Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengapa Emisi Karbon Dunia Harus Ditekan?  

image-gnews
ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Iklan

TEMPO.CO, Doha - Emisi gas rumah kaca telah melewati ambang batas terburuk yang dapat dihindari dari dampak pemanasan global. Angka ini, menurut laporan tahunan ketiga Perserikatan Bangsa-Bangsa, terus meningkat sepanjang tahun.

Sejumlah negara sebelumnya telah berkomitmen untuk membalikkan tren ini dengan menurunkan laju emisi karbon mereka. Namun, laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) menunjukkan, kesenjangan antara komitmen dan upaya pengurangan emisi untuk membatasi pemanasan global sebesar 2 derajat Celsius pada 2020 terus melebar.

"Kami memiliki kurang dari satu tahun untuk menutup kesenjangan tersebut," kata Niklas Hohne, salah seorang penulis utama laporan UNEP, Senin, 26 November 2012. Laporan terbaru UNEP dirilis tak lama sebelum konferensi perubahan iklim digelar mulai hari ini di Doha, Qatar.

Pembatasan pemanasan global di kisaran 2 derajat pada 2020 disepakati para negosiator internasional dalam pertemuan di Kopenhagen, Denmark, pada 2009. Usai pertemuan itu, beberapa negara menyatakan berkomitmen untuk memotong emisi mereka. Amerika Serikat, misalnya, berjanji untuk menurunkan emisi sekitar 17 persen di bawah angka emisi pada 2005.

Namun, janji manis hanya sebatas di mulut. Negara-negara yang berkomitmen tiga tahun lalu itu tidak pernah melakukan perubahan signifikan untuk mewujudkan janji mereka.

Lalu, mengapa angka yang dipatok adalah 2 derajat? Laporan UNEP menyebutkan bahwa tingkat emisi gas rumah kaca pada 2020 sebaiknya tidak lebih dari 44 gigaton. Padahal, untuk tahun 2010, mengacu data terbaru, laporan mencatat emisi sudah di angka 49 gigaton. Jika tidak ada tindakan cepat, emisi akan cenderung meningkat dan mencapai 58 gigaton pada 2020.

"Kalaupun semua negara mulai tahun ini memenuhi janji untuk menurunkan emisi karbon, angkanya masih akan berada di level 52 gigaton," demikian tertulis dalam laporan tersebut. Capaian itu masih meninggalkan selisih 8 gigaton, 2 gigaton lebih banyak ketimbang perhitungan UNEP tahun lalu.

Laporan itu juga mencatat laju emisi karbon tahun ini jauh lebih cepat dari perkiraan pertumbuhan 2009-2010 setelah krisis ekonomi. Ini terjadi lantaran tingginya kegiatan ekonomi yang berdampak langsung pada terpacunya produksi gas rumah kaca. "Kondisi keuangan tiap negara juga berkontribusi," demikian bunyi laporan itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum laporan UNEP, Bank Dunia merilis penilaian tentang masa depan bumi jika tidak ada tindakan untuk mengurangi laju emisi karbon. Rata-rata suhu permukaan bumi diperkirakan naik sebesar 3 derajat Celsius atau lebih. Kondisi ini akan menyebabkan berbagai dampak yang ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan parah, dan banjir besar di berbagai daerah.

"Efek yang ditimbulkan sangat mengerikan, terutama bagi penduduk di negara-negara miskin," tulis laporan Bank Dunia.

Namun, ada kabar baik yang menyertainya. Laporan UNEP menyebutkan para ilmuwan telah menemukan cara untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik dan sektor transportasi di seluruh dunia hingga 17 gigaton. "Jika ini benar terjadi, kita akan berada di jalur target 2 derajat," kata Yusuf Alcamo, kepala ilmuwan dari UNEP.

Masa depan bumi akan ditentukan dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan dari hampir 200 negara. Sekretaris Eksekutif Badan Perubahan Iklim PBB, Christiana Figueres, mengatakan, perwakilan negara yang mengikuti konferensi perlu segera mengambil tindakan untuk mengerem laju emisi karbon hingga ke level terendah.

"Ini berarti mengamandemen Protokol Kyoto serta mengembangkan visi yang jelas tentang cara mengatasi gas rumah kaca secara global sebelum dan sesudah tahun 2020," katanya menanggapi laporan terbaru UNEP.

MAHARDIKA SATRIA HADI | PELBAGAI SUMBER

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.


Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

3 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

14 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

15 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

15 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

20 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

26 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.