Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Viral Tanah Tenggelam di Mamuju, Peneliti BRIN Duga Beberapa Hal Ini Picu Likuifaksi

image-gnews
Warga melihat kerusakan akibat fenomena tanah bergerak di Desa Tobadak 7, di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, 4 November 2024. ANTARA/HO-Humas Pemprov Sulbar
Warga melihat kerusakan akibat fenomena tanah bergerak di Desa Tobadak 7, di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, 4 November 2024. ANTARA/HO-Humas Pemprov Sulbar
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Analis Hasil Penelitian di Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Wa Ode Sumartini, memperkirakan insiden likuifaksi atau pencairan tanah di Desa Saloadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, dipicu pergerakan alat berat dan kondisi alami lahan. Fenomena yang terjadi di Kecamatan Tobadak pada Sabtu, 2 November lalu itu belakangan viral melalui media sosial.

"Bukti likuefaksi, pada video itu, terlihat adanya gelembung-gelembung di air. Artinya ada peningkatan air pori juga," katanya kepada Tempo, Senin, 4 November 2024.

Bila dilihat dari isi video yang tersebar, termasuk yang diunggah ulang oleh akun Instagram explore_sulawesibarat, likuifaksi itu terjadi di sebuah jalan di perkebunan Desa Saloadak. Sekitar pukul 15.30 waktu setempat, pada hari kejadian, sebuah ekskavator yang sedang menggali tanah di situ seketika tenggelam.

Lahan yang digali terlihat menjadi encer dan berwarna coklat. Direkam oleh warga lokal, tanah di sekitarnya lokasi penggalian tadi juga ikut longsor dan tertarik.

Menurut Sumartini, fenomena itu disebut sebagai lateral spreading. "Salah satu pemicunya adalah likuefaksi yang berjenis statis," kata dia. Insiden ini bisa ditemukan pada tanah yang materialnya bersifat granular atau berbutir seperti pasir.

Dengan kata lain, lahan penggalian itu kemungkinan berupa lanau berpasir. Dugaan ini kian meyakinkan karena jalan perkebunan itu tampak seperti cekungan. Sumartini menduga geologi Desa Saoladak dipenuhi sedimen tertier. “Bisa juga berupa tanah volkanik,” tuturnya.

Adapun Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung, Imam Achmad Sadisun, menyebut kejadian itu bukan likuifaksi yang didahului oleh gempa. Artinya, insiden di Mamuju Tengah tidak persis seperti likuifaksi yang pernah terjadi di Palu pada Oktober 2018

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Saya melihat itu bisa jadi karena longsoran biasa, dengan mekanisme gelinciran lumpur (mud-slide)," ujarnya kepada Tempo.

Petugas Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamuju Tengah, Rezky, menyatakan ada tiga hal yang bisa memicu likuifaksi tersebut, yaitu kondisi lahan gambut, pengerjaan jalan oleh alat berat, serta genangan air di musim hujan.

 "Sebelum kejadian sudah hujan," ujarnya.

Setelah diperiksa, tim BPBD Mamuju Tengah Tanah memastikan tanah yang “tenggelam” di Desa Saloadak berjenis gambut. Daerah itu juga langganan banjir ketika musim hujan. Akibat kejadian itu, akses warga lokal menuju perkebunan masih terputus.

Pilihan Editor: Pemda Yogyakarta Tetapkan Kasus Gondongan sebagai Kejadian Luar Biasa, Warga Diimbau Tak Terjebak Mitos

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BMKG: Cuaca Hujan Merata di Jabodetabek Masih Akan Bertahan Beberapa Hari

2 hari lalu

Ilustrasi hujan deras. Shutterstock
BMKG: Cuaca Hujan Merata di Jabodetabek Masih Akan Bertahan Beberapa Hari

Peneliti BRIN ungkap permintaan kewaspadaan yang sama untuk hujan merata di Jabodetabek 2-3 hari ke depan, tapi berbeda penyebab.


