Haryo, dosen Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya itu, mulai melakukan penelitian sejak awal tahun lalu. Bahan baku utamanya pasir, kerikil, dan semen. Setelah diaduk, bahan dicetak menjadi beton kotak, kubus, silinder, atau kubah. Ukurannya bervariasi, dari sebesar kardus sepatu hingga lemari baju. Untuk membuat terumbu karang berbobot sekitar satu ton perlu Rp 1 juta.
Menurut Haryo, produk tiruan yang dipamerkan dalam “Bulan Unjuk Prestasi” ITS pada akhir bulan lalu itu dapat menciptakan ekosistem baru biota laut. Ikan berkumpul di terumbu buatan. Caranya, terumbu diletakkan di kedalaman 5 hingga 8 meter. Bagian paling atas terbenam sekitar 30 sentimeter supaya terjangkau sinar matahari. Setelah itu akan terkumpul sumber makanan ikan seperti juga terumbu karang asli.
Sinar matahari juga akan mempercepat pertumbuhan terumbu karang asli. Bahkan akan makin cepat tumbuh bila terumbu karang asli ditempelkan di situ. Hasilnya, dalam satu tahun terumbu karang asli tumbuh satu sentimeter. “Biasanya hanya satu milimeter,” kata Haryo.
Terumbu buatan juga bisa mengurangi abrasi. Caranya, bongkahan-bongkahan itu mesti ditaruh tak jauh dari garis pantai. Dalam satu blok setidaknya membentang 25 meter terumbu artifisial ditata searah dengan gelombang laut. Pola seperti ini akan mereduksi kekuatan debur ombak hingga 60 persen. Alhasil, pengikisan pun berkurang.
Ini yang sedang dikembangkan Haryo dan timnya. Dengan menata blok-blok terumbu dalam formasi segi tiga, ombak dipantulkan untuk membentuk ombak baru setinggi tiga atau empat meter. Cukup buat berselancar.
Tempo