Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berjejal Mal Virtual  

image-gnews
Situs e-commerce Juale.com
Situs e-commerce Juale.com
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -Pandji Pragiwaksono seakan tak kehabisan energi. Meski dikepung jadwal syuting yang melelahkan, artis serba bisa ini masih punya waktu untuk urusan di luar dunia hiburan: dagang di Internet.

Sukses menjalankan butik Ref Basketball Clothing di gedung olahraga C-Tra Arena Bandung sejak 2005, Pandji kini membuka "cabang" di situs niaga plasa.com. Produk yang dijual pun sama, T-shirt bertema bola basket. "Itung-itung perluasan pasar," kata dia pekan kemarin.

Langkah baru itu berkat wejangan seorang pakar pemasaran. Sejak Januari lalu Pandji memajang dagangannya di Internet. Tak cukup di plasa.com, Pandji juga melebarkan sayap di situs mikrobloging Twitter. "Targetnya sih bisa untung Rp 8 juta sampai Rp 10 juta sebulan," ujarnya.

Aktris Liza Nathalia pun tak mau ketinggalan. Si ratu joget ini seolah memindahkan isi butik Get Sexy miliknya dari gerai di Senayan Trade Center ke galeri plasa.com. Sepatu, gaun, dan aneka aksesori wanita dibanderol pada kisaran Rp 70 ribu hingga Rp 420 ribu.

Bukan hanya dua artis itu yang mulai berdagang lewat dunia maya. Jumlah saudagar online di Indonesia kini makin banyak. Pelakunya beragam, dari mahasiswa hingga artis ternama, dari yang iseng hingga pebisnis tulen.

Menurut Asto Sunu Subroto, presiden direktur perusahaan riset PT Capricorn Mars Indotama, maraknya aktivitas ini didorong penetrasi Internet yang semakin tinggi, terutama di tingkat rumah tangga. Riset Mars menyebut, pada 2009 pengguna Internet rumah tangga mencapai 66 juta orang atau 28,7 persen penduduk Indonesia.

Dari jumlah itu, diperkirakan 5-8 persen memanfaatkan transaksi di Internet. Asumsikan saja satu orang belanja Rp 1 juta setahun, minimal transaksi online bisa mencapai Rp 5 triliun. Tentunya, angka ini bisa melonjak. "Karena kepemilikan Internet dan belanja masyarakat naik," ujar Asto.

Penelitian Forrester, sebuah lembaga riset internasional, lain lagi. Dari total transaksi e-commerce dunia pada 2000 yang mencapai US$ 390 miliar, porsi Indonesia baru 0,026 persen atau sekitar US$ 100 juta. Diramalkan angka ini naik hingga US$ 1.200 juta atau Rp 11,4 triliun pada tahun-tahun ini.

Di samping akses Internet yang tumbuh, aktivitas bisnis maya ini didukung keberadaan fasilitator e-commerce. Fungsinya mirip pusat belanja yang menyewakan gerai untuk pedagang. Keberadaan situs ini bisa dimanfaatkan pengusaha kecil yang minim kemampuan mengelola situs Internet. Menggunakan jasa mereka pun lebih murah ketimbang membeli domain Internet dan mengoperasikan situs sendiri.

Pebisnis lokal pun kini tak perlu puyeng memakai dotcom asing macam amazon, e-bay, atau alibaba.com. Di dalam negeri, fasilitator perdagangan maya ini bejibun. Harga sewa murah, desainnya pun modern dan ramah guna. Alamat kantornya mudah didatangi. Dan yang terpenting: berbahasa Indonesia.

Perkembangan signifikan terlihat pada akhir 2009, saat beberapa situs lokal memproklamasikan diri. Sebut saja plasa.com, situs seharga Rp 20 miliar milik PT Telkom Indonesia atau web khusus usaha kecil seperti juale.com dan kemana.com.

Menurut Andi Boediman, Chief Innovation Officer PT Mojopia, anak usaha Telkom pengelola plasa.com, hingga akhir 2010 ditargetkan 3.000 pedagang online akan bergabung dalam situs ini. Mirip dengan mal di kota besar, barang yang dijajakan lebih dari 100 ribu jenis, mulai alat elektronik, kosmetik, komputer, hingga pakaian. "Kami juga menyediakan ruang iklan," ujarnya.

Demikian pula dengan kemana.com, yang diluncurkan pada 11 Januari 2010 di Denpasar. Pengelolanya berani mengklaim diri sebagai megastore online pertama di Indonesia yang menjajakan keperluan rumah tangga hingga kerajinan khas Bali. "Kami siap melayani transaksi 40 ribu jenis barang," kata Christopher Benz, sang pemilik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika dirunut dari awal, fasilitator e-commerce lokal sudah ada sejak 1995. Ada belasan perusahaan, di antaranya toko buku online sanur.com, ekuator.com, dan agen wisata Indo.com. Namun para sesepuh itu banyak yang mati lantaran akses Internet belum membumi.

Satu yang masih sehat hingga kini ialah indo.com, yang digawangi Eka Namara Ginting, mantan konsultan perusahaan riset Mc Kinsey. Berdiri dengan nama awal balionline, situs ini menyediakan akses pemesanan 300-an hotel di Bali dan beberapa kawasan wisata lainnya. Karena rating situs ini tinggi, 4 juta pengunjung sebulan, omzetnya pun mencapai jutaan dolar Amerika dari komisi jualan tiket plus iklan.

