TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada membuat Semar, mobil irit masa depan. Mobil ini mampu menempuh jarak seribu kilometer hanya dengan satu liter bahan bakar. Ini berarti jarak Anyer-Panarukan hanya menghabiskan bahan bakar satu liter.
Tim SEMART UGM menyebut mobil ini sebagai ‘Futuristic Prototype’. “Dengan bahan bakar yang hanya 1 liter untuk seribu kilometer maka diharapkan bisa menjadi kendaraan ramah lingkungan,” kata Suhanan, Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada seusai peluncuran prototype mobil Semar di University Center, Yogyakarta, Rabu (17/3).
Mobil ini akan diikutsertakan dalam ajang Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2010 di sirkuit internasional Sepang, Malaysia pada 8-10 Juli ini. Inilah pertama kalinya UGM bersama tiga perguruan tinggi lain yakni Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Sepuluh November mengikuti SEM.
Tim SEMART terdiri dari 15 mahasiswa Fakultas Teknik UGM dengan koordinator Teofilus Hartono. Mereka dibimbing sejumlah dosen antara lain: Dr Yayan Sentanuhady (mesin/prime power), Dr Alva Edy Tantowi (design) dan Dr Suyitno (struktur).
Bentuk mobil mirip kendaraan balap formula. Pengemudi duduk setengah berbaring dengan bobot tak boleh melebihi 50 kilometer. “Makanya yang bisa mengemudikan hanya perempuan, susah mencari laki-laki dengan bobot kurang dari 50 kilogram,” dia menambahkan. Mobil sendiri memiliki berat 25 kilogram.
Tapi efisiensi juga memiliki efek samping. Mobil ini hanya bisa berjalan maksimal dengan kecepatan 35 kilometer per jam. Artinya, dari Anyer perlu waktu sekitar 30 jam perjalanan. Dengan jarak seribu kilometer per liter itu, kata Suhanan, bukanlah prestasi maksimal.
Menurut Suhanan, rekor jarak terjauh dengan satu liter bensin dipecahkan oleh mahasiswa Perancis. “Satu liter bisa menempuh jarak 3700 kilometer,” kata dia. Microjoule – nama prototipe itu—mampu menempuh sekitar 3.794 kilometer per liter. Tim Prancis selalu memegang tropi pemenang sejak hajatan tahun 1992.
Dr. Alva Edy Tontowi mengatakan secara keseluruhan, mobil memiliki panjang 2,7 meter, tinggi 0,8 meter dan lebar 0,88 meter. Bodi terbuat dari fiber composite dengan konsep airfoil untuk mengurangi halangan dari coefisien of drag kendaraan.
Tim ini masih mengupayakan agar kendaraan lebih ringan. Struktur rangka mobil SEMAR memakai plat dan profil alumunium agar berat kendaraan tak lebih dari 25 kg termasuk mesin. Mejelang lomba, Suyitno mengharapkan, berat kendaraan tak sampai 20 kilogram.
Semar didesain menggunakan dua roda berpenggerak di belakang dan satu steering roda depan. Penggerak pemula adalah mesin 4 tak berselinder tunggal dengan kapasitas 25 cc, yang diaplikasikan dengan sistem injeksi yang bisa diprogram.
Teofilus menjelaskan, nama Semar didasarkan pada tiga hal yakni unik, mudah diingat, dan mencerminkan kebudayaan asli Indonesia. “Mobil Semar yang badannya gemuk itu sisi menarik tokoh semar yang kuat dan adiluhung,” kata dia.
Sri Wahyu Endah, Coorporate Social Investment Manager PT Shell Indonesia, mengatakan SEM baru pertama kali diselenggarakan di Asia. Ajang ini sudah digelar 25 tahun di Eropa dan kawasan Amerika. Even ini akan diikuti 111 tim dari 12 negara di Asia. Untuk setiap tim Indonesia, Sheel mendukung dana 2.000 ribu dolar AS bagi pembuatan mobil. Sementara akomodasi tim sebesar 2.250 dolar.
Beberapa waktu lalu, Institute Teknologi Bandung mentargetkan mesin dengan kemampuan tempuh 3.200 kilometer per liter bahan bakar. Ananta Bagas Rinarta, Ketua Tim Rajawali mengatakan tim ini bermaksud memecahkan rekor SEM Prancis 1985 yang menghasilkan mesin berkemampuan 3371 kilometer per liter bahan bakar.
BERNADA RURIT | PURW