurangi hingga 41 persen karbon monoksida dan polutan lainnya.
“Kami senang melihat antusiasme para siswa dalam mengikuti kegiatan ini dan berharap ini dapat menjadi inspirasi untuk lebih banyak sekolah dan komunitas,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Tim proyek sosial Bayuwana terdiri dari enam pelajar SMA di Jakarta saat mengajari pembuatan dekorasi lumut hidup di SDN 01 Cipete Selatan. FOTO: ISTIMEWA
Sayangnya, Teges dkk belum bisa memastikan lanjutan setelah workshop di SDN 01 Cipete Selatan. Mereka menyatakan akan menghimpun dukungan dana untuk proyek sosial mereka itu bisa menyasar sekolah dasar lainnya di Jakarta.
"Yang kemarin kami keluarkan uang sendiri semuanya...jadinya hanya bisa bikin untuk satu kelas saja juga," kata Teges sambil menambahkan rencana untuk menggelar workshop di masing-masing sekolah anggota tim juga.
Selain Teges, Edrian, dan Clara, anggota Tim Bayuwana lainnya adalah Amelia Chantiqa Dewi dan Azzura Khansa Adriene Sakura asal SMANU M.H. Thamrin, serta Kayandhra Syabian Akbar dari SMAN 28 Jakarta.
Pilihan Editor: Menduga Ada Banyak Segmen, BMKG: Sesar Garsela Zona Gempa Paling Aktif di Pulau Jawa