TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Sekitar 30 ahli nuklir yang tergabung dalam The Asian Nuclear Safety Network (ANSN) berkumpul di Yogyakarta untuk membahas tentang strategi pengamanan nuklir. Pertemuan Nuclear Safety Strategy Dialogue yang berlangsung 22-23 April 2010, ini dimanfaatkan sebagai sarana pertukaran informasi berbagai pengetahuan dan pengalaman teknis untuk meningkatkan keselamatan nuklir di Asia.
Dialog antar-ahli nuklir di Hotel Sheraton Yogyakarta, Kamis (22/4/2010) itu dibuka oleh Menristek Suharna Surapranata. Penolakan publik, kata Suharna, adalah permasalahan utama yang dihadapi negara-negara yang sedang merencanakan untuk memulai pembangunan Pusat Listrik tenaga Nuklir (PLTN).
“Masyarakat sekitar calon tapak biasanya diprovokasi oleh LSM anti-nuklir," kata Suharna. "Oleh karena itu, pengalaman negara-negara yang telah mengoperasikan PLTN sangat penting untuk dapat memberikan informasi dan edukasi publik yang tepat.”
Asian Nuclear Saftey Network (ANSN) pada awalnya hanya beranggotakan negara-negara di kawasan Asia. Belakangan, negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, Jerman dan Prancis ikut bergabung. Kini, ANSN memiliki 13 negara anggota yakni Australia, RRC, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Amerika Serikat, Prancis dan Jerman.
Nuclear Saftey Strategy Dialogue (NSSD) seperti yang saat ini sedang berlangsung di Yogyakarta merupakan forum tertinggi ANSN untuk menyusun kebijakan dan strategi pencapaian tujuan organisasi. Pertemuan ketiga NSSD ini juga dihadiri Deputi Direktur Jenderal Badan tenaga Atom Internasional (IAEA), Tomihiro Taniguchi.
Menurut Tomihiro Tamaguchi, pertemuan semacam ini sangat penting bagi negara-negara anggota ANSN. Sebab, persoalan tenaga nuklir di suatu negara akan menjadi persoalan bersama untuk memecahkannya.
Nuklir telah menjadi satu alternatif di berbagai negara, termasuk negara-negara tetangga Indonesia,kata Suharna. Karena itulah, pertemuan Yogya ini menjadi penting untuk mendiskusikan tentang keselamatan pemanfaatan nuklir sebagai energi listrik. “Mengapa masalah keselamatan ini menjadi peerhatian semua negara, sebab kalau terjadi masalah di satu negara, negara lain juga akan terkena sehingga menjadi permasalahan yang serius,” tegasnya.
HERU CN