Tempat penyimpanan benih yang disebut sebagai “gudang benih kiamat” itu kini menyimpan biji-bijian lebih dari 525.000 varietas tanaman pangan dari seluruh dunia, membuatnya menjadi gudang tanaman pangan dengan biodiversitas tertinggi di dunia. Gudang benih itu dibangun dengan cara menggali jauh ke dalam perut gunung di kepulauan terpencil Norwegia, dekat Kutub Utara. Gudang itu dianggap sebagai back up gudang koleksi benih lainnya di seluruh dunia.
Benih lain yang menjadi koleksi baru bank benih Svalbard adalah Wenk's Yellow Hots, sejenis cabai yang ketika masih muda dan berwarna kuning rasanya pedas, namun ketika matang dan merah berubah menjadi tak terlampau pedas. Cabai lainnya adalah Pico de Gallo atau “Paruh Ayam Jantan," sejenis bahan campuran salsa yang sensasi pedasnya sedang serta San Juan "Tsile," cabai New Mexico yang masih ditanam oleh para petani tua penduduk asli Amerika, yang sensasinya tak terduga, mulai dari ringan, sedang hingga pedas.
“Dunia ini saling bergantung satu sama lain jika menyangkut soal keanekaragaman tanaman pangan, bahan mentah yang amat penting bagi suplai pangan yang kokoh dan sehat,” kata Senator Benjamin L. Cardin, yang memimpin delegasi pengiriman benih tersebut. “Ketika kita berusaha menangani dampak perubahan iklim di seluruh dunia, gudang benih di Svalbard akan menjadi kotak safety deposit yang menjamin kita dapat menjaga suplai pangan tak terganggu.”
Tanaman pangan penting lainnya yang baru saja disimpan dalam gudang benih raksasa itu adalah sorghum. Tanaman pangan kaya zat pati itu tumbuh di seluruh dunia dan merupakan bahan makanan pokok bagi 500 juta orang di 30 negara. Pada saat ini tanaman tersebut menjadi perhatian karena dianggap sebagai tumbuhan yang siap menghadapi perubahan iklim karena kemampuannya bertahan terhadap kondisi kering dan panas.
“Sorghum adalah tanaman pangan serbaguna, dapat digunakan untuk tepung, roti, makanan ternak, bir hingga bahan bakar nabati, dan yang membuatnya lebih penting lagi bagi keamanan pangan dunia adalah toleransinya terhadap nkekeringan,” kata Cary Fowler, Executive Director Global Crop Diversity Trust, lembaga yang mendanai kegiatan dan pengelolaan Svalbard Global Seed Vault.
Sayangnya, kata Fowler, produksi sorghum di berbagai daerah produksinya kini terancam serangga hama dan penyakit. “Hal itu mengintensifkan perlunya kita melestarikan keragaman sorghum sehingga para pemulia tanaman dapat menemukan ciri genetik yang mereka butuhkan untuk membuat varietas yang tahan semua tantangan itu.”
L LIVESCIENCE