TEMPO Interaktif, Denpasar - Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mendukung dilaksanakannya migrasi dari Internet Protocol version (IPv4) ke IPv6. Migrasi itu akan mengatasi ancaman kelangkaan Internet Protocol Addres (IP) yang jumlahnya tinggal 7 persen di dunia.
Dukungan itu dinyatakan dalam Deklarasi yang dibacakan saat pembukaan Konferensi Internasional Pemanfaatan IPv6 di Kuta, Bali, hari ini. “Kami menyadari pemakaian IP di dunia dan di Indonesia terus tumbuh sehingga jumlahnya sangat terbatas,” sebut mereka dalam deklarasi yang dibacakan Ketua APJII Roi Rahaja Sayamin.
Kongkritnya, mereka akan membuat rencana aksi implementasi melalui tahapan yang tepat. Langkah selanjutnya adalah melakukan migrasi sehingga secara bersama-sama pada tahun 2013 , Indonesia dapat memperoleh status “Ipv6 Ready”.
Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menyatakan, jumlah IP yang bisa didukung dengan Ipv4 hanya sebanyak 4 miliar saja. Jumlah itu sangat mengkhawatirkan bila dibanding dengan pertumbuhan pemakaian internet yang setiap tahunnya mencapai 35 persen. Akiabtnya jumlah IP di dunia dengan Ipv4 tinggal 7 persen atau sebanyak 280 juta saja.
Bila trend itu terus berlanjut, bisa dipastikan akan terjadi kelangkaan IP yang kemudian berlanjut pada kesulitan dalam berkomunikasi dengan internet. Antisipasi itu, kata dia, juga telah dilakukan oleh negara-negara maju di Asia Timur seperti Korea, Cina, Taiwan dan Jepang dengan berlaih ke IPv6. Teknologi ini telah dinyatakan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) di tahun 1998 sebagai solusi permanen atas keterbatasan Ipv4.
Rofiqi Hasan