3 Faktor Penyebab Hujan Lebat di Jabodetabek Hari Ini Menurut Peneliti BRIN

2 hari lalu

Ilustrasi hujan disertai angin kencang. Shutterstock
3 Faktor Penyebab Hujan Lebat di Jabodetabek Hari Ini Menurut Peneliti BRIN

Hujan yang terjadi hari ini tidak didukung oleh monsoon Asia yang kuat yang biasa identik dengan datangnya musim hujan di Indonesia.


Cuaca Panas Pekan Terakhir Oktober, Suhu Udara Kembali Tembus 38 Derajat

3 hari lalu

Cuaca panas dan terik di Indonesia pada pekan terakhir Oktober 2024. Suhu maksimum harian tertinggi dicatat BMKG lebih dari 38 derajat Celsius. Dok. BMKG
Cuaca Panas Pekan Terakhir Oktober, Suhu Udara Kembali Tembus 38 Derajat

Berdasarkan data BMKG, cuaca panas meningkat di antaranya di Surabaya pada akhir Oktober.


Cuaca Panas dan Kering Saat Ini Diperkirakan Sampai Pertengahan November

4 hari lalu

Ilustrasi anak-anak di saat cuaca panas. shutterstock.com
Cuaca Panas dan Kering Saat Ini Diperkirakan Sampai Pertengahan November

Peneliti BRIN jelaskan sebab cuaca panas dan terik di Indonesia saat ini karena maraknya siklon tropis di utara Indonesia. Awal musim hujan tertunda.


Ini Kata Peneliti BRIN soal Pentingnya Pelestarian Motif Megalitik Tutari Papua

5 hari lalu

Mahasiswa ISBI Tanah Papua bersiap menari di Situs Megalitik Tutari, Papua. Dok. Hari Suroto
Ini Kata Peneliti BRIN soal Pentingnya Pelestarian Motif Megalitik Tutari Papua

Peneliti BRIN menekankan pentingnya pelestarian motif Megalitik Tutari sebagai sumber inspirasi seni kontemporer Papua.


Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

5 hari lalu

Henra, mahasiswa program fast track di orogram studi Magister Bioteknologi di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Dok. UGM
Tips dari Henra yang Lulus S2 Tercepat dan Cum Laude dari UGM

Lewat program fast-track, Henra berhasil lulus dari Program Studi Magister Bioteknologi UGM hanya dalam waktu setahun.


BRIN Ungkap Indeks Pelembagaan Partai Politik: PKS Terlembaga Dibanding Parpol Lain

6 hari lalu

Logo baru PKS. dok.Panitia Munas PKS
BRIN Ungkap Indeks Pelembagaan Partai Politik: PKS Terlembaga Dibanding Parpol Lain

Tim riset partai politik (parpol) BRIN melaporkan hasil riset mengenai "Indeks Pelembagaan Partai Politik di Indonesia".


BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

6 hari lalu

Inovasi limbah plastik jadi bahan bakar oleh BRIN dan Pemkot Semarang. Dok. Humas BRIN
BRIN dan Pemkot Semarang Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Petasol Setara Solar

Petasol memanfaatkan limbah plastik yang mengotori sungai dan irigasi menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan.


Respons BRIN Soal Isu Tumpang Tindih Kewenangan dengan Kemendiktisaintek

7 hari lalu

Calon Wakil Menteri Wamen Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Stella Christie (tengah) berdampingan dengan calon Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh E. Hermawati (kanan) dan calon Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk (kiri) sebelum pelantikan wakil menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2024. Presiden Prabowo Subianto melantik 56 wakil menteri Kabinet Merah Putih periode 2024-2029. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Respons BRIN Soal Isu Tumpang Tindih Kewenangan dengan Kemendiktisaintek

Apa kata BRIN?


Studi Queer Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Bukan Gambar Bertapa Biasa

8 hari lalu

Panel 105 Karmawibhangga. Dok. eTropic diambil dari Koran Tempo
Studi Queer Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Bukan Gambar Bertapa Biasa

Tim peneliti dari BRIN dan lainnya menantang hasil penelitian sebelumnya di Candi Borobudur oleh arkeolog Belanda yang juga gunakan metodologi queer.