TEMPO Interaktif, Jakarta - Paul Fishbein mengatakan pornografi tak punya demografi. Menurut pendiri jurnal Adult Video News itu, pornografi tak mengenal batas ras, agama, negara, ataupun bahasa. (Baca: Sejuta Situs Porno Baru Setiap Tahun)
Internet membuat pornografi semakin melesat menjangkau penikmatnya. Menurut Internet Filter Review, setiap detik 28.256 pengguna Internet membuka situs-situs "jorok". Setiap detik 372 pengguna Internet mengetikkan kata kunci di mesin pencari seperti Google dan Bing untuk menelusuri laman demi laman porno. Mereka ini rata-rata masih berusia belia, 15-25 tahun.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring sudah mengirim surat edaran kepada semua penyelenggara jasa Internet supaya mereka memblok akses pelanggannya ke situs-situs "jorok" tersebut. "Ibaratnya di jalan tol, kalau di pintu masuk sudah terlihat mobil membawa bom, rudal, dan jelas teroris, mereka akan diidentifikasi dan dilarang masuk," Tifatul berumpama.
Ada banyak cara untuk menggebah situs porno ini jauh-jauh. Dari yang gratis sampai yang harus membayar. Dari yang dipasang di komputer hingga yang terpasang di penyelenggara jasa Internet. Bagi yang cukup lihai dan sedikit ulet, sebenarnya juga ada banyak cara mengelabui rupa-rupa penyaring Internet itu. "Tapi jumlah mereka kan tidak banyak," kata Irwin Day, Ketua Umum Asosiasi Warung Internet Indonesia. "Dan tidak ada filter yang bisa seratus persen menangkal pornografi."
PERBANDINGAN METODE PENYARINGAN INTERNET
Pengaruh ke Jaringan | Efektivitas | |
| DNS poisoning | Tidak ada | Menengah |
| IP address blocking | Rendah | Menengah |
| PC-based software | Menengah | Menengah |
| PC-based client-server | Rendah | Menengah |
| Proxy-based Filtering software | Rendah-tinggi | Sangat tinggi |
| Hybrid BGP dan URL Filter | Tidak ada | Sangat tinggi |
| Sumber: Watchdog International | ||
BERITA TERPOPULER LAINNYA
Kontroversi Blokir Situs Porno
Bila Sensor Porno Salah Sasaran
