Pesawat yang baru saja menjalani uji coba pada awal Februari lalu ini adalah versi jumbo jet Boeing generasi kelima. Pesawat tersebut direncanakan mulai beroperasi pada akhir tahun ini. Perusahaan pembuat pesawat yang bermarkas di Seattle itu telah menerima 108 pesanan untuk 747-8, 76 di antaranya untuk jenis pesawat kargo. Cargolux, Nippon Cargo Airlines, Cathay Pacific, Emirates Sky Cargo, dan Korean Air adalah sejumlah maskapai penerbangan yang memesan pesawat jenis angkut itu.
Berbeda dengan Boeing, yang kebanjiran order, Airbus justru menunda pembuatan versi kargo pesawat Superjumbo A380 setelah FedEx dan UPS membatalkan desain double-decker. Meski demikian, sejalan dengan perekonomian dunia yang mulai membaik, makin banyak barang yang akan dikirim ke seluruh penjuru dunia. "Sekitar sepertiga dari nilai perdagangan dunia adalah barang-barang yang dikirim lewat udara," kata Asosiasi Transport Udara Internasional (IATA). Pekan lalu IATA meramalkan kebutuhan kargo pada 2010 akan meningkat 12 persen.
Boeing 747-8, pesawat terbesar yang pernah dibuat oleh perusahaan itu, menggunakan sayap baru yang didesain ulang untuk memaksimalkan performa pesawat tersebut di angkasa. Pesawat itu juga menggunakan mesin baru yang dirancang berdasarkan pengembangan mesin turbofan 787 Dreamliner GEnx, yang membuat 747-8 jauh lebih senyap, menyedot bahan bakar dengan lebih efisien, serta emisi yang jauh lebih kecil daripada model 747-400. Pesawat ini juga menggunakan teknologi kokpit seperti yang digunakan Dreamliner.
Reduksi kebisingan itu adalah salah satu alasan Cargolux memesan 13 pesawat 747-8. Juru bicara perusahaan kargo yang berbasis di Luxembourg tersebut, Patrick Jeanne, mengatakan, Cargolux memiliki armada 747-400, dan pesawat model baru ini memiliki tingkat kebisingan yang sepertiga kali lipat lebih senyap daripada yang mereka gunakan saat ini. Empat mesin pesawat itu hanya berderum pelan ketika lepas landas dan mengangkasa. "Suara yang sesenyap mungkin itu penting sekali," ujarnya.
Sebetulnya, dari segi ukuran pesawat, 747-8 Freighter untuk pesawat kargo dan 747-8I (Intercontinental) untuk jet penumpang jauh lebih kecil dibanding Airbus A380. Namun ukuran yang lebih kecil itu dianggap Boeing sebagai sebuah kelebihan yang menguntungkan. Dia mengatakan pesawatnya membutuhkan biaya operasional lebih rendah dan bisa melayani pasar yang lebih luas.
Dibandingkan dengan 747-400, jumbo jet 747-8 lebih panjang 4,1 meter di bagian depan, dan 1,5 meter di bagian tengah. Ruang baru yang tercipta karena perpanjangan badan pesawat itu meningkatkan kapasitas kargo hingga tujuh ruang penyimpanan. Kapasitas tempat duduk untuk pesawat penumpang pun bertambah 51 kursi.
Pesawat baru ini dapat mengangkut 467 orang, yang terbagi menjadi tiga kelas, dengan kemampuan jelajah 14.815 kilometer. Pesaingnya, A-380, memiliki kemampuan jelajah hingga 15.200 kilometer dan dapat membawa 555 penumpang dalam dua dek.
Dengan ukuran yang lebih kecil itu, 747-8I lebih ringan 10 persen per kursi dibanding A380 dan akan mengkonsumsi bahan bakar 11 persen lebih sedikit per penumpang daripada rivalnya. Itu berarti biaya perjalanan berkurang 21 persen bila dibandingkan dengan A380. Namun Airbus membantah klaim Boeing. Perusahaan pembuat pesawat terbang Eropa itu menyatakan bahwa A380 membakar bahan bakar 2 persen lebih rendah per kursi dibanding 747-8I.
Dibandingkan dengan model 747-400, pesawat baru ini memiliki jendela penumpang yang 8 persen lebih besar sehingga memberikan ruang pandang yang lebih luas. Kabinnya menggunakan pencahayaan light-emitting diode (LED) yang dapat menciptakan cahaya ambient. Teknologi LED juga menawarkan keandalan dan biaya pemeliharaan lebih rendah.
Boeing berharap dapat mengalahkan Airbus dari sisi harga. Satu unit Intercontinental dihargai sekitar US$ 293-308 juta dan jenis Freighter US$ 301,5-304,5 juta. Harga yang ditawarkan untuk A380 saat ini sekitar US$ 337 juta, namun sebagian besar maskapai penerbangan memperoleh potongan harga besar ketika membeli pesawat itu, jauh di bawah harga resmi. Tahun lalu, Airbus berhasil menjual 498 pesawat, naik 15 unit dibanding pada 2008, sementara Boeing menjual 481 unit.
Pada pertengahan Maret lalu, pesawat baru Boeing ini telah menyelesaikan 13 penerbangan setelah terbang perdananya pada 9 Februari 2010. Pesawat itu terbang hingga ketinggian 9.144 meter dan kecepatan Mach 0,65. Program ini telah menuntaskan 33 jam terbang. "Performa yang diperlihatkan pesawat itu dalam tes terbang sesuai dengan perkiraan kami," kata Mo Yahyavi, Vice President dan General Manager Program 747, Boeing Commercial Airplanes. "Itu adalah bentuk penghargaan bagi pria dan perempuan yang membantu merancang dan membangun pesawat tersebut."
TJANDRA DEWI | BOEING | GRAPHICNEWS | WIRED