TEMPO.CO , Connecticut:Bagaimana cangkang kura-kura tumbuh dan berkembang. Ini adalah pertanyaan yang masih saja membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun. Namun, penelitian baru-baru ini telah mengungkap bagaimana cangkang yang keras itu bisa terbentuk.
Para ilmuwan menemukan kerangka fosil reptil kuno yang telah punah di Afrika Selatan. Fosil yang diperkirakan berumur 260 juta tahun yang lalu ini adalah nenek moyang kura-kura modern, Eunotosaurus.
Eunotosaurus pernah ditemukan lebih dari satu abad yang lalu. Tetapi penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Current Biology sekarang ini telah menganalisa perbedaan untuk fosil kura-kura lainnya yang pernah ditemukan.
Cangkang kura-kura terdiri atas 50 tulang dengan tulang rusuk, tulang bahu dan tulang belakang yang menyatu bersama-sama untuk membentuk cangkang eksternal yang keras. Lalu bagaimana cangkang tersebut dapat terbentuk. Ilmuwan dapat mendekatinya dari pengamatan embrio kura-kura yang berkembang.
"Cangkang kura-kura adalah struktur yang kompleks. Awal transformasi mereka dimulai lebih dari 260 juta tahun yang lalu pada periode Permian," kata penulis utama, Dr Tyler Lyson dari Smithsonian Institution and Yale University. Cangkang berevolusi selama jutaan tahun dan secara bertahap dimodifikasi menjadi bentuk seperti saat ini.
Fosil kura-kura berumur 210 juta tahun memiliki cangkang lengkap yang mirip dengan kura-kura modern saat ini. Tetapi sebuah fosil yang ditemukan di Cina berumur 10 juta tahun yang lalu bernama Odontochelys semitestac memiliki cangkang tak lengkap yang disebut karapas. Kini, fosil ini telah membantu Dr Lyson dan rekan untuk membandingkan penyu modern dengan leluhurnya, Eunotasaurus.
Seperti kura-kura saat ini, Eunotasaurus memiliki sembilan pasang tulang rusuk berbentuk T. Namun, makhluk kuno ini tak memiliki duri pada tulang belakangnya. Sementara Odontochelys dan kura-kura modern memilikinya. Eunotosaurus juga tak memiliki otot-otot interkostal yang merupakan kelompok otot diantara tulang rusuk dan juga tak memiliki sisik tulang.
"Eunotosaurus adalah fosil transisi yang menjembatani kesenjangan antara morfologi kura-kura dan reptil lainnya," kata Dr Lyson. Menurutnya, bukti antara fosil dan data menunjukkan bahwa tulang rusuk yang meluas, saraf duri yang berada di tulang belakang meluas dan akhirnya sisik tulang di luar cangkang akan terbentuk. Ini semua dijahit bersama untuk membentuk cangkang kura-kura seperti saat ini.
Salah satu konsekuensi langsung pembentukan cangkang pelindung dengan memperluas tulang rusuk adalah bahwa kura-kura tidak dapat menggunakan rusuk mereka untuk bernapas. Sebaliknya, kura-kura telah membangun selempang otot perut yang unik untuk membungkus paru-paru dan organ lainnya guna membantu bernafas.
BBC | ISMI WAHID
Topik terhangat:
Penembakan Tito Kei | Tarif Baru KRL | PKS Vs KPK | Ahmad Fathanah
Berita lainnya:
9 Skenario Kiamat Versi Ilmuwan
3 Menteri Terbaik Ini Bukan dari Parpol
Pendukung Award untuk SBY Mengaku Dibayar US$ 100