Belakangan Eka mendirikan portal yang terhubung dengan jaringan hotel di seluruh dunia. "Inventaris hotel kami mencapai 50 ribu," ujarnya. Eka menambahkan, selain jaringan yang luas, kunci sukses bisnis ini ialah adanya fasilitas pembayaran praktis. Cukup sekali klik.

Sekarang, cara ini pun menjadi pakem para pengelola mal maya. Di samping habis-habisan memoles ruang pamer, mereka menyediakan cara transaksi yang mudah. Arahkan tetikus ke barang yang disukai, masukkan ke keranjang belanja, dan bayar. Pesanan siap diantar hingga ke rumah.

Di sinilah persaingan terjadi. Selain mesti efisien, pengusaha e-commerce lokal berlomba memberikan layanan cepat, mudah, dan aman. Demi kredibilitas, mereka pun menggandeng perusahaan jasa pengamanan Internet, bank ternama, penyedia kartu kredit, serta perusahaan logistik skala global. Plasa.com, misalnya, sejak awal berdiri sudah terintegrasi dengan dua bank nasional dan perusahaan logistik internasional NCS.

Ivan Laksana, analis teknik dari juale.com, menetapkan cara sederhana sebagai jaminan keamanan. Para pedagang yang berniaga di situs itu wajib memiliki toko fisik yang menjual barang yang sama. Manajemen juale.com akan mengecek toko-toko itu. "Pembeli bisa mendatangi gerai asli mereka jika ada keluhan," kata dia, yang mengoperasikan perusahaan ini sejak November 2009.

Untuk imbal jasa, mal virtual ini menetapkan cara berbeda. Laiknya agen wisata biasa, Indo.com meraup laba dari margin harga hotel, di samping pendapatan iklan yang dipatok Rp 200 ribu hingga Rp 4 juta per paket. Lain lagi dengan plasa.com, yang memungut biaya transaksi 8 persen untuk setiap barang yang terjual. "Target penghasilan kami Rp 20 miliar tahun ini," ujar Andi Boediman. Sedangkan juale.com menetapkan ongkos pengelolaan yang relatif murah, Rp 90 ribu tiap bulan. "Layak untuk pengusaha kecil," ujar Ivan Laksana.

Sekalipun pasarnya menjanjikan, tak berarti persoalannya sebatas berebut konsumen. Asto Sunu Subroto mengatakan, dalam jangka panjang, pengusaha e-commerce harus bisa mengubah kebiasaan orang Indonesia yang lebih suka belanja di toko konvensional. Jika tidak, pasar tak akan berkembang. Selain itu, tingkat kepercayaan untuk berbelanja di dunia maya masih rendah. "Di sinilah perlunya peran pemerintah, terutama dalam hal jaminan perlindungan," ujarnya.

Gatot Dewobroto, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika, mengatakan perlindungan transaksi Internet sudah diatur dalam Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang diteken pada 2008. "Ada tiga pasal yang berkaitan dengan tanggung jawab pelaku bisnis serta konsekuensi hukumnya," kata dia. Agar pelaku bisnis dan aparat tak buta, panduan teknis berupa peraturan pemerintah akan disahkan pada April mendatang.

Toh, penegakan aturan itu tak semudah membalik tangan. Radu Malem Sembiring, Direktur Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, mengatakan bahwa saking banyaknya pedagang online yang tak terdata, aparat kerap kesulitan. Satu contoh terjadi pada 2008, ketika beberapa konsumen dari India dan Cina tertipu pedagang kertas yang mengaku berasal dari Indonesia. "Bagaimana kita mengeceknya? Alamatnya pun tak jelas," ujarnya.

Fery Firmansyah, Rofiqi Hasan (Denpasar)

Angka Perkiraan 2007-2009

 200720082009
Pengguna Internet25 juta40 juta66 juta
Pengguna transaksi online (5-8%)1,25 juta2 juta5,2 juta

Barang yang Dipesan Melalui Internet Tahun 2009 (%)

Tiket51,8
Buku27
Tekstil/apparel18,2
Alat teknik3,1

Sumber: Mars Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

22 Februari 2021

Presiden Direktur Lintasarta Arya Damar.
Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.


Sempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini

11 Juni 2018

Tampilan situs Ditjen Pajak www.pajak.go.id yang diretas oleh pihak yang mengaku sebagai Anonymous Arabe pada Ahad pukul 9 malam lalu, 10 Juni 2018 (foto kanan). Hingga siang ini, situs tersebut masih dalam pemulihan dan dialihkan ke www.djponline.pajak.go.id (foto kiri). Foto: djponline.pajak.go.id / istimewa
Sempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.


Kominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018

31 Mei 2018

Ilustrasi kejahatan internet
Kominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018

Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.


Pangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan

24 Januari 2018

Global Director Priceprice.com Takayoshi Kuki (tengah) dalam acara peluncuran situs perbandingan harga Priceprice.com di Jakarta, Rabu, 24 Januari 2018. Tempo/Syafiul Hadi
Pangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan

Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.


Situs Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia

27 September 2017

Ilustrasi pelacuran / prostitusi. REUTERS/Edgar Su
Situs Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia

Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.


Google Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web

27 Agustus 2017

Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam Browser Chrome. Kredit: Techcrunch
Google Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web

Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.


Ingin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...

10 Agustus 2017

Ilustrasi belajar make up dari youtube. Goss.ie
Ingin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...

Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?


Bagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?

10 Agustus 2017

Soal matematika menjadi password wifi. Mirror.co.uk
Bagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?

Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?


Google, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality

12 Juli 2017

Sxc.hu
Google, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality

Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality


Ingin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini

7 Juli 2017

Vlog Kaesang berjudul #BapakMintaProyek. youtube.com
Ingin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini

Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.