Sebuah hasil penelitian mengindikasikan bahwa perilaku Gen Y ini bisa memberikan dampak besar pada perbankan, yakni membuka peluang peningkatan pendapatan. Pengurangan hutang, pengelolaan pengeluaran dan pemahaman keuangan juga menjadi prioritas utama generasi muda yang menjadi nasabah bank.
Riset tentang perbankan ritel yang digelar oleh Cisco Internet Business Solutions Group (IBSG), konsultan global Cisco ini mensurvei 1.055 nasabah bank di Amerika Serikat. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar pemahaman prioritas keuangan, ekspektasi layanan dari bank, pemakaian video dan pilihan moda interaksi yang diinginkan.
Baca Juga:
Mereka yang menjadi responden adalah para nasabah berusia 18 tahun ke atas, dari beberapa generasi. Antara lain Gen Y (nasabah yang lahir antara tahun 1980 sampai 1992), Gen X (lahir antara 1960-1979), serta generasi boomer/silver (lahir sebelum tahun 1960).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nasabah dari Gen Y mempercayai bank mereka kendati terjadi kemunduran ekonomi belakangan ini. Namun mereka tetap membutuhkan bantuan bank dalam membuat keputusan penting finansial mereka. Karena itu, bank memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan sampai 10 persen dengan menggaet pelanggan dari Generasi Y ini.
Beberapa temuan dari riset ini antara lain:
* Gen Y menginginkan saran keuangan melalui video dan telepon selular (ponsel), karena:
- Lebih dari 50 persen Gen Y memiliki kamera web, dibanding generasi boomer dan silver yang kurang dari sepertiganya.
- 20 persen dari Gen Y mengunjungi Youtube beberapa kali dalam sehari (lima kali lebih sering dibanding boomer dan silver).
- 97 persen Gen Y menggunakan ponsel.
* Gen Y menyukai saran keuangan dari video dan komunitas virtual.
- Hampir 40 persen pelanggan Gen Y tertarik pada interaksi dengan penasehat keuangan melalui video, dibanding generasi boomer dan silver hanya 17 persen saja.
- Gen Y empat kali lebih banyak menanyakan hal-hal terkait keuangan melalui blog atau forum online dibanding boomer dan silver.
- 40 persen nasabah Gen Y menggunakan perangkat personal financial management (PFM) berbasis web untuk mengelola pengeluaran, mengurangi hutang, dan memaksimalkan simpanan jangka panjang.
* Gen Y menginginkan saran dari bank mereka.
- Lebih dari 33 persen Gen Y menganggap bank sebagai institusi yang memberikan nasihat profesional.
- 85 persen dari Gen Y puas atau sangat puas dengan penyedia layanan finansial mereka saat ini.
* Gen Y butuh bantuan dalam membuat keputusan finansial.
- Lebih dari sepertiga Gen Y yang disurvei percaya mereka butuh bantuan dalam mengelola masalah finansial mereka, sementara kurang dari seperlima dari generasi boomer dan silver mereasakan hal yang sama.
- Nasabah Gen Y menghargai nasehat finansial dari teman dan keluarga tiga kali lebih banyak dibanding boomer dan silver.
Dari penelitian ini, rata-rata nasabah Gen Y puas dengan kinerja bank mereka, dan 26 persen lain akan berpikir untuk beralih jika mendapatkan nilai lebih. Untuk memanfaatkan peluang ini, Cisco IBSG merekomendasikan bank-bank untuk menciptakan nilai lebih yang diperlukan oleh Gen Y untuk membantu mengelola keuangan mereka dan dengan cara yang menarik buat mereka.
"Perbankan ritel memiliki peluangan bagus untuk mengambil keuntungan dari siapa yang pertama kali melakukan inovasi. Gen Y menginginkan saran finansial dari sumber terpercaya dan akan beralih ke bank yang menawarkan layanan tersebut dengan cara paling menarik dan sesuai dengan dirinya. Bank yang melayani kebutuhan Gen Y pendapatannya berpotensi tumbuh secara signifikan," kata Jörgen Ericsson, global lead, Cisco IBSG.
Antara lain, dengan menyediakan Personal Financial Managemen (PFM) pada platform bergerak yang memungkinkan real-time alert, tinjauan dan membuat keputusan. Meningkatkan hubungan dengan nasabah melalui video definisi tinggi agar nasabah generasi muda bisa berinteraksi langsung dengan penasihat keuangan, serta membentuk komunitas online untuk layanan finansial mereka.
Dim/Cisco